Buah dari Perbuatan Kita Sendiri

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt. Tiada yang wajib disembah selain Allah. Hanya kepada Allah kita memohon perlindungan dan hanya kepada-Nya kita pasti akan kembali. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri..” (QS. Al Isro [17] : 7)

Tidak ada yang tertukar, keburukan yang kita perbuat, pasti akan berbalik akibatnya kepada kita sendiri. Demikian juga dengan kebaikan yang kita perbuat, buahnya akan kembali kepada kita. Oleh karena itu, ketika ada keburukan menimpa diri kita, tidak boleh menyalahkan siapapun kecuali menyalahkan diri sendiri. Boleh jadi ada dosa yang belum kita taubati, boleh jadi ada keburukan kita kepada orang lain dan belum kita meminta maaf kepadanya dan belum memohon ampun kepada Allah Swt.

Prinsip ini semestinya bisa menjadi pegangan bagi kita bahwa jika kita melakukan keburukan, maka sesungguhnya kita sedang menimpakan keburukan kepada diri kita sendiri. Jika hal ini kita yakini, maka kita akan berpikir sekian ribu kali untuk berbuat buruk. Dan yang terbaik adalah manakala kita akhirnya terhindar, selamat dari perbuatan buruk kita sendiri.

Di saat yang sama, kita meyakini bahwa ketika kita berbuat kebaikan, sesungguhnya kita sedang menarik kebaikan untuk datang kepada kita. Sehingga kita semakin bersemangat melakukan amal sholeh, karena inilah yang Allah sukai.

Saudaraku, sesungguhnya janji Allah itu pasti benar. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendapat petunjuk Allah sehingga kita menjadi orang-orang yang selamat di dalam hidup kita. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Memaknai Hidup

SAUDARAKU, pernahkah terpikirkan untuk apa sebenarnya kehidupan kita ini? Sudah puaskah kita dengan kualitas hidup yang sekarang dijalani? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang seringkali tidak terpikirkan tentang hidup ini.

Idealnya, dalam hidup ini kita dapat mengisinya dengan berbagai hal bermanfaat, yang dapat meningkatkan kualitasnya. Banyak sekali hal yang dapat kita lakukan untuk mengisi kehidupan kita agar lebih berarti.

Pertama, isilah dengan kreativitas. Belajarlah membangun kreativitas yang dimiliki dengan baik, karena kreativitas itu dapat membawa kita menjadi lebih baik. Tetaplah waspada jika kreatifitas itu telah membawa kita kepada kehidupan yang lebih baik, karena kita dapat jatuh apabila kesombongan datang setelah kreativitas tersebut diakui keunggulannya.

Kedua, belajarlah bermimpi. Tidak ada larangan dalam bermimpi, karena itulah hendaknya kita mempunyai impian besar yang ingin diraih. Setiap orang pasti memiliki impian dan impian itu akan mempengaruhi perilaku kita. Kita senantiasa berusaha mewujudkan impian tersebut. Karenanya, milikilah mimpi yang besar dan teruslah berusaha mewujudkannya. Mimpi yang besar tidak berarti apa-apa, jika kita tidak pernah berusaha meraihnya.

Ketiga, kekuatan mental. Selain kreativitas, mental kita pun harus terus dilatih agar kuat dan siap menghadapi kerasnya kehidupan ini. Mental yang harus kita kembangkan adalah mental bangga memiliki sesuatu yang bermanfaat untuk dikembangkan, sehingga berguna bagi orang lain.

Keempat, bersahabat dengan malu. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau tidak malu maka berbuatlah sesuka hatimu.” Sebagai orang beriman, hendaklah kita memiliki rasa malu. Ini karena malu adalah sebagian dari iman. Malu menjaga kita dari perbuatan yang dilarang Allah. Hendaknya kita malu untuk bermaksiat kepada Allah, sementara kita tinggal di bumi-Nya. Memakan rezeki-Nya dan Allah Mahamelihat.

Kelima, bersahabat dengan marah. Kendalikanlah kemarahan kita, karena kemarahan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan hal buruk. Carilah berbagai cara agar dapat bersahabat dengan amarah, untuk kemudian mengendalikan dan mengaturnya. Rasulullah saw bersabda, “Apabila di antara kamu sedang marah dan pada posisi berdiri maka duduklah, jika duduk juga masih marah, maka berbaringlah.”

Keenam, belajarlah menjadi lebih baik. Manfaatkanlah umur dan waktu yang kita miliki. Jika kita dapat hidup lebih baik, mengapa harus hidup dengan kondisi biasa-biasa saja? Kalau kita bisa bangkit dari keterpurukan, mengapa harus berdiam diri? Berusaha maksimal menjadikan setiap bagian dari hidup kita, selalu lebih baik dari sebelumnya. Maka, teruslah perbaiki diri kita dengan senantiasa meningkatkan potensi dan amal dalam setiap kesempatan. Wallahu alam bishshawwab.

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2353993/memaknai-hidup#sthash.PWcmdzvM.dpuf

Cinta Dunia, Meracuni Hati

ALHAMDULILLAH. Tiada yang pantas untuk disembah, kecuali Allah Swt. Dzat Yang Maha Mencukup rezeki seluruh makhluk-Nya. Hanya kepada Allah kita berlindung dan memohon pertolongan. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.

Rasululloh Saw bersabda,“Hampir tiba masa di mana kalian diperebutkan sebagaimana sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.”Seorang sahabat bertanya,“Apakah saat itu jumlah kami sedikit, ya Rasululloh?”Rasululloh bersabda,“Tidak. Bahkan saat itu jumlah kalian sangat banyak, tetapi seperti buih di lautan karena kalian tertimpa penyakit wahn.”Sahabat bertanya,“Apakah penyakit wahn itu, ya Rasulullah?”Beliau menjawab,“Penyakit wahn itu adalah cinta dunia dan takut mati.”(HR. Abu Daud)

Rasululloh Saw yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya, contoh seorang suami yang menjadi kebanggaan keluarganya, seorang pengusaha yang dititipi dunia tapi tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara hatinya dari silaunya dunia. Tidak ada cinta terhadap dunia kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta pada dunia, itupun hakikatnya adalah cinta karena Allah juga. Inilah salah satu rahasia sukses Rasululloh Saw.

Apa yang dimaksud dengan dunia? Allah Swt. berfirman,“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(QS. Al Hadiid [57]: 20)

Dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya, sholat, shaum atau sedekah tetap dikatakan urusan dunia jika niatnya ingin dipuji makhluk hingga hati lalai terhadap Allah. Sebaliknya, orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang memerlukan atau untuk kemaslahatan umat, bukan untuk kepentingan pribadi, maka ia tak dikatakan lalai terhadap Allah, walau aktivitasnya seolah duniawi.

Bagaimana ciri orang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan diperbudak oleh apa yang dicintainya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati. Adanya yang menjadi sombong, dengki, serakah atau capek memikirkan yang tak ada. Makin cinta pada dunia, akan makin serakah, bahkan bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya.

Ciri lainnya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar ke kursi, maka akan takut sandarannya diambil. Orang yang bersandar kepada pangkat atau kedudukan, maka ia akan takut pangkat atau kedudukannya diambil. Karenanya pecinta dunia itu tak pernah bahagia.

Rasulullah Saw yang mulia, walau dunia lekat dan mudah baginya, tapi semua itu tak pernah mencuri hatinya. Misalnya, saat pakaian dan kuda terbaiknya ada yang meminta, beliau memberikannya dengan ringan. Beliau juga pernah menyedekahkan kambing satu lembah. Inilah yang membuat beliau tak pernah berpikir untuk berbuat aniaya.

Semua yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tak mempunyai apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi, membesar sebentar, menua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia berikutnya, dengan siklus yang kurang lebih sama, begitu seterusnya.

Bagi orang-orang yang telah sampai pada keyakinan bahwa semuanya titipan Allah dan total milik-Nya, maka tak akan pernah sombong, minder, iri ataupun dengki, bahkan akan selalu siap titipannya diambil oleh pemiliknya karena segala sesuatu dalam kehidupan dunia ini tak ada artinya.

Harta, gelar, pangkat, jabatan, dan popularitas tak ada artinya jika tak digunakan di jalan Allah. Yang berarti dalam hidup ini hanyalah amal-amal kita. Karenanya, jangan pernah ada atau tiadanya dunia ini meracuni hati kita. Adanya jangan sombong, sedikitnya tak usah minder.

Kita harus meyakini bahwa siapapun yang tak pernah berusaha melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya karena sumber dari segala fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah mengaruniakan pada kita nikmatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia.Wallohu alam bishowab . [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2294976/cinta-dunia-meracuni-hati#sthash.5IVkx2iz.dpuf