Ramadhan dan Kemerdekaan Indonesia

Dan pada Ramadhan 1364 H yang bertepatan dengan Agustus 1945, negeri ini pun merdeka!

BAGI bangsa Indonesia, Ramadhan adalah bulan sangat bersejarah. Di bulan Ramadhan inilah rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Lapar, haus, dahaga saat Ramadhan tak menghalangi perjuangan umat Islam dari masa ke masa memperoleh kemenangan. Dari Badar, Fathul Makkah, hingga kemenangan Ain Jalut terlakon pada bulan Ramadhan.

Dan pada Ramadhan 1364 H yang bertepatan dengan Agustus 1945, negeri ini pun merdeka! Pada bulan Ramadhan saat itu, berita menyerahnya Jepang memang simpang siur di Indonesia.

Bagi kaum yang memercayainya, khususnya para pemuda yang gejolak semangatnya sangat tinggi, menuntut segera para tokoh nasional seperti Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan.

Namun, Soekarno-Hatta masih ingin memastikannya pada Jepang, berharap PPKI dapat berjalan sebaik-baiknya. Tentara Nasional PETA dan para pemuda seperti: Wikana, Chaerul Saleh, dan Soekarni mendesak Bung Karno untuk bersua dengan masyarakat, memproklamasikan segera Republik Indonesia.

Para tokoh PETA dan pemuda ini sempat bersua dengan perwakilan ulama K.H. Abdul Mukti. Kiai Abdul Mukti merupakan Konsul Muhammadiyah yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Harian Masyumi di Jakarta.

‘Sebaik-baiknya memilih tanggal dengan segera ialah 9 Ramadhan, bertepatan dengan 17 Aqustus 1945/ kata, “ K.H. Abdul Mukti yang pernah mendekam satu sel dengan para pemuda seperti Soekarni dan Chaerul Saleh saat masa kolonialisme. (Ahmad Mansur Suryanegara  (dalam Api Sejarah).

Darah kaum muda yang bergejolak memang tak sabaran. Rakyat di mana-mana sudah turun ke jalan meneriakkan Indonesia Merdeka.

Soekarno dan Hatta masih  saja menanti petunjuk Jepang. Hingga akhirnya mereka ‘diculik’ ke Rengasdengklok, hingga kembali ke rumah Laksamana Maeda, 9 Ramadhan 1364 H, atau 16 Agustus 1945 malam hari. Di sana sudah berkumpul ratusan pemuda, puluhan anggota Tjoou Sang In yang berada di Jakarta juga anggota PPKI.

Saat itu, Hatta mengaku tak membawa pernyataan proklamasi yang sudah dibuat tanggal 22 Juni 1945.  “Kami duduk sekitar sebuah meja dengan maksud untuk membuat sebuah teks ringkas tentang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tidak seorang pun di antara kami yang membawa dalam sakunya teks proklamasi, yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945, “ kenang Hatta.

Setelah mencapai kebulatan tekad, semua bersepakat bahwa Soekarno-Hatta didaulat mengatasnamakan rakyat Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan pada pagi harinya, jam 10.00 di halaman rumah Bung Karno. Dalam suasana haru di bulan Ramadhan, mereka pun bersantap sahur bersama.

Laksamana Maeda tak menyediakan nasi. Hanya ada beberapa butir telur, roti, dan ikan sarden. Dengan lahap, mereka pun makan.

Mereka kemudian kembali ke rumahnya masing-masing. Usai shalat, Bung Hatta tertidur sejenak di rumahnya. Semburat pagi menyapa jalanan padat ibu kota.

Tentara Jepang mencium gelagat tak beres. Ratusan tentara PETA berdatangan ke Pegangsaan Timur.

Dalam buku Sekitar Proklamasi (1981) Bung Hatta mengatakan bahwa dirinya sempat diberi makan sahur di kediaman Laksana Maeda.

“Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saya masih dapat makan sahur di rumah Admiral Maeda,” kenang Hatta.

Makanan itu telah disiapkan oleh Satsuki Mishina, selaku asisten rumah tangga Maeda dan satu-satunya perempuan yang ada dalam rumah tersebut. Dia membuat dan menyiapkan nasi goreng, telur dan ikan sarden.

Setelah selesai masak, jamuan segera dihidangkan kepada para tokoh perumus proklamasi. Tanggal 9 Ramadhan, pagi-pagi ada suasana yang begitu aneh. Suasana yang dinanti-nanti.

Berbilang abad, negeri impian itu kian dekat, jelas sekali depan mata. Piagam Jakarta yang tersimpan rapi selama 52 hari akan mulai di jalanan.

Kesepakatan Bapak-Bapak Bangsa akan syariat dapat segera mewujud. Darah para syuhada membanjir di penjuru negeri.

Api yang terus berkobar di pelosok negeri. Cahaya yang menyelusup anak-anak bangsa. Kini, negeri impian itu semakin dekat. Bangsa ini menyatakan kemerdekaannya!

Dalam suasana haru dan sangat sederhana, negeri ini diproklamasikan. Atas berkat rahmat Allah, negeri ini merdeka!

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Kemerdekaan yang sudah sepatutnya kita syukuri, terjadi pada tanggal 9 Ramadhan. Di bulan suci nan mulia ini, rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya.

Bulan Ramadhan nan mulia benar-benar menjadi bulan kemenangan. Semoga Ramadhan kali ini, menjadi bulan kemenangan bagi kita, keluarga, masyarakat dan bangsa ini. Marhaban Ya Ramadhan!*/Rizki Lesus, wartawan, peminat sejarah)

HIDAYatULLaH