Obat bagi Hati yang Sakit (Bag. 2)

Pada artikel sebelumnya (Obat bagi Hati yang Sakit bag.1), telah dijelaskan bahwa hati bisa merasakan sakit dan ada beberapa obat untuk mengatasinya. Berikut adalah obat hati yang selanjutnya.

Ketujuh, mengosongkan perut dengan berpuasa

Berpuasa dapat melembutkan hati karena ia akan merasakan bagaimana keadaan orang-orang yang kelaparan dan kekurangan makanan sehingga timbul kelembutan di dalam hatinya. Puasa juga dapat menekan syahwat dan nafsu dalam dirinya sehingga dapat mengurangi potensi bermaksiat kepada Allah.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ, وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ, وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

“Wahai anak muda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah (berkeluarga), hendaknya ia menikah. Karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu, hendaknya berpuasa. Sebab ia dapat mengendalikan hawa nafsumu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kedelapan, salat malam

Salat malam dapat melembutkan hati. Ketika malam hari, dalam kondisi yang sepi, banyak orang tidur dan lalai. Sehingga menambah kekhusyukan dalam beribadah kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًاۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ

“Lambung (tubuh) mereka jauh dari tempat tidur (karena salat malam) seraya berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut (akan siksa-Nya) dan penuh harap (akan rahmat-Nya) dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 16)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَامَ بِعَشْرِ آيَاتٍ لَمْ يُكْتَبْ مِنَ الغَافِلِيْنَ وَ مَنْ قَامَ بِمِائَة آيَةٍ كُتِبَ مِنَ القَانِتِيْنَ وَ مَنْ قَرَأَ بِأَلْفِ آيَةٍ كُتِبَ مِنْ المقَنْطِرِيْنَ

Barangsiapa yang salat malam dengan (membaca) sepuluh ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang-orang yang lalai (hatinya). Barangsiapa yang salat malam dengan (membaca) seratus ayat, maka ia dicatat sebagai orang-orang yang taat. Barangsiapa yang salat malam dengan (membaca) seribu ayat, maka ia dicatat sebagai orang-orang yang diberi pahala yang melimpah. (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 662. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah no. 642)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Cobalah renungkan bagaimana Allah membalas salat malam yang mereka lakukan secara sembunyi dengan balasan yang Ia sembunyikan bagi mereka, yakni yang tidak diketahui oleh semua jiwa. Juga bagaimana Allah membalas rasa gelisah, takut, dan gundah gulana mereka di atas tempat tidur saat bangun untuk melakukan salat malam dengan kesenangan jiwa di dalam surga.” (Lihat Hadil Arwah ila Biladil Afrah, hal. 278)

Kesembilan, ziarah kubur

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُورُوهَا، فَإِنَّهُ يُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ

“Dahulu, aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Sekarang, berziarahlah! Karena ziarah dapat melembutkan hati, membuat air mata menetes, dan mengingatkan akhirat.” (HR. Al-Hakim)

Baca juga: Perhatian Islam terhadap Kesehatan Mental

Kesepuluh, berteman dan duduk dengan orang saleh

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah: 119)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang itu mengikuti din (agama dan akhlak) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan kawan dekat.” (HR. Abu Dawud no. 4833. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)

Di dalam Al-Adzkar karya Al-Imam An-Nawawi, juga disebutkan lima obat hati. Salah satunya adalah berkumpul (duduk) dengan orang-orang saleh untuk menambah semangat beramal dan beribadah.

دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ: قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ، وَخَلَاءُ الْبَطْنِ، وَقِيَامُ اللَّيْلِ، وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ، وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ

“Penawar hati itu ada lima: 1) Membaca Al-Quran dengan tadabur (perenungan); 2) Kosongnya perut (dengan puasa-pen); 3) Qiyamul lail (salat malam); 4) Berdoa di waktu sahur (waktu akhir malam sebelum Subuh), dan 5) duduk bersama orang-orang saleh”. (Lihat Al-Adzkar An-Nawawi, hal. 107)

Terkadang, ketika seseorang bermalam bersama orang-orang yang saleh, mereka pun salat bersama semalam suntuk. Padahal, biasanya ia hanya salat beberapa waktu saja, atau biasanya ia tidak salat. Akan tetapi, karena bersama mereka, ia pun ikut salat. Sehingga motivasi ibadahnya meningkat disebabkan dirinya bersama orang-orang yang saleh tadi. (Lihat Minhajul Qashidin, hal. 288)

Kesebelas, menghadiri majelis ilmu

Hendaknya seseorang perhatian dengan majelis ilmu, karena dalam majelis ilmu ia akan termotivasi untuk meningkatkan ketaatan serta menjauhi kemaksiatan. Sehingga diharapkan dengan mendengarkan ayat-ayat Allah dan Sunah Rasulullah di majelis ilmu, maka hati akan menjadi hidup dan lembut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikelilingi para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.(HR. Muslim)

Keduabelas, berdoa dan merendahkan diri kepada Allah

Hendaknya seseorang berdoa dengan penuh ketundukan dan mengharap kepada Allah agar dihilangkan kelalaian dan penyakit dalam hatinya. Tidak dipungkiri bahwa mungkin saja kita pernah merasa lebih unggul (ujub) dari orang lain, baik dari segi harta, ilmu, dan sebagainya. Oleh karenanya, Allah Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya,

وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ

Ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut pada waktu pagi dan petang, dengan tidak mengeraskan suara, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf: 205)

Dalam ayat yang lain, Allah memerintahkan kepada kita agar berdoa dan merendahkan diri (menghilangkan kesombongan) kepada-Nya,

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)

Dan ada waktu spesial di mana jika kita berdoa, maka lebih mustajab (dikabulkan), lebih khusyuk (dikarenakan kebanyakan orang tidur dan lalai). Bahkan, Allah memuji orang yang berdoa pada waktu tersebut. Allah memuji orang yang berdoa di waktu sahur menjelang subuh dalam beberapa ayat,

 وَٱلۡمُسۡتَغۡفِرِینَ بِٱلۡأَسۡحَارِ

“Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17)

وَبِٱلۡأَسۡحَارِ هُمۡ یَسۡتَغۡفِرُونَ

“Dan di waktu sahur, mereka memohonkan ampunan.” (QS. Adz-Dzariyat: 18)

Diriwayatkan oleh Anas bin  Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berdoa,

اللهم إني أعوذ بك من العجز والكسل، والبخل والهرم، والقسوة والغفلة، والذلة والمسكنة, وأعوذ بك من الفقر والكفر، والشرك والنفاق، والسمعة والرياء.

Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal bukhli, wal harami, wal qaswati, wal ghaflati, wadzilati, wal maskanati, wa a’udzubika minal faqri wal kufri, wa syirki wa nifaqi, wa sum’ati warriya.”

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, kebakhilan, pikun, kerasnya hati, lalai, kehinaan, kemiskinan. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kefakiran, kekufuran, kesyirikan, nifak, sum’ah (rasa ingin dipuji), dan riya’.” (HR. Ibnu Hibban no. 1023 dan Al-Hakim no. 1944. Lihat Shahihul Jami’, no. 1285)

***

Penulis: Arif Muhammad N.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/89931-obat-bagi-hati-yang-sakit-bag-2.html