Syekh Abdul Karim Al-Jili dalam karyanya Al-Insan Al-Kamil Fi Ma’rifati Awakhir Wal Awail (Juz, 2, halaman 336-337) mengulas tentang hakikat dan rahasia dalam shalat.
Menurut penuturan Syekh Abdul Karim Al-Jili, shalat adalah isyarat untuk mengesakan Allah SWT. Dan tujuan mendirikan shalat adalah untuk menjalankan syariat Allah yang dibebankan kepada manusia.
Bersuci sebagai isyarat untuk membersihkan diri dari segala kekurangan. Bersuci disyaratkan memakai air sebagai isyarat tidak akan hilang kekurangan seorang hamba, kecuali dengan tampaknya bekas-bekas yang bersifat ketuhanan, karena sifat ketuhanan adalah sumber hidupnya segala sesuatu yang ada, dan air adalah sumber dari kehidupan.
Tayamum sebagai pengganti dari bersuci dengan air sebagai isyarat penyucian dari perkara yang menyimpang. Menghadap kiblat sebagai isyarat menghadap kepada Allah secara totalitas dan untuk mengenal Allah.
Niat sebagai isyarat pengikat hati di saat menghadap kepada Allah. Takbiratul ihram sebagai isyarat betapa luas dan besarnya surga Allah. Membaca fatihah sebagai isyarat kesempurnaan manusia karena manusia adalah pembuka sesuatu yang ada. Dengan adanya manusia Allah membuka atau memberi tau segala yang ada.
Rukuk sebagai isyarat menyaksikan yang tiada kepada yang diadakan. Berdiri dari rukuk sebagai isyarat langgengnya atau kekalnya Allah. Oleh karena itu, ketika berdiri dari rukuk mengucapkan, “samiallahu liman hamidah”. Kalimat tersebut tidak ditujukan kepada hamba karena kalimat tersebut memberi kabar tentang hal yang bersifat ketuhanan.
Sujud sebagai isyarat terhapusnya bekas-bekas kemanusian dengan tetapnya dzat Allah yang disucikan. Duduk diantara dua sujud sebagai isyarat pernyataan hamba pada hakikat Al-Asma Wa Al-Sifat (nama-nama Allah dan sifat-sifat Allah). Sujud yang kedua sebagai isyarat maqam-maqam ibadah, dan isyarat kembalinya makhluk (yang diciptakan) kepada khalik (yang menciptakan).
Tahiyat akhir sebagai isyarat sempurnanya Allah dan segala ciptaannya, karena dalam tahiyat akhir ada pujian-pujian kepada Allah dan Rasulnya dan juga pujian-pujian kepada hamba-hamba Allah yang shalih.
Para Nabi dan hamba-hamba Allah yang saleh berada di maqam atau derajat yang paling sempurna. Seorang waliyullah (kekasih Allah) tidak akan sempurna derajatnya kecuali memahami hakikat ketuhanan dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
Demikian penjelasan terkait rahasia Shalat menurut Syekh Abdul Karim Al-Jili. Wallahu A’lam Bissawab.