Menurut dia, target tersebut berdasarkan proyeksi sejumlah order atau pesanan Alquran yang kemungkinan akan bekerja sama dalam kerangka sinergi BUMN untuk disalurkan ke daerah-daerah, terutama daerah bencana.
“Kitab-kitab suci Alquran yang hancur karena bencana tsunami ataupun gempa, itu kami akan suplai,” ujarnya setelah menghadiri peresmian dan meninjau operasional mesin pencetakan Alquran milik Perum PNRI.
Pada hari ini, Perum PNRI secara resmi memulai kembali pencetakan kitab suci Alquran yang ditandai dengan peresmian serta peninjauan operasional mesin pencetakan Alquran.
Menurut Dirut Perum PNRI, BUMN tersebut pernah melakukan pencetakan kitab suci Alquran pada 1956, namun kemudian terhenti.
“Ini merupakan tonggak sejarah bahwa BUMN dalam bidang percetakan, dalam hal ini Perum PNRI, memulai kembali pencetakan Alquran dengan empat jenis cetakan dalam berbagai ukuran, baik yang terjemahan maupun tanpa terjemahan,” katanya.
Dirut Perum PNRI itu berharap hal tersebut bisa memberikan keberkahan bagi umat Islam Indonesia, bahwa negara melalui Perum PNRI sebagai BUMN, bisa hadir untuk negeri, mencetak kebutuhan umat.
Peresmian mesin pencetakan Alquran di Perum PNRI tersebut dilakukan Kepala Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Mahmud Husein dan dihadiri Direktur Utama Perum PNRI Djakfarudin Junus, Direktur Utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum LKBN Antara Hempi N Prajudi, serta sejumlah pejabat tinggi terkait lainnya.