Zakat Fitrah adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai puncak dari kewajiban puasa selama sebulan. Namun, terkadang dijumpai beberapa orang yang tidak mampu melaksanakan puasa lantaran sudah tua, sakit dan lainnya. Lantas, orang tidak mampu puasa, apakah wajib membayar zakat fitrah?
Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menjelaskan bahwasanya zakat fitrah merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam, tanpa membedakan antara orang merdeka dan hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, antara anak kecil dan orang dewasa, bahkan antara yang kaya dan yang miskin, penduduk kota dan desa. Semuanya diwajibkan membayar zakat fitrah apabila memiliki kelebihan kebutuhan primer pada hari raya idul fitri.
Sebagaimana keterangan Syekh Yusuf Qardawi dalam kitab Fiqh al-Zakāt, juz 2, halaman 391 berikut,
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فِي زَكَاةِ الْفِطْرِ:( عَلَى كُلِّ حُرٍّ وَعَبْدٍ، ذَكَرٍ وَأُنْثَى، صَغِيرٍ أَوْ كَبِيرٍ، فَقِيرٍ أَوْ غَنِيٍّ).
( رَوَاهُ أَحَمْدٌ وَالشَّيْخَانِ وَالنَّسَائِيُّ وَهُوَ الْحَديثُ رَقْمَ( 186) مِنْ كِتَابِ الزَّكَاةِ.
مِنَ الْفَتْحِ الرَّبَّانِيِّ: 9 / 139) وَهَذَا مَنْ كَلَاَمٍ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَلَكِنَّ مِثْلَهُ لَا يُقَالُ بِالرَّأْي.
وَهَذِهِ الْأَحَادِيثُ تُدْلِنَا عَلَى أَنَّ هَذِهِ الزَّكَاةِ فَرِيضَةٌ عَامَّةٌ عَلَى الرُّؤُوسِ وَالْأَشْخَاصِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ لَا فَرْقَ بَيْنَ حُرٍّ وَعَبْدٍ، وَلَا بَيْنَ ذَكَرٍٍ وَأُنْثَى، وَلَا بَيْنَ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ بَلْ لَا فَرْقَ بَيْنَ غَنِيٍّ وَفَقِيرٍ، وَلَا بَيْنَ حَضَرِيٍّ وَبَدُوِيٍّ.
Artinya : “Diriwayatkan dari Abū Hurairah tentang zakat fitrah: “Wajib bagi setiap orang merdeka dan hamba sahaya, laki-laki, dan perempuan, baik anak kecil atau orang dewasa, fakir atau kaya.
Ini merupakan pendapat Abi hurairah, akan tetapi selain Abi Hurairah tidak memberikan komentar, Hadis ini menunjukkan kepada kita, bahwa zakat ini merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam, tanpa membedakan antara orang merdeka den hamba sahaya, laki-laki dan perempuan, antara anak kecil dan orang dewasa, bahkan antara yang kaya dan yang miskin, penduduk kota dan desa.”
Kaum muslim yang tidak melaksanakan puasa Ramadhan juga tetap dikenai kewajiban membayar zakat fitrah. Alasannya, karena zakat fitrah dan puasa merupakan dua kewajiban yang berbeda. Sehingga meninggalkan salah satunya tidak mesti menggugurkan kewajiban yang lain. Keduanya sama-sama wajib dilaksanakan.
Sebagaimana dalam kitab Yas’alūnaka, juz 3, halaman 63 berikut,
وَصَوْمُ رَمَضَانَ لَا يَغْنَي عَنْ أَدَاءِ زَكَاةِ الْفِطْرِ كَمَا أَنَّ زَكَاةَ الْفِطْرِ لَا تَغْنَي عَنْ صَوْمِ رَمَضَانَ فَكُلٌّ مِنْهُمَا وَاجِبٌ مُسْتَقِلٌّ, وَكُلٌّ مِنْهُمَا مَطْلُوبُ الْأَدَاءِ مِنَ الْمُسْلِمِ الْقَادِرِ
Artinya : “Puasa Ramadhan tidak terkait dengan pelaksanaan Zakat fitrah, sebagaimana zakat fitrah tidak memiliki kaitan dengan puasa Ramadhan, Keduanya merupakan kewajiban yang berbeda, Setiap musim yang mampu dituntut untuk menunaikan keduanya.”
Demikian penjelasan mengenai orang tidak mampu puasa, apakah wajib membayar zakat fitrah? Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam. [Baca juga: Apakah Mustahik Wajib Berzakat Fitrah?]
*Editor: Zainuddin Lubis