Pengaruh Tertinggal Salat Jamaah dalam Produktifitas Hidup Kita

Di zaman ini, sering kali kita jumpai hampir semua orang memakai dan menggunakan gadget di setiap kegiatan kehidupan keseharian mereka. Bahkan, tak luput pula saat ibadah, baik sebelum maupun sesudah salat. Yang miris adalah setelah salat, mereka langsung melihat gadget. Dan yang membuat teriris adalah saat khotbah Jumat pun banyak yang menyalakan dan memainkan HP/gadget, astaghfirullah.

Hal ini menjadi musibah tatkala menjadi suatu kebiasaan, yang merugikan kita dalam aspek kehidupan, bahkan ibadah. Ketika HP/gadget memanggil, lalu pimpinan, atasan dalam pekerjaan memanggil, secepat mungkin kita menanggapi. Bahkan, merespon berlebihan apapun kondisi dan keadaan saat itu. Namun, tatkala Allah ‘Azza Wajalla Yang memiliki segalanya, Yang Maha Besar, dan Maha Segalanya, memangil melalui azan yang berkumandang di setiap sudut-sudut kota maupun desa, insan yang tak merasa bersalah tersebut sengaja datang terlambat. Bahkan, kadangkala sengaja mengakhirkan salat dan sampai pura-pura tidak mendengar suara azan.

Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

إن الإنسان كلما تأخر عن الصف الأول والثاني أو الثالث (أي في الصلاة) ألقى الله في قلبه محبة التأخر في كل عمل صالح والعياذ بالله

“Tatkala manusia terlambat dari menempati saf pertama, kedua, atau ketiga (yakni dalam salat), maka Allah buat hatinya suka mengakhirkan semua amal saleh. Wal’iaydzubillah.” (Syarah Riyadhus Shalihin, 5: 111)

Pengaruh yang dikhawatirkan bagi seorang yang terlambat, dan bahkan meninggalkan salat dalam kehidupannya adalah mulai hilang rasa aman dan tentram dalam kehidupannya. Satu contoh, tatkala ia dengan sengaja meninggalkan salat subuh, maka bisa dipastikan aktivitas dia pada hari itu akan terganggu dan akan merusak produktifitas pekerjaan. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ، وَلَا بُرْهَانٌ، وَلَا نَجَاةٌ ، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ، وَفِرْعَوْنَ، وَهَامَانَ، وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ

”Barangsiapa yang tidak menjaga salat, maka dia tidak mendapatkan cahaya, tidak mendapatkan burhan (petunjuk), tidak mendapatkan keselamatan, dan di hari kiamat dia akan dikumpulkan bersama Qarun, Firaun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad, 2: 169; Ad-Darimi, 2: 301. Hadis ini dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani)

Dalam hadis tersebut, banyak hikmah dan pelajaran yang dapat kita ambil dan kita renungkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwasanya sebagai percontohan orang yang tidak menjaga salatnya, ia akan dikumpulkan berdasarkan golongan mereka, seperti halnya Allah menghukum Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf. Perumpamaan dari penyebutan nama-nama di atas merupakan satu isyarat bagi orang yang meninggalkan salat.

Perumpamaan yang pertama, karena seorang sibuk dan mengejar hartanya sampai lupa salat, maka dinisbatkan seperti halnya Qarun. Perumpamaan yang kedua, karena cinta akan jabatan dan kekuasaan, maka kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan perumpamaannya seperti Fir’aun dan Haman. Mereka melambangkan seorang yang buta akan kekuasaan dan jabatan. Dan perumpamaan yang terakhir atau perumpamaan yang ketiga, yakni manusia yang terlalu sibuk dalam mengejar harta dunia, mengejar harta perdagangan dunianya, dan perniagaannya, dinisbatkan pada nama Ubay bin Khalaf. Mereka itulah nama-nama yang kekal sebagai perumpamaan orang kafir yang telah menyia-nyiakan dan meninggalkan salat, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّاً  إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَأُوْلَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئاً

”Maka, datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya. Mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh. Maka, mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam: 59-60)

Semoga Allah ‘Azza Wajalla menjaga hidayah dan keistikamahan kita, mengaruniakan keberkahan dan keikhlasan dalam setiap amal yang kita perbuat. Dan jangan lupa untuk senantiasa berdoa dan meminta perlindungan pada Allah agar kita terhindar dari fitnah dan perbuatan keji, yakni meninggalkan dan menyia-nyiakan salat. Termasuk di antaranya, terhindar dari tidak memperhatikan syarat sah salat dan rukun salat, tidak khusyuk dalam salat, dan terhindar dari sifat malas dalam melaksanakan ibadah salat. Semoga kita dimudahkan dan dimampukan dalam menjaga niat diri, ikhlas menjadi insan yang semakin bertakwa, dan mengimani setiap syariat dan sunah Nabi.

***

Penulis: Kiki Dwi Setiabudi, S.Sos.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/89728-pengaruh-tertinggal-salat-jamaah-dalam-produktifitas-hidup-kita.html