BAGAIMANA perjalanan ruh seorang hamba yang shalih setelah kematiannya?
Tidak seorang pun yang boleh menyandarkan kabar mengenai hal gaib kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan hadis yang sahih.
Pernyataan mengenai ruh sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah dan para sahabat. Para nabi diperintah oleh Allah SWT untuk menjawab,, “Ruh itu adalah urusan Rabb-ku” (Q.S. Al-Israa: 85).
Dulu menjelang wafatnya Nabi, Allah SWT memperlihatkan pahala yang berlimpah dan ganjaran besar yang akan mereka dapatkan di sisi-Nya di akhirat. Allah SWT juga memberikan pilihan kepada mereka apakah ingin tetap di dunia atau pindah ke tempat yang sangat mulia. Tidak diragukan lagi bahwa nabi memilih ke tempat yang abadi yakni akhirat.
Berdasarkan HR. Bukhari, Aisyah berkata ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah, sementara kepala beliau di pangkuan saya, maka Rasulullah pingsan beberapa saat. Dan tak lama kemudian ia sadar kembali, lalu beliau menatap ke atas langit-langit rumah sambil mengucapkan ya Allah pertemukanlah aku dengan teman-teman yang paling mulia.
Aisyah berkata, “Dengan demikian Rasulullah tidak memilih untuk hidup lebih lama lagi bersama kami. Saya ingat yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika masih sehat, itulah kata-kata terakhir yang beliau ucapkan.”
Sahabat Mulia Islampos, setiap orang yang dicabut ruhnya oleh malaikat pencabut nyawa (malaikat Izrail), maka tidak ada sekejap matapun ruh tersebut digenggamannya. Melainkan ruh tersebut langsung dipegang oleh dua malaikat yang akan mengantarkannya ke langit.
Bagi seorang muslim yang sholeh dan taat kepad Allah SWT, maka sebelum diantar di langit ia dibalut dengan kain kafan dari surga dan diberi wangi-wangian dari surga yang wanginya melebihi minyak Kasturi. Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya (Q.S. Al-An’an).