Qalbu Maryam, Masjid dari dan untuk Perempuan

Masjid Perempuan Qalbu Maryam adalah sebuah masjid di Kalifornia, Amerika Serikat (AS), yang memberikan ruang gerak aktif untuk Muslimah di sana. Di masjid tersebut, para Muslimah tidak hanya akan menjadi seorang makmum, tapi juga diperkenankan untuk memberi ceramah atau khutbah.

Masjid Perempuan Qalbu Maryam didirikan oleh Rabi’ah Keeble. Ia mengaku, memiliki alasan-alasan tertentu yang mendorongnya membangun masjid tersebut.

Menurut Keeble, selama ini, perempuan tidak mendapat ruang yang cukup memadai ketika berada di dalam masjid. Misalnya, ketika shalat, mereka tidak bisa melihat imam. Atau ketika terdapat ceramah, mereka juga tidak dapat melihat tokoh yang memberikan ceramah tersebut. Muslimah berada di tempat terpisah dan tersekat

Seorang aktivis perempuan asal Chicago, Hind Makki, pernah membuat proyek melalui media sosial Tumblr bertajuk “Side Entrance“. Melalui proyek ini, Makki menghimpun pengalaman-pengalaman Muslimah AS ketika mereka berada di masjid. Termasuk berbagi foto ruang ibadah mereka masing-masing.

Di forum tersebut juga banyak pengalaman-pengalaman hampir serupa yang diutarakan. “Mereka hanya tidak tahu bahwa ini adalah pengalaman perempuan yang agak khas ketika di masjid. Ketika mereka pergi ke sana, mereka tidak bisa melihat kubah, tidak bisa melihat imam, dan tentu tidak bisa melihat arsitektur masjid. Mereka hanya melihat tembok besar di hadapannya,” tuturnya seperti dilaporkan laman Huffington Post.

Pengalaman-pengalaman demikian yanga akhirnya menginspirasi Keeble membuat Masjid Qalbu Maryam. “Ketika Anda datang ke sini, Anda akan melihat bahwa perempuan duduk di depan,” katanya.

Tak hanya itu, mereka juga diperkenankan memberikan ceramah atau khotbah. Seorang Muslimah akan memberikan khutbah, yang memang tidak dilakukan dalam pengaturan masjid tradisional.

Di Masjid Qalbu Maryam, figur yang diberi tanggung jawab sebagai imam pun seorang Muslimah. Ia akan memimpin salat, memberikan khutbah, serta menjadi pemandu bila ada acara pernikahan.

Keeble berpendapat, memang tidak perlu ada yang menjaga perempuan atau Muslimah untuk mengambil langkah sebagai seorang pemimpin agama. “Alquran tidak mengatakan bahwa perempuan tidak dapat menjadi imam, tapi hal tersebut memang sudah menjadi tradisi,” ujarnya.

Oleh sebab itu, dia tertarik, bukan hanya mengundang tokoh Muslimah untuk memberikan ceramah, tapi juga mengajarkan dan melatih perempuan di sana untuk bisa memberi pelayanan di masjid. Menurutnya, perempuan memang perlu diberdayakan susuai panggilan nuraninya.

“Jika panggilannya untuk menjadi imam, maka datang dan cobalah. Ayo belajar, dan tidak akan ada yang mengatakan bahwa karena Anda perempuan, Anda tak dapat melakukannya,” tutur Keeble.

Walaupun Qalbu Maryam adalah masjid untuk perempuan, bukan berarti kalangan lain tidak diperkenankan untuk beribadah di sana. Keeble menegaskan, bahwa Masjid Qalbu Maryam bersifat inklusif. “Semua orang boleh datang. Mulai dari mualaf, imigran (kulit) putih atau hitam, dan semua jenis kelamin,” ucapnya.

Oleh sebab itu, Keeble menamakan, masjidnya Qalbu Maryam, yang berarti “Hati Maryam”, merujuk kepada nama Siti Maryam ibunda Nabi Isa AS. Yang menurut kaum Kristiani adalah ibu dari Yesus Kristus.

Keeble menilai, nama Qalbu Maryam sangat cocok untuk masjid yang dibangunnya. Dengan harapan Muslim yang beribadah di sana mampu mencurahkan kasih sayang dan menjaga persaudaraan, tidak hanya dengan sesama Muslim, tapi juga kaum Kristiani dan Yahudi.

Secara internasional, jumlah masjid perempuan memang masih sangat minim. Diperkirakan hanya ada 12 masjid perempuan di seluruh dunia. Selain di AS, masjid-masjid tersebut juga terdapat di Cina, Suriah, India, Mesir, Palestina, Yaman dan lainnya.

 

sumber: Republika Online