Cerita Mualaf Rusia Terpikat Cara Hidup Islam

Pertumbuhan mualaf etnis Rusia kian pesat sejak dekade 2000-an. Mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat.

Dilansir Opendemocracy.net, seorang pendeta Ortodoks yang masuk Islam, Ali Vyacheslav Polosin mengatakan, sekarang ada lebih dari 10 ribu Muslim etnis Rusia di negara itu. Tak melulu soal teologi, sebagian mualaf jatuh hati lantaran cara Islam menyadarkan mereka akan arti hidup.

Alexei Abdulla Terekhov, misalnya. Ia masuk Islam 10 tahun yang lalu. Awalnya, dia benar-benar tertekan. Dia merasa hidupnya sangat pahit dan getir. Abdulla sudah berusia 40 tahun, namun dia tidak pernah melakukan sesuatu yang serius. Dia tidak punya keluarga, tidak ada pekerjaan, juga tidak ada tempat tinggal tetap. Segala sesuatunya benar-benar buruk.

Hal itu membuat Abdulla gelisah. Dia mulai berhenti merokok dan kebiasaan buruk lain. Kemudian, pada satu kesempatan dia membaca Alquran, terjemahan Krachkovsky. Abdulla melihat banyak surat-surat itu diakhiri dengan kata “Semoga kamu bahagia” atau May you be happy. Lelaki itu pun merasa tentram.

Dia pun tertarik pergi ke masjid. Ketika pertama kali datang, Abdulla kaget. Dia melihat semua orang memiliki jenggot. Mereka tidak terlihat seperti orang Rusia. “Saya takut. Tapi, saya tetap tinggal. Saya merasa kesepian di rumah. Di rumah, saya tertekan.”

 

Kasus Abdulla berbeda dari banyak orang. Sebelum masuk Islam, Abdulla beragama Kristen. Dia tidak mencari kebenaran selama bertahun-tahun. “Saya datang, saya menyukainya, dan saya merasa lebih baik. Saya pun mengikutinya,” ucapnya. Seseorang menyarankan lelaki itu memilih nama baru. Dia pun memilih nama Abdulla, hampir sama dengan nama aslinya, Alexei.

Setelah berislam, dia mulai memikirkan hidup lebih serius. Dia mencari pekerjaan dan hidup normal. Lelaki yang kini berusia 50 tahun itu kemudian menikah dengan seorang gadis. Istrinya memeluk Islam setelah pernikahan mereka. Kini mereka telah dikaruniai dua orang anak. Semua anaknya dibesarkan sebagai Muslim.

Mualaf lain adalah Viktor Abdulla, pria 31 tahun yang berprofesi sebagai penjual buku. Dia sudah masuk Islam lebih dari sepuluh tahun lalu. Seperti kebanyakan warga Rusia, semula dia menganut Ortodoks. Viktor juga aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan gereja.

Sekalipun begitu, dia menyimpan kegelisahan. Secara teologis, dia tidak suka konsep Ortodoks tentang trinitas dan ketuhanan Yesus karena ia tidak mengerti. Lelaki itu juga lebih tertarik dengan ajaran asketis. Cara hidup sederhana, zuhud, dan bersahaja, itulah yang dia temukan dalam Islam. Khususnya, dalam tasawuf.

 

Viktor pun merasa lebih dekat dengan Islam. Ia juga membaca buku-buku Ali Vyacheslav Polosin, mantan imam Ortodoks yang masuk Islam. Dia suka buku-buku itu. Pada akhirnya, lelaki itu memutuskan bersyahadat. Ia memilih masuk ke jalan tasawuf.

“Islam, pertama dan terutama, adalah cara hidup. Alquran terlibat aktif dalam kehidupan seorang Muslim, baik menyangkut pengembangan pribadi maupun interaksi dengan orang lain,” kata pria asli Rusia itu.

Tidak semua bisa menerima konversi Viktor. Keislamannya merupakan pukulan berat bagi teman-teman lamanya yang kebanyakan aktivis gereja. Tapi, keluarga menerima dengan mudah. Mereka mengerti. Istrinya yang juga etnis asli Rusia kemudian ikut berislam. Anak-anaknya, Madina dan Mikael, terlahir sebagai Muslim. Saat ini, Viktor tengah menanti kelahiran anak ketiganya.

 

sumber: Republika Online