Warga Palestina Abdul Raouf Al-Muhtaseb (Abdurrauf Al-Muhtasib) meninggal di Hebron pada usia 61 tahun. Abdul Raouf adalah warga Palestina yang menolak menjual rumah dan tokonya kepada pemukim dan otoritas penjajah ‘Israel’ seharga 100 juta dolar AS (setara Rp 1,6 T).
Abdul Raouf meninggal dunia pada hari Kamis (22/12/2022), di rumahnya di Kota Tua Hebron akibat serangan jantung. “Abdul Raouf Al-Muhtaseb, jamaah tetap Masjid Ibrahimi, meninggal dunia hari ini. Dia terkenal karena menolak uang jutaan dolar untuk melepas rumahnya di Hebron yang diduduki (‘Israel’),” demikian tulis CJ Werleman, jurnalis, dan komentator politik, yang mendedikasikan karir jurnalistiknya untuk mengungkap diskriminasi dan ketidakadilan terhadap komunitas Muslim di seluruh dunia melalui akun twitternya.
Sebagaimana diketahui, rumah Abdul Raouf Al-Muhtaseb berhadapan langsung dengan Masjid Ibrahimi, di pusat lingkungan lama Al-Sahla, Hebron, lapor Arabi 21. Dikutip media Albawaba edisi Bahasa Arab, selama hidupnya, Abdul Raouf mengalami intimidasi oleh pemukim haram Yahudi agar melepaskan rumah dan tanahnya.
Namun selama selama 40 tahun ia mengaku tetap teguh mempertahankan setiap jengkal tanahnya agar tidah jatuh ke tangan Yahudi meskipun mereka telah menggunakan semua metode intimidasi dan penindasan didukung pasukan penjajah ‘Israel’, kata media itu.
Al-Mohtaseb telah menolak semua tawaran ‘Israel’ sebelumnya yang dibuat untuk membeli rumah dan tokonya, yang menghadap Masjid Ibrahimi di kota tua Al-Quds.
Dalam sebuah media, ia pernah mengungkapkan, bahwa penawaran dimulai dari harga 6 juta USD, kemudia naik menjadi 40 juta USD dan akhirnya mencapai 100 juta USD. Meski demikian, ia mengaku tak akan pernah mengubah pendiriannya untuk melepaskan dan akan tetap menjadi penjaga Masjid Ibrahimi.
“Saya menolak tawaran ‘Israel’ sebesar 100 juta dolar. Bahkan saya akan menolak seluruh uang di bumi. Saya tidak akan mengkhianati tanah atau rakyat saya,” kata Al-Mohtaseb.
Ia pernah bercerita, seorang pemukim haram ‘Israel’ juga pernah menawarkan fasilitas gratis agar Al-Mohtaseb dan keluarganya bisa memilih pindah ke Australia atau Kanada untuk menjalani kehidupan baru dan memulai bisnis baru, ia menolak mentah-mentah tawaran itu.
Al-Mohtaseb mengatakan, semakin tinggi Yahudi menaikkan tawaran untuk rumahnya, cintanya kepada Palestina justru semakin meningkat. Al-Mohtaseb mengatakan ia memiliki 20 cucu yang diharapkan akan menghabiskan hidup mereka di Hebron.
“Saya menghabiskan masa kecil saya di sini, tetapi cucu saya kehilangan ini. Saya tidak mau,” keluhnya.
Dalam sebuah wawancara dengan media Al-Mohtaseb juga menjelaskan penderitaan warga Palestina di Hebron karena ulah pendudukan ‘Israel’. “Suatu kali, saya melakukan perjalanan ke Yordania, tetapi saya merasa tidak betah. Akhirnya saya memutuskan segera pulang ke Hebron, walaupun hidup di penjara yang nyata.”
Suatu ketika, seorang pemukim Isral bernama Boaz mendatangi dan menawari 30 juta USD (sekitar 470 Miliar) untuk membeli rumahnya. Al-Mohtaseb mengajak Boaz ke sudut rumahnya dan menunjuk ke sebuah batu bata.
“Batu bata manakah yang kamu berani bayar 30 juta USD?” Boaz menjawab: “Saya ingin membeli seluruh rumah.” Lalu Al-Mohtaseb menjawab: “30 juta USD tidak cukup untuk satu bata saja.”
Ia juga mengatakan, semakin mereka (Yahudi) menaikkan harga jual, ia semakin mencintai rumah dan tanahnya, meski di bawah penjajahan. “Semakin mereka menaikkan harga, semakin saya menempel di tanah saya dan menyukainya,” katanya.*