Menjawab Pertanyaan Anak; Mengapa Tuhan Menciptakan Kulit Hitam?

Pertanyaan anak tentang “mengapa Tuhan menciptakan kulit hitam?” adalah hal yang wajar terjadi, terutama di masa kanak-kanak saat mereka mulai memahami perbedaan fisik dan mencaritahu makna di baliknya. Orang tua perlu menanggapi pertanyaan ini dengan bijak dan penuh kasih sayang, agar anak tidak terpapar prasangka atau stereotip negatif.

Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai warna kulit, seperti halnya Dia menciptakan bunga dengan berbagai warna. Sama seperti bunga yang indah dengan warna-warnanya yang berbeda, manusia pun indah dengan warna kulitnya yang beragam. Warna kulit yang hitam itu indah dan istimewa, seperti bunga mawar yang berwarna merah atau bunga melati yang berwarna putih.

Sudah mafhum, bahwa salah satu kemerosotan akhlak dan moral umat Islam dapat dilihat dari sikap umat Islam yang tidak lagi saling menghargai dan menghormati sesama. Berbagai aksi yang terjadi, yang pada prinsipnya aksi tersebut sangat bertentangan dengan norma-norma kehidupan beragama yang telah diatur oleh Allah Swt.

Tuhan menciptakan ciptaan dengan keberagaman dan perbedaan untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Tuhan Yang Maha Kuasa telah menegaskan bahwa tolok ukur pembeda manusia adalah ketakwaan dan amal shaleh, bukan citra dan penampilan manusia. Bukankah dalam al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 sudah jelas, Allah Swt. berfirman:

يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat [49]: 13).

Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan meminta pertanggungjawaban Anda atas sesuatu yang Anda tidak punya pilihan, seperti warna kulit Anda (sebab sudah ketentuan Tuhan). Warna hitam bukanlah suatu cacat, bukan pula hal yang buruk, dan bukan pula bahan cemoohan. Berapa banyak orang-orang kulit hitam yang telah memberi manfaat bagi dunia dengan pengetahuan dan usahanya?

Dalam hal ini, seseorang dibedakan berdasarkan kinerja, pemikiran, dan usahanya, bukan berdasarkan warna kulit atau garis keturunannya. Antarah bin Shaddad (seorang ksatria dan penyair yang cukup masyhur pada zaman jahilliyah) berkulit hitam. Suatu waktu Antarah pernah dicaci maki karena warna kulitnya yang hitam. Ia kemudian bersyair:

لَئِن أَكُ أَسوَداً فَالمِسكُ لَوني # وَما لِسَوادِ جِلدي مِن دَواءِ

وَلَكِن تَبعُدُ الفَحشاءُ عَنّي # كَبُعدِ الأَرضِ عَن جَوِّ السَماءِ

Artinya: “Jika Anda berkulit hitam, maka musk adalah warna saya. Tidak ada obat untuk kulit saya yang hitam, tetapi jauhkanlah perbuatan amoral dariku sejauh bumi dari atmosfer langit.”

Antarah tidak sedih atau patah hati karena ada yang menghina warna kulitnya yang hitam. Di sini kami, kata Antarah, hanya memperingatkan setiap orang yang mengolok-olok siapapun. Karena, dengan berbuat demikian ia melanggar perintah Tuhan Yang Maha Esa dan berhak untuk mendapatkan dosa. Allah Swt. berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّنْ نِّسَآءٍ عَسٰۤى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۚ وَلَا تَلْمِزُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِ ۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِ ۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).

Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).

Sama sekali tidak boleh (haram) menghina atau melecehkan (bullying) orang lain karena kemiskinannya, keturunan agama tertentu seperti Yahudi, atau karena keluarganya memiliki cela. Merusak kehormatan orang lain, memiliki perasaan sombong lebih baik dari orang lain, jelas tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Nabi Saw. bersabda: 

يا رسول الله ، أنا من أهل البادية ، وفي جفاؤهم ، فأوصني . فقال : ” لا تحقرن من المعروف شيئا ، ولو أن تلقى أخاك ووجهك منبسط ، ولو أن تفرغ من دلوك في إناء المستقي ، وإن امرؤ شتمك بما يعلم فيك فلا تشتمه بما تعلم فيه ، فإنه يكون لك أجره وعليه وزره . وإياك وإسبال الإزار ، فإن إسبال الإزار من المخيلة ، وإن الله لا يحب المخيلة ، ولا تسبن أحدا ” . قال : فما سببت بعده أحدا ، ولا شاة ولا بعيرا

Artinya: “Wahai Rasulullah Saw. Aku berasal dari pedesaan, beri aku wasiat.” Beliau bersabda: “Jangan meremehkan kebaikan sedikitpun walaupun dengan tersenyum di wajah saudaramu, walaupun dengan menuangkan air ke bejana orang yang meminta air. Jika ada yang mencacimu dengan aib yang ia ketahui ada pada dirimu, janganlah membalas mencacinya dengan aib yang kamu tahu ada pada dirinya, karena pahalanya untukmu dan dosanya untuk dia.

Jangan memakai kain melebihi mata kaki karena itu termasuk kesombongan dan Allah tidak menyukai kesombongan, dan jangan memaki siapapun.” Jabir berkata, “Semenjak itu aku tidak pernah memaki siapapun walaupun kepada kambing dan unta.” (HR Abu Dawud dan An-Nasai).

Anakku, lanjut sang ibu, bersabarlah dan mintalah pertolongan sama Allah Swt. terus-menerus untuk melepaskan diri dari dampak perilaku buruk orang lain. Jangan biarkan setan dengan cara apapun mendatangkan kesedihan dan kesakitan pada kamu. Jangan terfodengan bisikan setan.

Wahai anakku! Ingatkanlah mereka-mereka yang mencaci-maki itu dengan ayat-ayat Allah Swt. Siapa tahu dengan cara itu mereka sadar bahwa kulit hitam juga ciptaan Allah Swt., dan dilarang untuk memakinya, apalagi sampai meneteskan darahnya.

Dalam al-Qur’an Allah Swt. berfirman:

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَ لَا السَّيِّئَةُ ۗ اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ. وَمَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا ۚ وَمَا يُلَقّٰٮهَاۤ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ

Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS. Fussilat [41]: 34-35).

Sebagai penutup, nilai pendidikan tertinggi adalah menjunjung tinggi kehormatan kaum Muslimin, yaitu mendidik manusia untuk selalu menghargai dan menjaga kehormatan sesama mereka. Tentunya dengan cara tidak mengolok-olok, mengejek, apalagi sampai memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk.

Selain itu, Tuhan juga menciptakan kulit hitam untuk membantu manusia beradaptasi dengan lingkungannya. Di negara-negara yang panas dan banyak sinar matahari, orang dengan kulit hitam memiliki melanin lebih banyak, yang membantu melindungi kulit mereka dari kerusakan akibat sinar matahari. Ini adalah contoh bagaimana Tuhan dengan bijaksana merancang manusia agar dapat hidup dengan baik di berbagai tempat di dunia.

Jika pendidikan seperti ini ditanamkan kepada anak-anak kecil, maka besar kelak selain akan terwujud kehidupan masyarakat yang harmonis dan penuh dengan kedamaian, juga akan terwujud pemuda-pemudi yang berakhlak karimah.

Demikian keterangan dan jawaban atas pertanyaan anak tentang mengapa Tuhan menciptakan kulit hitam. Penting untuk diingat bahwa setiap anak itu berbeda. Beberapa anak mungkin membutuhkan lebih banyak penjelasan daripada yang lain. Bersabarlah dan dengarkan dengan penuh perhatian saat anak mengajukan pertanyaan.

Yang terpenting adalah menciptakan ruang yang aman bagi anak Anda untuk menjelajahi rasa ingin tahu mereka dan belajar tentang dunia di sekitar mereka.Wallahu a’lam bisshawaab.

BINCANG SYARIAH