Rindu. Setiap manusia rasanya tidak mungkin terlepas dengan rasa rindu. Kekasih akan rindu dengan orang terkasihnya. Ibu akan senantiasa merindukan anak-anaknya. Pun ayah, selalu merindukan anaknya. Lantas apa itu rindu? Inilah penjelasan rindu menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziah.
Syam al-Din Abu Abdullah Muhammad ibn Abu Bakar ibn Ayyub ibn Saad ibn Haris al-Dimasyqi, Begitulah nama asli Ibnu Qayyim al-Jauziy. Beliau dilahirkan di Damaskus pada 7 Safar 691 H / 29 Januari 1292 dan wafat di tempat yang sama pada 13 Rajab 751H / 16 September 1350 kemudian dikuburkan di tanah pekuburan wakaf al-Bab al-Saghir, di pinggir kota tersebut.
Ia dibesarkan dalam keluarga yang terdidik. Bapaknya Abu Bakar ibn Ayyub al-Zar’i merupakan seorang ahli Faraidl dan seorang kepala atau pengelola (qayyim) madrasah di Jauziah. Maka dari itu, beliau lebih dikenal dengan nama Ibn Qayyim al-Jauziah karena diambil dari jabatan orang tua beliau.
Rindu Menurut Ibnu Qayyim Al-jauziah
Ibn Qayyim tidak hanya berbicara tentang ushul fiqh, fiqh, hadis, dan ushuluddin, tapi beliau juga pernah membahas masalah rindu. Hal ini bisa dijumpai dalam dua karyanya Madarik al-salikin dan Raudlah al-muhibbin wa nuzhah al-musyataqin.
Bahkan dalam kitab Raudlah al-muhibbin wa nuzhah al-musyataqin beliau mengkaji rindu dari berbagai aspek, filsafat, kedokteran, dan lain-lain.
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziah , rindu merupakan salah satu pengaruh dan hukum cinta. Rindu merupakan perjalanan hati menuju kekasih dalam keadaan bagaimana pun. Rindu adalah gejolak hati untuk bertemu kekasih.
Rindu juga dapat membakar hati dan menghentikan detak jantung. Cinta lebih tinggi daripada rindu, sebab rindu muncul dari cinta. Kuat dan lemahnya rindu ini tergantung kepada cinta. Ini yang pendapat beliau yang ada dalam kitab Madarik al-salikin.
Sedangkan dalam kitab Raudlah al-muhibbin wa nuzhah al-musyataqin beliau menyatakan rindu itu termasuk keinginan yang muncul dari hati. Semakin lama, rasa ingin itu akan terus mendesak begitu kuat dan meronta-ronta jika apa yang dirindukannya belum tampak. Bukan gembira yang dia rasa, tapi rasa gundah, cemas, gelisah.
Kacaunya hatinya akan menyebabkan darahnya memanas dan berubah menjadi warna hitam. Hal itu menyebabkan terganggunya fungsi saraf-saraf otak. Sehingga banyak sekali efek samping yang menimpa dirinya. Misalnya, Menghayal tingkat tinggi, gila, mati, meninggal dengan tersenyum saat bertemu kekasihnya, dan lainnya.
Rindu yang ditulis beliau ini bukan hanya khusus rindu manusia pada manusia lainnya, terlebih pada lawan jenis. Rindu di sini lebih ditekankan pada kerinduan seseorang pada Tuhan-Nya. Karena rindu termasuk sifat manusiawi tentu memang tak bedanya antara rindu pada Allah atau pada makhluk Allah.
Demikian rindu menurut Ibnu Qayyim Al-jauziah. Semoga bermanfaat.