Demi Meraih Surga!

Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan tentang surga dan segala kenikmatan di dalamnya. Meyakini atau tidak, setiap manusia pasti berharap untuk hidup dalam kenikmatan dan kesejahteraan yang tak terbatas. Namun kehidupan semacam ini hanya akan diraih oleh mereka yang gigih dan berjuang di dunia untuk meraih kerelaan Allah swt. Itulah yang disebut orang-orang bertakwa.

Sifat-sifat surga banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, salah satunya adalah firman Allah swt :

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Ali ‘Imran:133)

Kita diajak untuk berlomba dan bergegas untuk meraih ampunan Allah dan surga yang luasnya seperti langit dan bumi.

Bila kita memahami skala prioritas dalam hidup, tentu kita akan meninggalkan sesuatu yang tak begitu bernilai untuk meraih sesuatu yang lebih berharga. Lalu apa yang lebih berharga dari surga?

Karenanya orang yang sadar tentang nilai surga tentu akan meninggalkan segala sesuatu yang akan menjauhkannya dari surga.

Maka demi surga, jagalah hati orang-orang yang dibawahmu…

Demi surga, bantulah mereka yang membutuhkan uluran tanganmu…

Demi surga, tersenyumlah kepada mereka..

Demi surga, bahagiakanlah hati anak-anak yatim disekelilingmu…

Demi surga, sambunglah silaturahmi dengan kerabatmu…

Demi surga, maafkan mereka yang berbuat salah kepadamu…

Demi surga, bersabarlah untuk melakukan hal-hal yang berat dalam rangka menjalankan ketaatan kepada Allah swt…

Demi surga, tabahlah dengan segala cobaan dan musibah…

Demi surga, bersabarlah dalam membimbing anak dan istrimu menuju jalan Allah..

Akhirnya demi surga, orang tuamu adalah pintu menuju surgamu atau nerakamu…

Ibu bukan hanya surga tapi surgamu ada di telapak kakinya..

Ketika kita menyebut demi surga, kita tidak sedang melupakan Allah swt. Karena kita melakukan semua yang demi surga itu atas perintah Allah dan demi Kerelaan-Nya.

Allah mengajak kita untuk bergegas menuju surga. Ingatlah surga pasti kita akan melupakan segala yang merintangi kita menuju surga.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAHALQURAN

2 Modal Meraih Surga

BAGAIMANAKAH luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat selanjutnya,

“Dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi”. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Jika lebar surga saja selebar langit dan bumi. Lantas bagaimanakah lagi dengan panjangnya.” Demikianlah luasnya surga. Namun sedikit yang mengetahui hal ini, sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia begitu dikejar dibanding akhirat. Padahal jauh sekali antara kenikmatan surga dibanding dunia.

Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Sahl bin Saad As Saidi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.” Seharusnya kenikmatan di surga lebih semangat kita raih.

Modal surga adalah dengan beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Iman yang dimaksud di sini mencakup iman yang pokok (ushulud diin) dan iman yang di luar pokok agama (furu). Dari sini, berarti bukan hanya ushulud diin saja yang wajib diimani. Namun pada perkara yang di luar pokok agama jika telah sampai ilmunya pada kita, wajib pula diimani.

Contohnya, kita punya kewajiban beriman pada hari akhir secara umum. Namun jika datang ilmu mengenai perinciannya seperti di antara tanda datangnya kiamat adalah munculnya Dajjal, maka ini juga patut diimani.

 

INILAH MOZAIK

Cara Mudah Meraih Surga

BERBAKTILAH kepada kedua orangtua. Itulah amalan yang paling utama dan mendekatkan pelakunya kepada surga yang penuh kenikmatan. Sebaliknya, siapa yang durhaka; baginya siksa dunia sebelum azab neraka yang menyala apinya.

Berikut ini keistimewaan yang berhak didapatkan jika kita berbakti kepada keduanya.

Amal yang Paling Utama

Dari Abu Abdirrahman Abdulah bin Masud radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang amal-amal paling utama dan dicintai Allah. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Pertama, salat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya). Kedua, berbakti kepada dua orang tua. Ketiga, jihad di jalan Allah.” (Hr. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9)

Dalam berbuat kebajikan, dahulukanlah amal-amal yang paling utama. Di antaranya adalah birrul walidain (berbakti kepada orangtua). Dengan memuliakan orang tua, kita akan mendapat kebaikan yang tak terhingga. Karena doa orangtua kepada anaknya yang saleh akan selalu didengar oleh Allah Taala. Maka, kesempatan yang baik dan tepat jika kedua orang tua kita masih hidup untuk meraup pahala yang banyak dengan berbakti kepadanya.

Rida Allah Tergantung Rida Orangtua

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari Abdillah bin Amr, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ridha Allah tergantung kepada keridaan orangtua, dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orangtua.” (Hr. Bukhari dalam Adabul Mufrad [2], Ibnu Hibban [2026-Mawarid], Tirmidzi [1900], Hakim [4/151-152])

Orangtua wajib dimuliakan oleh anak-anaknya. Bentuk keridhaan pun bermacam-macam. Jika seorang murid mendapat keridhaan orang tua, maka dia akan diberi kemudahan oleh Allah Taala dalam menuntut ilmu; seseorang yang akan menikah dan sudah memiliki calon pasangan, maka akan diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan rumah tangga, dan lain sebagainya.

Dapat Menghilangkan Kesulitan

Dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Pada suatu hari, tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain, Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawasul melalui amal tersebut dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan yang mereka alami. Salah satu di antara mereka berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orangtua yang sudah lanjut usia, sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing. Setiap pulang, aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari, aku harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut dan aku dapati kedua orangtuaku sudah tertidur. Lalu, aku tetap memerah susu sebagaimana biasanya. Susu tersebut tetap aku pegang, lalu aku mendatangi keduanya. Namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikannya kepada siapa pun sebelum susu itu kuberikan kepada kedua orang tuaku. Aku pun menunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku memberikannya kepada keduanya. Setelah keduanya minum, barulah kuberikan kepada anak-anakku. Ucap laki-laki itu setelah menyampaikan kisahnya, Ya Allah, seandainya perbuatan ini termasuk amal saleh karena Engkau, maka bukakanlah. Maka batu yang menutup pintu gua itu pun bergeser.” (Hr. Bukhari, [Fathul Baari 4/449 no. 2272], Muslim, [2473] Bab Qishshash Ashhabil Ghaar ats-Tsalatsah Wa at-Tawasul bi Shalihil Amal).

Riwayat ini menunjukan bahwa berbakti kepada orang tua yang pernah kita lakukan dapat digunakan untuk bertawasul kepada Allah Taala ketika kita mengalami kesulitan. Insya Allah, kesulitan tersebut akan hilang. Berbagai kesulitan yang dialami seseorang saat ini, di antaranya karena perbuatan durhaka kepada kedua orang tua. Kalau kita mengetahui, bagaimana susah payahnya kedua orang tua, maka perbuatan Si Anak yang begadang untuk memerah susu tersebut belum sebanding dengan jasa orang tuanya ketika mengurusnya sewaktu kecil.

Diluaskan Rezeki dan Dipanjangkan Umur

Dari Anas radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang suka diluaskan rezeki dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (Hr. Bukhari, 7/7, Muslim 2557, Abu Dawud 1693)

Yang harus didahulukan adalah silaturahim kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering ziarah kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal, ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk berkunjung kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanya, insya Allah akan dimudahkan rezeki dan dipanjangkan umurnya.

Dimasukkan ke Surga

Dosa-dosa yang Allah segerakan azabnya di dunia, di antaranya adalah berbuat zalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai mala petaka, dengan izin Allah Taala. [bersamadakwah]

 

INILAH MOZAIK