Pentingnya Memahami Kondisi Riil dan Tantangan dalam Manasik Haji: Program Sertifikasi Kemenag

Pelaksanaan ibadah haji dipandu oleh para pembimbing yang memiliki peran sentral. Oleh karena itu, Kementerian Agama (Kemenag) telah meluncurkan program sertifikasi guna memastikan kompetensi para pembimbing dalam menghadapi tantangan nyata dalam manasik haji.

Pentingnya Peran Pembimbing dalam Ibadah Haji

Pembimbing haji memiliki peran kunci dalam memandu jamaah dalam melaksanakan ibadah haji. Dalam upaya meningkatkan kualitas pemandu ini, Kemenag menggelar program sertifikasi yang bertujuan untuk memastikan mereka memiliki kualifikasi dan pemahaman yang diperlukan.

Mengatasi Tantangan Nyata dalam Manasik Haji

Proses sertifikasi yang diadakan Kemenag tidak hanya mengandalkan metode klasikal dan pemahaman teoritis semata. Menurut Arsad Hidayat, Direktur Bina Haji Kemenag, program sertifikasi juga mengintegrasikan praktik lapangan sebagai bagian penting dari proses pembelajaran.

Tujuan dari pendekatan ini adalah agar para pembimbing haji mampu memahami secara menyeluruh proses manasik haji, baik dari sisi teori maupun praktik. Lebih dari itu, mereka juga diharapkan memahami kondisi sebenarnya di lapangan serta dinamika permasalahan yang mungkin muncul. Hal ini bertujuan untuk memungkinkan para pembimbing memberikan pemahaman yang mendalam kepada para jamaah.

Arsad Hidayat menjelaskan, “Sertifikasi tidak hanya sekadar teori. Para peserta sebenarnya akan diajak untuk memahami dan menerapkan secara praktis, sehingga mereka dapat menjelaskan dengan lengkap mengenai manasik haji kepada para jamaah. Ini termasuk pemahaman mengenai kondisi sebenarnya dan berbagai permasalahan yang mungkin timbul di Makkah dan Madinah.”

Program Sertifikasi dalam Praktek

Saat ini, Kemenag sedang menyelenggarakan Program Sertifikasi Pembimbing di Bandung. Kegiatan ini melibatkan 100 ASN Kementerian Agama dari berbagai daerah.

Kegiatan tersebut diatur oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, bekerja sama dengan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dalam jadwal yang telah ditetapkan, program sertifikasi berlangsung dari tanggal 14 Agustus hingga 18 Agustus 2023.

Khalilurrahman, Kasubdit Bimbingan Jamaah, menjelaskan bahwa proses sertifikasi berlangsung selama lima hari. Setelah tiga hari penuh dengan pembelajaran teori, peserta akan mengikuti sesi praktik lapangan.

Peserta sertifikasi akan terlibat dalam praktik manasik haji di Masjid Al Jabar Bandung. Kegiatan ini melibatkan para peserta yang akan mengenakan pakaian ihram dan menjalankan langkah-langkah yang sesuai dengan ibadah haji.

Selain praktik, para peserta juga akan mendapatkan penjelasan mengenai skenario pelaksanaan manasik haji oleh KH. Adam Anhari. Mereka juga akan membentuk kelompok kloter yang terdiri dari berbagai regu dan rombongan, yang dipimpin oleh ketua ragu atau ketua rombongan.

“Selain materi teori, peserta sertifikasi juga akan diberikan pengalaman langsung dalam praktik dan simulasi. Hal ini bertujuan agar peserta dapat lebih memahami kondisi lapangan beserta segala tantangan yang mungkin muncul,” jelas Arif Rahman, Ketua Panitia Manasik.

sumber IHRAM