“BARANG siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.” (QS. Asy-Syura [26]: 20)
Kehidupan modern dewasa ini menjadikan manusia larut dalam budaya materialisme. Pemujaan terhadap nafsu kebendaan kian hari kian terlihat jelas. Hari demi hari, setiap orang berlomba-lomba untuk menggapai kesuksesan, yang tidak lain dimaknai sebagai harta berlimpah, jabatan prestisius, rumah megah, mobil mewah, serta investasi baik dalam bentuk deposito, properti atau pun lainnya.
Mereka terbuai dengan kesuksesan duniawi yang bersifat sementara. Sedangkan kesuksesan hakiki nan abadi, yakni kesuksesan dan kebahagiaan ukhrawi mereka lupakan. Investasi duniawi dengan menumpuk kekayaan mereka tempuh dengan berbagai cara. Bahkan, tidak jarang menghalalkan segala cara. Sementara investasi ukhrawi dengan memperbanyak amal saleh mereka lupakan.
Padahal, Allah Swt menegaskan bahwa kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang menipu. “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid [57]: 20)
Dalam ayat lain Allah Swt juga menerangkan bahwa kehidupan akhirat itu lebih baik daripada kehidupan dunia. “Dan sesungguhnya akhir (akhirat) itu lebih baik daripada permulaan (dunia).” (QS. Ad-Dhuna [93]: 4)
ALLAH Swt memerintahkan hamba-Nya untuk mempersiapkan bekal (investasi) sebanyak-banyaknya untuk kehidupan, baik di dunia ini, lebih-lebih di akhirat kelak. Hal ini terekam jelas dalam firman-Nya, “Dan berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 197)
Dari beberapa keterangan ayat di atas, jelaslah bahwa investasi yang akan langgeng serta membawa kebaikan dan kebahagiaan bagi kita adalah investasi akhirat, yaitu takwa.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang obsesinya adalah akhirat, tujuannya akhirat, niatnya akhirat, cita-citanya akhirat maka dia mendapatkan tiga perkara: Pertama, Allah menjadikan kecukupan di hatinya; kedua, Allah mengumpulkan urusannya; dan ketiga, dunia datang kepada dia dalam keadaan dunia itu hina (dunia datang sendiri kepada kita tanpa perlu kita kejar). Dan barangsiapa yang obsesinya adalah dunia, tujuannya dunia, niatnya dunia, cita-citanya dunia, maka dia mendapatkan tiga perkara: Pertama, Allah menjadikan kemelaratan ada di depan mata; kedua Allah mencerai-beraikan urusannya; dan ketiga, dunia tidak datang kecuali yang ditakdirkan untuk dia saja.” (HR.At-Tirmidzi) [Didi Junaedi]