4 Bukti Keterkaitan Risalah Kenabian dengan Ekonomi

Risalah kenabian mengajak pentingnya prinsip keadilan ekonomi

Ayat-ayat Alquran  yang berbicara tentang kehidupan, alam semesta dan manusia, menegaskan adanya hubungan korelasional antara peristiwa yang berbeda, berdasarkan hukum kausalitas atau sebab-akibat. 

Norma-norma yang dihadirkan dan ditampilkan Alquran itu mengambil bentuk dan dimensi tertentu. Oleh karena itu, seseorang diajak untuk meneliti, mendalami, mengkaji dan menganalisis sunnah dan hukumnya. Allah SWT berfirman:  

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌۙ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ “Sungguh, telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah (Allah), karena itu berjalanlah kamu ke (segenap penjuru) bumi…” (QS Ali Imran 137). 

Ada banyak ayat Alquran  yang menegaskan adanya sunnah, atas dasar bahwa risalah adalah aturan dan landasan untuk menerangi jalan di tengah kegelapan. Allah SWT berfirman:  

وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ اٰيٰتٍ مُّبَيِّنٰتٍ وَّمَثَلًا مِّنَ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِيْنَ “Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penjelasan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan sebagai pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS An Nur 34). 

Alukah telah menguraikan secara singkat beberapa risalah kenabian yang disampaikan Alquran berkaitan dengan masalah ekonomi. 

Pertama, keterkaitan misi kenabian dengan keberadaan kaum borjuis. Allah SWT berfirman:  

وَمَاۤ اَرۡسَلۡنَا فِىۡ قَرۡيَةٍ مِّنۡ نَّذِيۡرٍ اِلَّا قَالَ مُتۡـرَفُوۡهَاۤ ۙاِنَّا بِمَاۤ اُرۡسِلۡـتُمۡ بِهٖ كٰفِرُوۡنَ‏. وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ

“Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, “Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.” Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” (QS Saba 34-35).

Ayat-ayat Alquran  ini menjelaskan kepada kita sebuah sunnah objektif, menerjemahkan korelasi antara perilaku dan reaksi kaum borjuis dengan para rasul dan nabi yang menyerukan kepada agama Allah SWT dan meluruskan penyimpangan ideologi, sosial, politik, dan ekonomi.  

Kedua, hubungan antara kehancuran bangsa dan sikap kaum borjuis. Ayat-ayat Alquran  menunjukkan penegasan adanya hubungan objektif antara terjadinya ketidakadilan dan korupsi ekonomi dan sosial dalam suatu masyarakat, dan antara kehancuran, kehancuran dan pembusukan bangsa-bangsa sepanjang perjalanan sejarahnya.  Allah SWT berfirman:  

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).” (QS Al Isra 16).

Ayat ini menegaskan bahwa tindakan dan perilaku kaum borjuis dan orang-orang boros, yang dikendalikan pandangan utilitarian materialistis, mengarah pada penyebaran korupsi dan ketidakadilan, penyebaran kemiskinan dan kesengsaraan, dan pemborosan uang dan energi, yang berarti keruntuhan dan kemerosotan entitas ekonomi, disintegrasi struktur sosial dan ekonomi, dan penyebaran korupsi yang menyebabkan kehancuran seluruh masyarakat. 

Ketiga, hubungan antara keutuhan bangsa dengan status ekonominya. Allah SWT berfirman:  

وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ مِّنْ رَّبِّهِمْ لَاَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْۗ

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil dan (Alquran ) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka.” (QS Al Maidah 66). Dan Allah SWT berfirman:  

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ  “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS Al Araf 96). 

Melalui ayat-ayat tersebut terlihat adanya hubungan dan keterkaitan objektif dan kondisional antara tingkat dan derajat keutuhan bangsa dan tingkat kelimpahan amal, kelimpahan produksi, dan kemakmuran serta kemakmuran bangsa. 

Dengan kata lain, ayat-ayat ini menegaskan kepada kita hubungan langsung antara keadilan distributif, kelimpahan dan kemakmuran produksi dan situasi ekonomi dalam masyarakat. Dan Allah SWT berfirman: 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ 

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS Ath Thalaq  2-3) 

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa kesalehan dan ketergantungan pada Tuhan diikuti efek langsung dan tidak langsung, diwakili dalam pemeliharaan ilahi, kebijaksanaan ilahi, dan dukungan dalam kehidupan ekonomi dan sosial. 

Keempat, hubungan individu dengan masyarakat. Allah SWT berfirman: 

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ  “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS Ar Rad  11). 

Ayat ini menegaskan kepada kita sejauh mana hubungan erat antara individu dan masyarakat dalam bentuk dan isinya, antara kandungan eksternal individu dan bangsa, dan antara kandungan internalnya. Allah SWT berfirman: 

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Al Anfal 53).  

KHAZANAH REPUBLIKA