Sebagai Muslimah, Ummu Kaltsum (wanita pemberani yang tanpa ragu menyusul Rasulullah ke Madinah dengan meninggalkan keluarganya yang musyrik di Mekah) menyajikan nasihat kepada para muslimah :
1. Taat kepada Suami
Ketaatan pada suami akan selalu mendatangkan kerelaan hatinya dan kebahagiaan kepada keduanya. Rasulullah saw pernah memberi nasihat kepada Ummu Salamah: “Bila seorang wanita telah menunaikan kewajiban kepada Tuhannya, taat pada suami dan menggerakkan alat tenunnya, maka ia bagaikan bertasbih kepada Allah.”
Sebenarnya ketaatan istri terhadap suaminya akan mendatangkan kerukunan dan keharmonisan hidup. Mengapa bisa terjadi keharmonisan? Sebab sikapnya yang demikian itu semata-mata untuk mengharap ridha Ilahi. Teladan utama mengenai hal itu adalah rumah tangga Rasulullah sendiri. Saya mengungkap pula suatu peristiwa yang pernah terjadi pada zaman Rasulullah:
Alkisah, Muadz bin Jabbal datang dari Syam (Syria). Ketika bertemu Rasulullah, tiba-tiba ia bersujud di kaki beliau. Melihat itu Rasulullah heran, “Apa-apaan ini?”
“Ya utusan Allah, saya pernah mengunjungi negeri Syam. Saya melihat orang-orang disana bersujud kepada para pembesar mereka. Saya ingin berbuat seperti itu kepada Rasulullah,” jelas Muadz.
“Jangan kaulakukan itu. Seandainya aku ingin menyuruh bersujud kepada sesuatu, aku akan menyuruh wanita bersujud kepada suaminya,” kata Nabi. Lalu beliau bersabda, “Demi Allah yang memegang jiwaku ditangan-Nya, seorang wanita belum melaksanakan hak Tuhannya sebelum ia melaksanakan hak suaminya.”
2. Seorang istri muslimah janganlah meninggalkan rumah suaminya tanpa seizinnya
Bila seorang istri melanggar peraturan ini, maka pertanda istri tersebut kurang menjaga amanah. Perginya seorang istri dari rumah tanpa seizin suaminya akan mendatangkan berbagai kekhawatiran suami atas keselamatannya. Hal ini akan membuat suami waswas.
3. Mendidik, mengasuh, dan memperhatikan anak
Di tangan wanitalah dipercayakan akhlak anak-anaknya. Tangan wanita akan mengukir jiwa-jiwa bocah menjadi pahatan yang indah, yaitu kepribadian yang tangguh, akhlak yang mulia, dan jiwa yang pahlawan, sementara si suami akan mencari rezeki diluar rumah agar memperoleh penghidupan untuk memenuhi tuntutan hidup. Disinilah letak gotong royong suami istri dalam rumah tangga islami.
Ucapan dan gerak gerik seorang ibu senantiasa akan di teladani oleh anak-anaknya. Karena itu, berbuat dan berbicaralah yang baik selalu.
Seorang ibu adalah penurun bibit akhlak anak-anaknya. Ibu yang menghormati suami, menghargai orang lain, dan menetapi ajaran-ajaran agama akan dilihat putra-putrinya sehingga mereka pun akan memilih yang baik dan menjauhi yang buruk.
Seorang ibu menjaga kebersihan rumah dan dirinya sendiri, merapikan perabot rumah tangga dan mengatur interior rumahnya sendiri. Istri adalah teman dialog suami, penyenang, penyejuk dan pembahagia anggota rumah tangganya.
4. Istri adalah mitra sejati suaminya dalam memikul tanggung jawab rumah tangga; kaya atau miskin.
Sejarah mencatat tentang Asma binti Abu Bakar. “Saya dinikahi oleh Zubair, laki-laki yang tak memiliki apa-apa kecuali seekor kuda dan unta. Saya turut memberi makan kudanya dan memelihara untanya. Saya menimba air, memasak roti untuk suami, dan memotong rumpur makanan unta di kapala.”
Oleh : Chairunnisa Dhiee (sumber: buku ‘Perempuan-perempuan Al-Quran’ karya Abdurahman Umairah)