Ketua Umum Sarikat Penyelenggara Umrah Haji Indonesia (SAPUHI) Syam Resfiadi mengatakan, bisnis umroh di tahun 2023 masih belum dipastikan akan stabil. Meski demikian dia optimis akan ada jalan keluar mengatasi permasalahan yang menimpa bisnis di sektor umroh ini.
“Tapi insya Allah kita optimis semua ada kemudahan di balik kesulitan dan itu sudah sunnantullah, Allah subhanahu wa ta’ala yang diterapkan di alam dunia ini sehingga kita sebagai makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala hanya bisa bersyukur dan berterima kasih tentunya kepada Allah,” kata Syam Resfiadi saat dihubungi Republika, Selasa (22/11/2022).
Syam mengatakan, di tengah ketidakpastian ini yang bisa dilakukan adalah bersyukur, karena telah diberikan kesempatan menjalankan hidup. Dengan bersyukur maka nikmat akan Allah SWT tambah.
“Karena sampai saat ini kita masih bisa diberikan kesempatan untuk menjalankan kehidupan dunia ini dengan niat ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ujarnya.
Syam yakin, jika masyarakat, khusus umat Islam pandai bersyukur maka Allah SWT segera memberikan jalan keluar. Sehingga bangsa Indonesia dapat segera keluar dari segala persoalan yang terjadi saat ini. “Yakin Insya Allah pasti ke depan akan lebih baik dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” katanya.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal Afiliasi Mandiri Penyelenggaraan Umroh Haji (Sekjen AMPUH) Tri Winarto optimis bisnis umroh di tahun 2023 akan terus tumbuh. Hal bisa dilihat dari data jumlah jamaah umroh yang terus meningkat pasca pandemi Covid-19.
Tri mengatakan, menurut data yang disampaikan oleh Direktur Bina Umroh dan Haji Khusus Kementerian Agama Nur Arifin bahwa jamaah umroh Indonesia ada 900 ribu jamaah umroh. Data tersebut merupakan hasil pencatatan Januari tahun 2022 sampai November.
“Menurut Dirbina saat pembukaan Rakernas AMPUH kemarin jumlah jamaah umroh Indonesia tahun ini saja saat musim belum berakhir sejak dibuka tanggal 12 Januari kalau tidak salah sampai saat ini sudah mencapai 900 ribu lebih,” katanya.
Ini kata dia, melebihi dari jumlah jamaah umroh negara Pakistan. Sebentar lagi jumlahnya bisa tembus 1 juta jamaah Indonesia yang pergi umroh. “Jadi animo masyarakat memang luar biasa untuk umroh,” ujarnya.
Tri mengatakan, setidaknya ada dua faktor yang menjadi pemicu tumbuh sektor udah di bidang penyelenggaraan perjalanan ibadah umroh. Pertama situasi pandemi Covid-19 dunia terus membaik kedua adanya kelonggaran pemerintah Saudi terkait kedatangan jamaah Indonesia yang akan berangkat umroh. “Seperti dibebaskannya vaksin covid dan vaksin meningitis,” katanya.
Dua faktor di atas itu kata dia, menjadi angin segar bagi iklim bisnis umroh di Indonesia. Keadaan ini membuat pengusaha umroh dan haji khusus secara umum bernapas lega. “Hal ini tentu akan menjadi sentimen positif bagi perjalanan ibadah umroh ke Tanah Suci Makkah dan Madinah,” katanya.
Namun demikian kata dia, ke depan yang harus diwaspadai adalah perang Rusia yang belum usai sehingga mengakibatkan harga minyak bumi (avtur) yang terus naik.
Dan masalah lain yang perlu jadi perhatian PPIU adalah nilai dolar yang semakin tinggi terhadap rupiah. “Ini juga menjadi beban tersendiri,” katanya.
Kenapa perlu mendapat perhatian khusus, karena komponen umroh di dalamnya termasuk visa dan layanan-layanan hotel di Saudi semua dibayar dengan menggunakan dollar. Hal ini tentu akan berpengaruh dengan besaran nominal umroh.
“Ini yang harus diwaspadai ke depan. Sehingga tidak salah dalam menyusun paket-paket umroh,” katanya.
PPIU Indonesia tentu berharap agar nilai tukar rupiah stabil, sehingga harga paket-paket umroh yang ditawarkan kepada jamaah bisa lebih terjangkau.