Secara umum Al-Qur’an berisi tentang peringatan dan kabar gembira. Para Rasul pun di utus sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira, seperti Firman Allah Swt.
وَمَا نُرۡسِلُ ٱلۡمُرۡسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَۖ فَمَنۡ ءَامَنَ وَأَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
“Para rasul yang Kami utus itu adalah untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (QS.Al-An’am:48)
Terkadamg dua tugas ini (memberi peringatan dan kabar gembira) terkumpul dalam satu ayat, seperti dalam Firman-Nya :
قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا
“sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.” (QS.Al-Kahfi:2)
Dan ada pula ayat yang memerintahkan untuk memberi peringatan saja tanpa kabar gembira.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ – قُمۡ فَأَنذِرۡ
“Wahai orang yang berkemul (berselimut)! bangunlah, lalu berilah peringatan!” (QS.Al-Muddatstsir:1)
Namun pertanyaan yang akan kita bahas kali ini adalah :
“Siapa yang mau mendengar peringatan tersebut? Siapa yang mau mengambil manfaat dari peringatan tersebut?”
Al-Qur’an menjawab dalam Surat Yasin, Allah Swt berfirman :
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلذِّكۡرَ وَخَشِيَ ٱلرَّحۡمَٰنَ بِٱلۡغَيۡبِۖ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٖ وَأَجۡرٖ كَرِيمٍ
“Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS.Ya-Sin:11)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa yang mau mendengar dan berhati-hati dengan peringatan dari Allah adalah mereka yang memiliki dua kriteria berikut ini :
1. Mengikuti adz-dzkir.
Adz-dzikir bisa di artikan sebagai Al-Qur’an atau Nabi Saw.
Artinya, orang yang mau mengikuti peringatan dari Allah adalah orang yang percaya kepada Al-Qur’an dan percaya kepada Risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw. Ketika mereka tidak mengikuti, maka semua peringatan dari Allah Swt bagi mereka hanyalah omong kosong.
2. Memiliki rasa takut kepada Allah Swt, terutama ketika dalam kesendirian.
Ketika seseorang mau mengikuti Al-Qur’an dan Nabi Saw, maka akan muncul kesadaran yang membuatnya takut akan siksa Allah Swt. Ketika rasa takut ini telah tumbuh, maka ia akan mendengar dan mengikuti semua peringatan dari Allah Swt.
Bila tidak ada rasa takut, maka peringatan Allah hanya akan membuatnya semakin durhaka.
وَنُخَوِّفُهُمۡ فَمَا يَزِيدُهُمۡ إِلَّا طُغۡيَٰنٗا كَبِيرٗا
“Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (QS.Al-Isra’:60)
Dan dimana posisi kita sekarang?
Apakah kita termasuk orang-orang yang memiliki rasa takut kepada Allah sehingga peringatan-peringatan Al-Qur’an membuat kita semakin berhati-hati?
Atau kita tergolong mereka yang ketika mendengar peringatan Allah menjadi semakin durhaka dan semena-mena?
Semoga bermanfaat…