Pengakuan Imam Bukhari tentang Hadits tak Sahih yang Dihafalnya

Imam Bukhari menghafal hadits tak sahih lebih banyak dari hadits sahih

Keterpercayaan umat Muslim terhadap hadits-hadits yang ditakhrij oleh Imam Bukhari tidak pernah terlekang waktu. Setiap membaca hadits riwayat Bukhari, yang terhimpun di dalam kitab Shahih al-Bukhari, maka pastilah hadits tersebut dijamin kesahihannya. 

Namun di balik itu, ada proses panjang yang dilalui Imam Bukhari dalam meriwayatkan hadits. Selain menyeleksi perawi dengan sangat ketat, Imam Bukhari juga menghafal ratusan ribu hadits dengan berbagai statusnya.

Imam Bukhari memiliki hafalan hadits dari berbagai status yang berbeda-beda, baik yang shahih maupun yang tidak sahih. Hal ini tentu sebagai bentuk upaya untuk menghasilkan hadits-hadits sahih yang kemudian terhimpun dalam kitab Shahih al-Bukhari. 

Bahkan, sebenarnya Imam Bukhari lebih banyak hafal hadits yang tidak sahih. Dalam “Tarikh Baghdad”, disebutkan mengenai pengakuan Imam Bukhari terkait jumlah hadits yang dihafalnya, sebagai berikut: 

– البخاري قال أحفظ مائة ألف حديث صحيح، وأحفظ مائتي ألف حديث غير صحيح.تاريخ بغداد ( ٢٤/٢).

“Saya hafal 100 ribu hadits sahih, dan saya hafal 200 ribu hadits yang tidak sahih.” 

Dengan demikian, diketahui bahwa hafalan hadits sahih yang dimiliki Imam Bukhari itu lebih sedikit setengahnya dari hafalan hadits yang tidak sahih. Ini juga menunjukkan tentang kehati-hatian Imam Bukhari dalam meriwayatkan hadits, sehingga deteksi terhadap hadits-hadits tak sahih lebih kuat. 

Dalam proses periwayatan hadits, Imam Bukhari menulis hadits dari seribu syekh dan lebih. Lalu dari setiap syekh, dia mengambil 10 ribu hadits. 

Dia pun tidak meriwayatkan hadits, kecuali dengan menyebut jalur sanadnya atau rantai perkataannya. Imam Bukhari berkata:

 كتبتُ عن ألف شيخ وأكثر، عن كلِّ واحدٍ منهم عشرة آلاف وأكثر، ما عندي حديث إلا أذكر إسناده.تاريخ بغداد،(١٠/٢)

“Saya menulis dari seribu syekh dan lebih. Pada setiap syekh itu, saya mendapat 10 ribu lebih (hadits). (Tetapi) saya tidak punya (meriwayatkan) hadits tanpa menyebutkan jalur sanadnya.”

Imam Bukhari bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari. Imam Bukhari lahir pada 13 Syawal 194 H di Bukhara, sebuah daerah di tepi Sungai Jihun, Uzbekistan.

Ayah Imam Bukhari bernama Ismail, yang dikenal sebagai ulama yang shaleh. Imam Bukhari lahir di lingkungan yang memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu. Sejak kecil, Imam Bukhari sudah menunjukkan bakat-bakat kecerdasan.

Dia punya ingatan yang tajam, melebihi anak-anak seusianya. Saat berusia 10 tahun, Imam Bukhari berguru kepada ad-Dakhili, seorang ulama ahli hadits. Imam Bukhari tidak pernah absen belajar hadits dari gurunya itu.  

IQRA