Dalam Pengajian Tarjih yang digelar pada Rabu (02/08), Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ghoffar Ismail mengangkat isu menarik seputar takhayul dan khurafat. Dengan kebijaksanaan yang dikenal luas dalam pemahaman agama, ia memberikan wawasan yang mendalam mengenai perbedaan di antara kedua konsep tersebut.
Dalam pemaparannya, Ghoffar Ismail merujuk pada pengertian takhayul sebagai suatu bentuk pembayangan atau imajinasi tanpa dasar yang kuat. Mengutip sebuah ayat dalam al-Quran yang mengisahkan tukang sihir Fir’aun, Ghoffar menjelaskan bagaimana takhayul dapat mendorong seseorang untuk menganggap khayalan sebagai kebenaran.
“Tukang sihir Firaun menyihir setiap mata para penontonnya. Sehingga seolah mata mereka melihat tali dan tongkat mereka menjadi ular. Termasuk Musa ‘alaihis salam, terbayang dalam diri beliau, tali dan tongkat mereka menjadi ular,” ucap Ghoffar.
Selanjutnya, narasumber tersebut menjelaskan konsep khurafat sebagai bentuk ekstrem dari takhayul. Khurafat melibatkan keyakinan yang tidak hanya didasarkan pada khayalan semata, tetapi juga diwarnai oleh unsur-unsur kedustaan. Ghoffar menggambarkan bagaimana khurafat sering kali merujuk pada cerita-cerita yang tidak memiliki dasar yang valid, bahkan bertentangan dengan ajaran Islam yang sejati.
“Khurafat adalah cerita-cerita yang mempesonakan bercampur dengan perkara dusta. Atau cerita rekaan, khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam dan diyakini kebenarannya,” terang Ghoffar.
Ghoffar Ismail menyoroti bahaya dari menerima takhayul dan khurafat tanpa kritis. Ia mengingatkan audiensnya bahwa Islam mendorong umatnya untuk memahami ajaran agama dengan akal sehat dan berdasarkan dalil-dalil yang sahih. Menurutnya, menghindari takhayul dan khurafat adalah langkah penting dalam mempertahankan keyakinan yang benar dan menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam pengajian tersebut, Ghoffar Ismail mengingatkan bahwa pemahaman yang mendalam dan pemikiran yang rasional adalah jalan yang benar dalam mengatasi takhayul dan khurafat. Dengan memahami perbedaan antara khayalan dan kebenaran, umat Islam dapat menghindari jebakan-jebakan keyakinan yang salah dan tetap kokoh dalam landasan agama yang sahih.