Berhaji merupakan impian seluruh umat Muslim sebagai pelengkap ibadah dalam rukun Islam sehingga berbagai upaya mengumpulkan pundi-pundi rupiah dilakukan dengan tujuan ibadah ke Tanah Suci. Ini pula yang dilakukan seorang calon jamaah haji asal Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa, Sama’ bin Japa’, yang rela merantau menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Serawak Malaysia demi melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.
Sama’ yang ditemui di Asrama Haji Sudiang, Makassar mengemukakan dirinya rela menjadi tukang batu hingga kuli bangunan demi berhaji dan mengunjungi Ka’bah di Makkah, Arab Saudi. “Kalau ada yang tanya saya uang untuk naik haji dari mana, saya jawab ini betul-betul adalah hasil keringat. Karena selama saya kerja di sana, keringat terus menetes,” ujarnya, Selasa (9/7).
Bersama sang istri, Sama’ telah merantau ke negeri jiran sejak 2007. Dua tahun kemudian, ia kembali mendaftarkan dirinya sebagai calon jamaah haji daftar tunggu Kabupaten Gowa.
Menjadi TKI bersama istrinya yang bernama Misa, Sama’ mengakui membantu keuangan keluarganya. Apalagi sang istri pun juga turut bekerja sebagai petani sawit di Serawak.
Upah yang diterima fluktuatif, sekitar 1.000 hingga 1.500 ringgit atau senilai Rp 3,5 juta per bulan bahkan lebih. Alhasil pasangan suami istri ini mendaftar haji bersamaan dan diberi rezeki berangkat haji bersama setelah 10 tahun menunggu.
“Inilah berkahnya. Kami pulang 2009 langsung buka setoran haji dan tinggal di kampung dulu selama dua tahun. Karena tetap ingin mengusahakan mencari rezeki, kami kembali lagi jadi TKI pada 2011. Di sana memang banyak pekerjaan jika memang niatnya untuk kerja,” ujarnya.
Sebelum dirinya kembali ke Tanah Air, Sama yang juga memboyong beberapa anak dan menantunya ke Malaysia telah bekerja selama enam tahun. Ia kembali menetap di Gowa mulai lima tahun lalu.
“Di Malaysia sangat banyak pekerjaan jika kita mau dan mencari, mungkin inilah berkahnya bahwa semua sudah kehendak Allah, kami harus jauh mencari rezeki untuk bisa ke Tanah Suci,” ucapnya.
Ia berkisah, keberangkatannya sebagai calon jamaah haji sudah sangat diidam-idamkan sehingga terkadang tidak habis pikir dirinya juga akan mampu menginjakkan kaki ke Masjid Nabawi hingga Masjid al-Haram. Perasaan terharu dan gembira tidak bisa ditutupi bahwa betapa dirinya sangat antusias naik haji. Bahkan pria yang dalam kesehariannya juga bertani itu menyampaikan konsisten untuk berhaji terlebih dahulu lalu melaksanakan ibadah umrah meski diberi rezeki.
“Saya dari dulu memang niatnya haji. Alhamdulillah menunggu 10 tahun tidak terasa karena kemauan kami yang kuat. Doakan kami bisa sehat dan selamat sampai tujuan,” katanya.