السؤال
كيف نشأ الأطفال في زمن النبي صلى الله عليه وسلم؟ وما هي بعض الألعاب الأنشطة الخاصة بالأولاد والخاصة بالفتيات؟ ما الأعمال المنزلية التي ساعد فيها كل طفل والديهم ، وفي أي عمر بدأوا في المساعدة ؟ هل بقيت جميع الفتيات في المنزل؟ إذا لم يكن الأمر كذلك ، فما هي الوظائف التي قاموا بها خارج البيت ، مثل التجارة ، إلخ ؟ وهل يمكنك وصف يوما نموذجيا في حياة الطفل؟
Pertanyaan:
Bagaimana anak-anak tumbuh dan berkembang di zaman Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam? Apa saja permainan dan kegiatan yang khusus bagi anak laki-laki dan perempuan? Apa saja pekerjaan rumah yang biasanya dilakukan setiap anak untuk membantu orang tuanya dan pada usia berapa mereka mulai membantu? Apakah semua anak perempuan tinggal di dalam rumah saja? Jika tidak demikian, pekerjaan apa yang mereka lakukan di luar rumah, seperti berdagang, atau lain sebagainya? Mungkinkah Anda menggambarkan permisalan satu hari dalam kehidupan anak-anak tersebut?
الجواب
الحمد لله.
أولا:
الأطفال في زمن النبوة من كان منهم يبلغ سبع سنين فالظاهر أن يومه كان يبدأ بصلاة الفجر؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم كان يأمر أصحابه أن يبدأوا تعليم أولادهم الصلاة إذا بلغوا سبع سنين.
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ رواه أبو داود (495)، ورواه أبو داود (494) ، والترمذي (407) من حديث سَبْرَةَ بْنِ مَعْبَدٍ، وقال الترمذي: “حَدِيثُ سَبْرَةَ بْنِ مَعْبَدٍ الجُهَنِيِّ حَدِيثٌ حَسَنٌ”.
Jawaban:
Alhamdulillah.
Pertama, anak-anak di zaman Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam adalah anak yang sudah mencapai usia tujuh tahun. Tampaknya, hari mereka dimulai dengan salat Subuh, karena Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam telah menyuruh para Sahabatnya —Semoga Allah Meridai Mereka— untuk mulai mengajari anak-anak mereka salat ketika sudah berusia tujuh tahun. Diriwayatkan dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, yang mengatakan bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk salat ketika mereka berusia tujuh tahun. Ketika mereka berusia sepuluh tahun, pukullah mereka jika tidak mau salat dan pisahkan mereka di tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud no. 494 dan 495 dan Tirmidzi no. 407 dari hadis Sabrah bin Ma’bad al-Juhani) Tirmidzi berkata, “Hadis Sabrah bin Ma’bad al-Juhani adalah hadis sahih.”
ويشغل الصحابة رضوان الله عليهم نهار أولادهم بأمور أربعة:
الأمر الأول: أن يعلموهم الإيمان والإسلام بحسب ما يتيسّر لكل واحد منهم.
عَنْ جُنْدُبِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: ” كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ، فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا ” رواه ابن ماجه (61)، وصححه الألباني في “صحيح سنن ابن ماجه” (1 / 37 – 38).
قال ابن الأثير رحمه الله تعالى:
” ( حَزَاوِرَةٌ ) هو جمع حَزْوَرٍ وحَزَوَّرٍ، وهو الّذي قارب البلوغ، والتّاء لتأنيث الجمع ” انتهى. “النهاية في غريب الحديث” (1 / 380).
Para Sahabat —Semoga Allah Meridai mereka— mengisi waktu siang anak-anak mereka dengan empat hal:
- Pertama, mengajari mereka keimanan dan Islam sesuai kemampuan mereka masing-masing.
Jundub bin Abdullah mengatakan, “Kami adalah para pemuda berumur H̱azāwirah, kami membersamai Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam untuk belajar tentang keimanan sebelum kami belajar al-Quran. Kemudian, kami belajar al-Quran, sehingga iman kami bertambah.” (HR. Ibnu Majah no. 61 dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (1/37-38).
Ibnul Atsīr —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa H̱azāwirah adalah bentuk jamak dari H̱azwar dan H̱azawwar, yang artinya orang yang mendekati usia balig. Huruf Ta adalah untuk Taʾnīts al-Jamʿi. Selesai kutipan dari Gharīb al-H̱adīts (1/380).
وعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: ” تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا ابْنُ عَشْرِ سِنِينَ، وَقَدْ قَرَأْتُ المُحْكَمَ ” رواه البخاري (5035).
والمحكم؛ هو سور المفصل، وسور المفصّل من سورة ق أو الحجرات – على خلاف بين أهل العلم- إلى سورة الناس.
وعن البَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: ” أَوَّلُ مَنْ قَدِمَ عَلَيْنَا مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ، وَابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ وَكَانَا يُقْرِئَانِ النَّاسَ، فَقَدِمَ بِلاَلٌ وَسَعْدٌ وَعَمَّارُ بْنُ يَاسِرٍ، ثُمَّ قَدِمَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ فِي عِشْرِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا رَأَيْتُ أَهْلَ المَدِينَةِ فَرِحُوا بِشَيْءٍ فَرَحَهُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى جَعَلَ الإِمَاءُ يَقُلْنَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَا قَدِمَ حَتَّى قَرَأْتُ: ( سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى ) فِي سُوَرٍ مِنَ المُفَصَّلِ ” رواه البخاري (3925).
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas —Semoga Allah Meridainya— bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam wafat ketika aku berumur sepuluh tahun, sementara aku sudah selesai membaca al-Muẖkam. (HR. Bukhari, no. 5035). Al-Muẖkam adalah surah-surah Mufaṣṣal, yakni dari surah Qaf atau al-Hujurat—karena ada perbedaan pendapat ulama—sampai surah an-Nas. Diriwayatkan dari al-Barāʾ bin ʿĀzib —Semoga Allah Meridainya—, dia berkata, “Orang yang pertama kali datang kepada kami adalah Musʿab bin Umair dan Ibnu Ummi Maktum. Mereka membacakan al-Quran kepada manusia. Kemudian, Bilal, Saʿad dan Ammar bin Yasir juga datang, kemudian Umar bin Khattab datang bersama dua puluh Sahabat Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam yang lain. Barulah kemudian Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam datang. Aku tidak pernah melihat penduduk Madinah bergembira dengan sesuatu seperti mereka bergembira dengan kedatangan Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam, sampai-sampai para budak wanita berseru, ‘Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam sudah tiba!’ Beliau tidak datang melainkan aku telah membaca, ‘Sabbiẖisma rabbikal aʿlā’ yang termasuk dalam surah-surah al-Mufaṣṣal.” (HR. Bukhari no. 3925)
والبراء يومئذ في سن الطفولة؛ لأنه استصغر في غزوة بدر. ومن بلغ السابعة فأهله يتابعون مواظبته على سائر الصلوات الخمس، كما مرّ في الحديث السابق، وربما قاموا بشيء من صلوات التطوع بحسب ما يتيسّر لكل واحد منهم.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: ” بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي، فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنَ اللَّيْلِ، فَقُمْتُ أُصَلِّي مَعَهُ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ، فَأَخَذَ بِرَأْسِي، فَأَقَامَنِي عَنْ يَمِينِهِ ” رواه البخاري (699).
Al-Barāʾ saat itu di usia belia, karena ia masih kecil saat perang Badar terjadi. Anak yang sudah mencapai usia tujuh tahun, keluarganya akan selalu mengontrol rutinitasnya mengerjakan salat lima waktu, sebagaimana dalam hadis tersebut. Mungkin juga mereka melakukan sebagian salat sunah sesuai kadar kemampuan masing-masing dari mereka.
Ibnu Abbas —Semoga Allah Meridainya— meriwayatkan, “Aku bermalam di rumah bibiku, lantas Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam berdiri untuk melaksanakan salat malam. Lalu aku berdiri untuk salat bersamanya. Aku berdiri di sebelah kiri beliau, lantas beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam memegang kepalaku dan menggeserku ke sebelah kanannya.” (Bukhari no. 699)
وربما صام بعضهم ليتعوّد عليه ويسهل عليه إذا كبر. عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ، قَالَتْ: ” أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ: مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا، فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا، فَليَصُمْ، قَالَتْ: فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ العِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الإِفْطَارِ ” رواه البخاري (1960) ، ومسلم (1136).
Sebagian mereka mungkin juga ada yang berpuasa agar terbiasa dan meringankan mereka saat sudah dewasa nanti. Diriwayatkan Rubayyiʿ binti Muʿawwidz, dia berkata, “Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam mengirim seorang utusan pada pagi hari Asyura ke desa-desa kaum Anshar, ‘Barang siapa yang pagi harinya tidak berpuasa, maka hendaknya menyempurnakan sisa harinya (dengan berpuasa, pent.).
Adapun yang telah berpuasa sejak pagi hari, hendaknya dia meneruskan puasanya.’ Setelah itu kami berpuasa. Kami juga membiasakan anak-anak kami untuk berpuasa. Kami buatkan untuk mereka mainan dari kapas. Kalau salah satu di antara mereka menangis karena ingin makan, maka kami memberikan itu kepadanya sampai saat berbuka puasa.” (HR. Bukhari, no. 1960 dan Muslim, no. 1136).
وربما حجّ بعضهم. عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ، قَالَ: ” حُجَّ بِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ ” رواه البخاري (1858).
Sebagian mereka mungkin juga ada yang berhaji. Diriwayatkan bahwa as-Sāʾib bin Yazīd berkata, “Aku dibawa berhaji bersama Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam ketika aku berusia tujuh tahun.” (Bukhari no. 1858).
الأمر الثاني: أن يشاركوا أهاليهم بما يطيقونه من أعمال الحياة والخدمة. عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ” قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ لَيْسَ لَهُ خَادِمٌ، فَأَخَذَ أَبُو طَلْحَةَ بِيَدِي، فَانْطَلَقَ بِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أَنَسًا غُلاَمٌ كَيِّسٌ فَلْيَخْدُمْكَ، قَالَ: فَخَدَمْتُهُ فِي السَّفَرِ وَالحَضَرِ، مَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ صَنَعْتُهُ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا هَكَذَا؟ وَلاَ لِشَيْءٍ لَمْ أَصْنَعْهُ لِمَ لَمْ تَصْنَعْ هَذَا هَكَذَا؟ ” رواه البخاري (2768) ، ومسلم (2309). وكان عمره عند بداية خدمته للنبي صلى الله عليه وسلم عشر سنين.
- Kedua, mereka juga ikut serta mengerjakan kegiatan sehari-hari atau membantu keluarga mereka sesuai kemampuan mereka. Diriwayatkan dari Anas —Semoga Allah Meridainya— yang mengatakan bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam tiba di Madinah tanpa membawa pelayan, maka Abu Thalhah memegang tanganku dan membawaku kepada Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anas ini anak yang cerdas, izinkan dia melayani Anda.” Anas —Semoga Allah Meridainya— berkata, “Kemudian saya melayani beliau saat safar maupun mukim. Beliau tidak pernah mempertanyakan kepada saya atas segala yang saya lakukan, ‘Kenapa kamu melakukannya begini?’ Pun beliau tidak pernah mempertanyakan kepada saya atas segala yang saya tidak lakukan, ‘Kenapa kamu tidak melakukannya?’” (HR. Bukhari, no. 2768 dan Muslim, no. 2309) Umurnya saat dia mulai melayani Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam adalah adalah sepuluh tahun.
عَنْ أَنَس بْن مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: ” أَنَّهُ كَانَ ابْنَ عَشْرِ سِنِينَ، مَقْدَمَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ، فَكَانَ أُمَّهَاتِي يُوَاظِبْنَنِي عَلَى خِدْمَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَدَمْتُهُ عَشْرَ سِنِينَ، وَتُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا ابْنُ عِشْرِينَ سَنَةً ” رواه البخاري (5166).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwasanya dia berumur sepuluh tahun saat kedatangan Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam di Madinah. “Ibuku sudah membiasakan diriku untuk melayani Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam. Aku melayani beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam selama sepuluh tahun. Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam meninggal ketika saya berusia dua puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 5166)
الأمر الثالث: أن يأخذوا حقهم من اللهو واللعب.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: ” كُنْتُ أَلْعَبُ بِالْبَنَاتِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ لِي صَوَاحِبُ يَلْعَبْنَ مَعِي، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ يَتَقَمَّعْنَ مِنْهُ، فَيُسَرِّبُهُنَّ إِلَيَّ فَيَلْعَبْنَ مَعِي” رواه البخاري (6130) ، ومسلم (2440).
- Ketiga, mereka tetap mendapatkan hak mereka bersenang-senang dan bermain.
Diriwayatkan dari Aisyah, dia mengatakan, “Dahulu aku sering bermain dengan boneka anak perempuan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dahulu aku juga memiliki teman-teman belia yang biasa bermain denganku. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumah, teman-temanku pun berlari sembunyi. Beliau pun meminta mereka untuk keluar kepadaku untuk bermain lagi, maka mereka pun melanjutkan bermain bersamaku.” (HR. Bukhari no. 6130 dan Muslim no. 2440)
وقَالَ أَنَسٌ: ” كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ خُلُقًا، فَأَرْسَلَنِي يَوْمًا لِحَاجَةٍ، فَقُلْتُ: وَاللهِ! لَا أَذْهَبُ، وَفِي نَفْسِي أَنْ أَذْهَبَ لِمَا أَمَرَنِي بِهِ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَخَرَجْتُ حَتَّى أَمُرَّ عَلَى صِبْيَانٍ وَهُمْ يَلْعَبُونَ فِي السُّوقِ، فَإِذَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ قَبَضَ بِقَفَايَ مِنْ وَرَائِي، قَالَ: فَنَظَرْتُ إِلَيْهِ وَهُوَ يَضْحَكُ، فَقَالَ: يَا أُنَيْسُ! أَذَهَبْتَ حَيْثُ أَمَرْتُكَ؟ قَالَ قُلْتُ: نَعَمْ، أَنَا أَذْهَبُ، يَا رَسُولَ اللهِ ” رواه مسلم (2310).
Anas —Semoga Allah Meridainya— berkata, “Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam adalah orang yang paling santun akhlaknya. Suatu hari beliau pernah mengutus aku untuk suatu keperluan, lalu aku berkata, “Demi Allah! Aku tidak akan pergi! Padahal dalam hatiku aku tetap bertekad pergi melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi Allah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam. Lalu aku berangkat sampai aku melewati anak-anak yang sedang bermain di pasar. Tiba-tiba Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam memegang tengkukku dari belakang.” Anas mengisahkan, “Lantas aku melihat beliau tertawa, lalu berkata, ‘Wahai Anas! Apakah kamu sudah pergi ke tempat yang aku perintahkan kepadamu?’ Aku jawab, ‘Ya, aku akan pergi, wahai Rasulullah.’” (HR. Muslim no, 2310)
ولم نقف في صحيح الأحاديث على تفاصيل ما كانوا يمارسونه من الألعاب؛ لكن الظاهر أنهم استمروا على الألعاب التي كانوا يعرفونها في الجاهلية مما لم يأت الشرع بتحريمه، وما كان في زمنهم من ألعاب القوة كمصارعة بعضهم بعضا كما تشير إلى ذلك بعض الأحاديث .
وقد فصّل الدكتور جواد علي ألعاب الأطفال التي عرفها العرب في ذلك الزمن، وذلك في كتابه “المفصل في تاريخ العرب قبل الإسلام – طبعة دار الساقي-” (9 / 124 – 126).
Kami belum mendapati dalam hadis-hadis sahih tentang rincian permainan yang dahulu biasa mereka lakukan. Namun tampaknya, mereka tetap meneruskan permainan-permainan yang mereka kenal sejak masa jahiliah yang tidak diharamkan oleh syariat Islam. Di zaman mereka ada permainan kekuatan, seperti gulat, sebagaimana yang ditunjukkan dalam beberapa hadis.
Dr. Jawad Ali merinci permainan-permainan anak-anak yang sudah dikenal bangsa Arab di masa itu dalam kitabnya al-Mufaṣṣal fī Tārīkh al-ʿArab Qabla al-Islām, terbitan Dār as-Sāqī (9/124-126).
ثانيا:
الأصل في نساء الصحابة أنهن كن يَقِرْنَ في بيوتهن ، استجابة لقول تعالى:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى الأحزاب/33.
ولا يخرجن إلا لحاجة من حوائجهن ، أو صلاة ترغب إحداهن في حضورها، ولا يزاحمن الرجال في الشوارع والاسواق.
قال ابن كثير رحمه الله تعالى:
” وقوله: ( وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ ) أي: الزمن بيوتكن فلا تخرجن لغير حاجة.
Kedua, pada asalnya, para Sahabat Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam dari kalangan wanita selalu berada dalam rumah mereka, dalam rangka mematuhi firman Allah Subẖānahu wa Taʿālā (yang artinya), “Tetaplah kalian (para wanita) berada di dalam rumah kalian dan janganlah kalian berhias berlebihan seperti orang-orang jahiliah dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Mereka tidak keluar kecuali untuk memenuhi keperluan mereka atau untuk salat yang ingin mereka hadiri. Mereka tidak berkerumun bersama pada lelaki di jalan maupun pasar. Ibnu Katsir —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa firman-Nya (yang artinya), “Tetaplah kalian (para wanita) berada di dalam rumah kalian …” maksudnya mereka selalu di rumah mereka dan tidak keluar tanpa ada keperluan.
ومن الحوائج الشرعية الصلاة في المسجد بشرطه، كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( لا تمنعوا إماء الله مساجد الله، وليخرجن وهن تفلات ) وفي رواية: ( وبيوتهن خير لهن ) ” انتهى من “تفسير ابن كثير” (6 / 409).
وراجعي للفائدة جواب السؤال رقم : (145492).
Di antara keperluan yang sesuai syariat adalah salat di masjid asalkan syaratnya terpenuhi, sebagaimana yang Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam sabdakan, “Janganlah kalian melarang para wanita hamba-hamba Allah ke masjid-masjid Allah, biarkan mereka keluar (ke masjid) dalam keadaan tanpa memakai wewangian.” Dalam riwayat lain disebutkan, “… dan rumah mereka lebih baik bagi mereka.” Selesai kutipan dari tafsir Ibnu Katsir (6/409) Sebagai tambahan faedah, silahkan lihat jawaban pertanyaan no. 145492.
ويظهر من الأحاديث الني سبق ذكرها من تعويد الأولاد على شرائع الدين من الصغر؛ أن الصحابة رضوان الله عليهم كانوا يهيئون بناتهم لالتزام أحكام الشرع من الصغر، فيلزموهن بالآداب التي تنمّي فيهن الحياء والعفة، امتثالا لأمر الله تعالى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ التحريم/6.والله أعلم.
Tampak dari hadis-hadis yang telah disebutkan di atas bahwa anak-anak sudah dibiasakan untuk mematuhi ketentuan syariat sejak kecil. Para Sahabat —Semoga Allah Meridai mereka— mempersiapkan putri-putri mereka untuk menjadi wanita yang memiliki komitmen terhadap hukum-hukum syariat sejak kecil dan mendidik mereka untuk mematuhi adab-adab yang menumbuhkan rasa malu dan kesucian diri. Semua itu mereka lakukan dalam rangka menjalankan perintah Allah Subẖānahu wa Taʿālā (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia Perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6) Allah Yang lebih Mengetahui.
Sumber: https://islamqa.info/ar/answers/289243/نمط-حياة-الاطفال-في-زمن-النبوة
PDF Sumber Artikel
Referensi: https://konsultasisyariah.com/42741-parenting-islami-aktivitas-harian-anak-anak-kecil-di-masa-rasulullah.html