Momentum bulan kelahiran Nabi Muhammad ﷺ di bulan Rabi’ul Awwal ini adalah saat yang tepat untuk mencocokkan kembali akhlak kita dengan akhlak Nabi
MIRIS inilah ucapan yang pantas terucap saat membaca berita keberhasilan aparat kepolisian dalam membongkar kasus produksi film porno lokal di sebuah studio di Jakarta.
Beberapa aktor dan aktris film biru tersebut yang sebagian dikenal sebagai selebgram dan artis YouTube akhirnya dipanggil ke kepolisian sebagai saksi dan bukan tidak mungkin dinaikkan statusnya sebagai tersangka menyusul sang sutradara yang sudah ditersangkakan terlebih dahulu.
Kemudian ada kasus asusila lain yang juga berhasil dibongkar oleh aparat berwenang yakni kasus seks tukar pasangan (orghy) rame-rame di sebuah hotel di Jakarta Selatan.
Dimana terkuak fakta bahwa acara berbayar itu rencananya akan diselenggarakan di beberapa kota lain setelah di Jakarta jika saja mereka tidak tertangkap.
Selain itu ada pula kasus judi online yang sedang heboh dibongkar oleh pihak kepolisian. Pihak berwenang akhirnya menutup situs-situs judi online tersebut dan memanggil beberapa artis dan pemengaruh sosial media yang terlibat sebagai talent untuk endorsment situs-situs tersebut.
Berikutnya beralih ke kasus terbunuhnya seorang wanita di tangan suaminya sendiri yang selama ini sering melakukan tindakan KDRT kepadanya.
Kasus ini banyak disayangkan masyarakat sebab tersiar warta bahwa korban selama ini telah melaporkan tindakan KDRT suaminya itu ke pihak berwenang namun entah lambat direspon atau tidak dihiraukan akhirnya terjadilah kasus keji tersebut.
Kemudian kabar besar berikutnya, ada sejarah baru di dunia “kriminal” yang terukir di negeri ini. Bahwa terkuak fakta adanya “Escobar” lokal yang bernama Fredy Pratama sang gembong narkoba yang kini bersembunyi di luar negeri.
Menantu dari bos kartel narkoba asal Thailand yang “bermain” di wilayah Segitiga Emas (Golden Triangle) itu memasok banyak narkoba ke Indonesia. Mirisnya, ada beberapa selebgram wanita dan oknum eks polisi yang menjabat sebagai Kasat Resnarkoba yang malah menjadi kaki tangan Fredy Pratama tersebut.
Deretan kasus kriminal di atas dengan ditambah warta yang belakangan kita saksikan berupa tawuran antar remaja, penggusuran tanah adat demi investasi Taipan, korupsi di BUMN dan lain sebagainya menunjukkan bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja.
Jika boleh dikatakan, masyarakat kini benar-benar sedang mengalami krisis akhlak yang akut. Artinya memang perlu ada proses pembenahan akhlakul karimah secara menyeluruh dalam segala bidang di negeri ini.
Mengapa demikian? Sebab ada yang mengatakan bahwa jargon Revolusi Mental yang selama ini digaungkan oleh penguasa nampak manis sebagai slogan semata namun kurang maksimal hasilnya, untuk tidak mengatakan nihil belaka.
Mengapa demikian? Karena tidak ada sosok sentral yang bisa dijadikan teladan (qudwah) dari Revolusi Mental tersebut. Selain itu juga tidak ada “kitab” panduan resmi dan bukti nyata kegemilangan dari program itu yang bisa disaksikan dan dijadikan contoh oleh umat manusia.
Sedangkan sebagai seorang Muslim kita diajarkan bahwa hanya ada satu sosok yang bisa dijadikan teladan nyata yang menjadi sosok sentral yang laku dan ucapnya dijadikan bahan rujukan untuk ditiru. Dialah Rasulullah ﷺ seperti yang disebutkan oleh Allah di dalam Al-Quran,
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21).
Lalu bagaimana dan dari mana kita bisa memulai program pembenahan akhlak itu? Tentu jawabannya adalah dari sosok Rasulullah ﷺ. Karena hanya sosok inilah yang disahkan oleh Allah sebagai jalan satu-satunya bagi manusia untuk bisa diterima semua laku amalnya oleh Allah seperti tertera di dalam Al-Quran,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian.“ (QS. Al- Imron: 31).
Senada dengan hal itu, Sayyidut Thaifah Imam Junaid Al Baghdadi mengatakan,
الطريق إلى الله مسدود على خلقه إلا على المقتفين آثار الرسول صلى الله عليه وسلم ومن كلامه أيضا لو أقبل صادق على الله ألف ألف سنة ثم أعرض عنه لحظة كان ما فاته أكثر مما ناله
“Jalan menuju Allah tertutup bagi makhluk-Nya kecuali bagi mereka yang mengikuti jejak Rasulullah ﷺ ‘Kalau ada seorang dengan keimanan sejati yang beribadah ribuan tahun, lalu berpaling dari-Nya sebentar saja, niscaya apa yang luput baginya lebih banyak daripada apa yang didapatkannya.”
Di dalam kitab Muhadarot Haula Mawaqif Sayyidina Rasulillah Ma’al Alam, Al Allamah Syeikh Abdullah Sirajuddin Al Husaini menjelaskan pada bab posisi Rasulullah ﷺ pada proses pembersihan jiwa (Tazkiyatun Nufus) disebutkan;
Sungguh Allah telah mengutus Rasulullah ﷺ kepada alam semesta. Sesiapa yang “manut” kepadanya maka akan bahagia dunia dan akhirat. Disebutkan di dalam Al-Quran, “Seperti telah Kami utus kepada kalian Rasul dari sisi kalian yang membacakan untuk kalian ayat-ayat Kami, yang menyucikan dan mengajari kalian Kitab (Al-Quran) dan hikmah (hadis) dan mengajarkan kepada kalian apa-apa yang kalian tidak tahu.”(Al Baqarah : 151).
Dan sesungguhnya Allah kelak akan menanyai manusia mengenai posisi (ajaran) Nabi Muhammad ﷺ di dalam kehidupan mereka. Apakah mereka melakukan ajaran yang dibawanya. Dan apakah mereka melakukan pembersihan hati seperti yang dilakukan Nabi, dan apakah manusia ingat dengan pengingatan Nabi dan sebagainya.
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) surga Adn yang mengalir di bawahnya; mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).” (QS. Toha : 75-76).
Maksud dari orang yang bersih di dalam ayat itu adalah yang membersihkan jiwanya dengan metode pembersihan hati ala Nabi karena sesungguhnya pembersihan hati tidak akan diperoleh melainkan dari (teladan) Rasulullah ﷺ seperti yang dijelaskan dalam ayat Al-Quran di atas bahwa Nabi diutus oleh Allah untuk menyucikan manusia.
Dan dari penjelasan itulah orang yang berakal menjadi paham bahwa pembersihan hati itu harus merujuk kepada Rasulullah ﷺ dan wajib menguatkan ikatan yang kuat antara dirinya dan Rasulullah ﷺ karena beliau lah yang menjelaskan jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Karena sesungguhnya kehidupan manusia, kebahagiaan dan kemuliaannya, serta kebersihan hati dan sehatnya akal mereka tergantung dengan ittiba’ (peneladanan) terhadap Rasulullah ﷺ.
Karena itulah manusia lebih butuh terhadap Rasulullah ﷺ daripada butuhnya mereka kepada orang tuanya. Karena orang tua hanyalah sebab (wasilah) bagi manusia dalam kehidupan jasmani duniawi belaka.
Adapun Rasulullah ﷺ datang dengan membawa kehidupan yang hakiki nan abadi yang Allah abadikan dalam firman Nya yang berbunyi;
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian.” (QS: Al Anfal : 24).
Maka manusia harus memperkuat tali ikatan terhadap Rasulullah ﷺ di dunia dan akhirat untuk menjalani kehidupan abadi dan memperoleh kebahagiaan yang abadi.
Karena kehidupan yang tidak diambil dari sunah Nabi dan tidak disandarkan kepada contoh daripada Nabi, maka kehidupan yang demikian itu hanyalah kehidupan binatang belaka dan bukanlah termasuk (dianggap) kehidupan kemanusiaan yang sempurna.
Dan jiwa yang tidak dibersihkan dengan Tazkiyatun Nufus ala Nabi maka ia hanyalah tempat berkumpulnya kejahatan dan keburukan belaka. Dan sesungguhnya hati yang tidak dibersihkan dengan Tazkiyatun Nufus ala Nabi maka ia hanyalah tempat berkumpulnya penyakit dan kerusakan belaka.
Karena Allah menciptakan manusia dan meletakkan sifat malaikat yang tinggi dan di dalamnya juga ada sifat hewaniyah. Maka karena itulah Rasulullah ﷺ datang untuk menyucikan jiwa dan hati dari kejelekan dan kerusakan dan dengan Tazkiyatun Nufus itu mengangkatnya kepada kesempurnaan kemanusiaan. (Al Allamah Syekh Abdullah Sirajuddin Al Husaini, Muhadarot Haula Mawaqif Sayyidina Rasulillah Ma’al Alam Juz I, cet.1 tahun 2003, Hal 185-187).
Momentum bulan kelahiran Nabi Muhammad ﷺ di bulan Rabi’ul Awwal ini adalah saat yang tepat untuk mencocokkan kembali akhlak kita dengan akhlak Nabi.
Sebab memang benar majelis sholawat semakin menjamur di Indonesia terutama di bulan kelahiran Nabi ini, namun disayangkan terkadang sebagian perkumpulan mulia itu berhenti pada penikmatan pada dendang qasidah puji-pujian saja, bukan penghayatan terhadap Sirah kehidupan dan perjuangan beliau serta pengamalan sunah-sunah beliau. Inilah pekerjaan rumah kita saat ini, perlahan-lahan mencocokkan akhlak kita dengan beliau.
Deretan kriminalitas mulai dari kasus asusila, judi, KDRT, kesewenangan penguasa kepada rakyat, korupsi, psikotropika dan lainnya adalah bukti nyata bahwa kita masih jauh daripada meneladani Rasulullah ﷺ.
Umat Islam harus mempelajari bagaimana hukum asusila yang bahkan konsep Islam jauh lebih detail karena membahas mulai dari hukum aurat, ikhtilat, tata cara relasi antar laki-perempuan non mahram dan lain-lain.
Mengenai KDRT jelas di dalam Islam bahwa Nabi mengatakan bahwa orang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik pada keluarganya. Juga perintah Nabi agar barometer memilih pasangan hidup lebih diutamakan pada kebaikan agamanya.
Sehingga dengan memilih pasangan hidup yang sesuai ajaran Nabi adalah langkah preventif untuk menghindarkan diri dari KDRT.
Kemudian bagaimana tindakan Nabi pada judi dan riba, serta bagaimana akhlak Nabi dalam memperlakukan umat (rakyat) yang tidak asal sewenang-wenang main gusur hak rakyat begitu saja. Itu semua adalah Sunah dan Sirah Nabi yang harus dipelajari dan direalisasikan di kehidupan masyarakat Indonesia saat ini.
Dan momen bulan Maulid ini bisa dijadikan titik tolak perubahan ke arah yang lebih baik bagi bangsa ini. Dan dengan penerapan akhlak Nabawiyah itu Insyaallah cita-cita menjadi negara Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur bukan sekedar harapan utopis semata. Wallahu A’lam Bis Showab.*
Oleh: Muhammad Syafii Kudo, Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan