Empat Fase Sejarah Puasa Asyura di Masa Rasulullah

Tak terasa sebentar lagi akan masuk pada hari ke-10 Muharram.  Sudah maklum bahwa di antara amalan yang disunnahkan untuk dikerjakan di bulan Muharram adalah puasa Asyura, yaitu berpuasa di hari kesepuluh bulan Muharram. Nah berikut empat fase sejarah puasa Asyura di masa Rasulullah.

Puasa Asyura ini sudah disyariatkan sejak umat terdahulu sebelum Rasulullah Saw. Orang-orang ahlu kitab, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani, sudah terbiasa dan disyariatkan untuk melakukan puasa Asyura ini.

Khusus pada masa Rasulullah Saw, sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Hasan Yusuf dalam kitab Fadhlu Syahrullah Al-Muharram wa Yaum Asyura, puasa Asyura ini mengalami empat fase atau tahapan di dalam proses pelaksanaannya.

Pertama, fase sebelum hijrah, yaitu ketika Rasulullah Saw berada di Mekkah. Pada fase ini Rasulullah Saw melakukan puasa Asyura namun tidak menyuruh orang lain untuk melakukannya. 

Kedua, fase ketika Rasulullah Saw sudah hijrah ke Madinah dan puasa Ramadhan belum disyariatkan. Pada fase ini Rasulullah Saw melakukan puasa Asyura dan dengan tegas menyuruh kaum muslimin untuk puasa Asyura. Bahkan tidak hanya yang sudah dewasa, anak-anak kecil juga ikut melakukan puasa Asyura.

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dari Ibnu Abbas, dia berkata;

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Nabi Saw ketika tiba di Madinah, beliau mendapatkan mereka (orang Yahudi) malaksanakan puasa hari Asyura dan mereka berkata; Ini adalah hari agung, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Nabi Musa dan menenggelamkan Fir’aun.

Lalu Nabi Musa mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah. Maka beliau bersabda; Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka. Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan untuk mempuasainya.

Ketiga, fase setelah puasa Ramadhan disyariatkan untuk kaum muslimin. Pada fase ini, Rasulullah Saw tidak dengan tegas menyuruh kaum muslimin untuk melakukan puasa Asyura. Beliau hanya memberi pilihan. Bagi yang mau berpuasa Asyura diizinkan, namun bagi yang tidak mau berpuasa juga tidak masalah. 

Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dari Sayidah Aisyah, dia berkata;

أن قريشا كانت تصوم يوم عاشوراء في الجاهلية ثم أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصيامه حتى فرض رمضان وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من شاء فليصمه ، ومن شاء أفطر

Sesungguhnya orang-orang Quraisy dulu pada masa jahiliyah berpuasa di hari Asyura. Rasulullah Saw pun memerintahkan untuk berpuasa pada hari itu hingga turunnya perintah wajib puasa Ramadhan. (Setelah wajibnya puasa Ramadhan) Rasulullah Saw berkata; Barangsiapa yang ingin puasa, maka ia boleh berpuasa Asyura, dan bagi yang tidak ingin puasa, maka berbuka. 

Keempat, fase menjelang Rasulullah Saw meninggal. Pada   fase ini, Rasulullah Saw menyuruh bagi kaum muslimin yang mau puasa Asyura agar tidak berpuasa di hari Asyura saja, melainkan disertai berpuasa di hari sebelumnya. Tujuannya adalah agar berbeda dengan puasa Asyura yang dilakukan oleh ahlu kitab.

Demikian penjelasan terkait empat fase sejarah puasa Asyura di masa Rasulullah. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH