7 Contoh Sedekah Jariyah dan Keistimewaannya

Sedekah jariyah atau merupakan pemberian yang bisa memberikan pahala secara terus menerus bagi orang yang melakukannya. Pada dasarnya, sedekah merupakan sesuatu yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk membantu dan berdasarkan karena Allah taala.

Bahkan, sedekah jariyah pun termasuk pada salah satu amalan baik di mana Allah akan mengganjarnya dengan pahala berlipat dan terus mengalir.

Kebanyakan masyarakat mengira, bahwa bentuk dari sedekah ini hanya berdasarkan pada materi saja atau mungkin harta kekayaan yang dimiliki seseoran. Namun, untuk melakukan sedekah tidak perlu menggunaan harta saja. Banyak sekali hal lain yang bisa bernilai sebagai sedekah jariyah.

Seperti yang tercantum dalam sebuah hadits berikut:

Sesungguhnya diantara amal kebaikan yang mendatangkan pahala setelah orang yang melakukannya wafat ialah ilmu yang disebarluaskannya, anak saleh yang ditinggalkannya, mushaf (kitab-kitab keagamaan) yang diwariskannya, masjid yang dibina, rumah yang dibina untuk penginapan orang yang sedang dalam perjalanan. sungai yang dialirkannya untuk kepentingan orang banyak, dan harta yang disedekahkannya “(HR. Ibnu Majah).

7 Contoh Sedekah Jariyah

Dari hadits tersebut dapat kita simpulkan bahwasannya banyak sekali jenis sedekah yang bisa kita lakukan. Sehingga, meskipun kita bukanlah orang yang kaya, namun kita tetap bisa bersedekah dengan ilmu yang dimiliki atau makanan yang dimiliki.

Untuk itu, berikut ini adalah beberapa jenis atau contoh dari sedekah jariyah. Yang mana, ketika hal-hal berikut dilakukan oleh sesorang maka bisa mengantarkannya pada pahala yang terus mengalir sampai hari Kiamat nanti.

Membangun Masjid

Seperti yang kita ketahui, masjid adalah tempat beribadah umat Islam dimana pun berada. Masjid pun merupakan rumah Allah, karena Allah akan senantiasa berada di dalam masjid dan menjaganya.

Membangun masjid, adalah sebuah amal yang sangat baik dan tentunya bernilai pahala besar di sisi Allah. Seperti yang kita ketahui, ketika masjid dibangung, maka akan banyak sekali warga masyarakat yang beribadah di sana.

Tentunya ketika masjid tersebut digunakan oleh masyarakat untuk beribadah, walaupun orang yang membangunnya sudah meninggal, pahala untuk orang yang membangun akan terus mengalir. Itulah kenapa membangun masjid ini bisa dikategorikan sebagai salah satu contoh sedekah jariyah.

Meskipun begitu, untuk bersedakah jariyah pun bukan hanya masalah membangun masjid. Juga termasuk pada orang-orang yang mau mewakafkan tanah untuk pembangunan masjid, atau membina masjid agar senantiasa bisa digunakan dengan nyaman oleh masyarakat luas yang ingin beribadah di dalamnya.

Ada salah satu hadits yang mengatakan seperti berikut:

Barangsiapa yang membangun masjid demi mencari wajah Allah, niscaya Allah bangunkan rumah baginya di surga” (Terdapat dalam Ash-Shahihain). Pun ada juga hadits lainnya yang berbunyi: “Barangsiapa yang membangunkan sebuah masjid kerana Allah walau sekecil apa pun, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di syurga” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).

Hal ini berarti, setiap orang yang mau membangun masjid dengan dasar ingin mencari keridhaan Allah, atau ingin bertemu dengan Allah dalam keadaan yang baik, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di Surga.

Membuat Buku yang Bermanfaat

Seperti yang kita ketahui, buku menjadi sarana penting untuk masyarakat bisa belajar dan mengetahui banyak hal. Bahkan, banyak yang berpendapat bahwasannya buku ini merupakan jendela dunia. Pasalnya, kita bisa mendapatkan segala macam hal dengan membaca buku. Kita bisa tahu akan sesuatu hal karena membaca buku.

Ada salah satu kelebihan dan keutamaan dalam membuat buku ini, terlebih ketika buku yang dibuat adalah buku yang bermanfaat dan berguna bagi orang banyak. Pasalnya, setiap buku yang dibuat dan bermanfaat untuk banyak orang, meskipun pembuatnya sudah meninggal, namun bukunya masih dibaca dan dirasakan manfaatnya oleh orang yang masih hidup, maka pahalanya tetap mengalir.

Inilah kenapa, membuat buku yang bermanfaat, berisi pengetahuan yang banyak, apalagi berisi hikmah dan pelajaran yang bisa meningkatkan ketakwaan seseorang kepada Allah, bisa menjadi sedekah jariyah yang mana pahalanya tidak akan terputus hingga hari kiamat.

Hal itu pula yang mendasari sebuah istilah bahwa buku dan tulisan bisa membuat seorang penulisnya menjadi abadi.

Membangun Rumah untuk Para Musafir sebagai Sedekah Jariyah

Ada keutamaan sendiri ketika kita mampu menolong para musafir atau orang-orang yang sedang berada di dalam perjalanan. Ketika zaman Rosulullah, para musafir atau yang disebut dengan ibnu sabil memanglah banyak sekali. Tidak menutup kemungkinan bahwa saat ini di era modern pun banyak ditemukan para musafir ini.

Atau jika pada saat ini, bisa juga dikategorikan kepada orang-orang yang tidak punya tempat tinggal. Maka kita bisa memberikannya tempat tinggal yang layak untuk sementara. Pasalnya, tindakan ini termasuk pada amalan baik karena membantu sesama dan bahkan berbuat manfaat terhadap manusia lainnya.

Seperti yang kita tahu bahwa manusia yang paling baik, adalah manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain. Ketika kita menyediakan tempat bagi orang-orang tersebut, bahkan meskipun kita sudah meninggal, amalan kita masih tetap berbuah pahala

Begitu pun dengan kita yang memberi minum maupun makan yang tetap bisa dinilai sebagai sedekah jariyah. Sebagaimana hadits berikut:

Sebaik-baik sedekah adalah memberi air minum.” (HR. Muslim). Hadits lainnya menjelasakan bahwasannya Nabi SAW pernah ditanya bagaimana islam yang baik itu? Lantas, Nabi SAW pun menjawab : “Engkau beri makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun yang tidak kamu kenal.” (Terdapat dalam Ash-Shahihain).

Sedekah di Kala Sehat

Berdasarkan firman Allah yang tercantum dalam Al Quran dengan kutipan ayat berikut menjelaskan:

Perumpamaan orang -orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai:tumbuh seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al- Baqarah ayat 261)

Dari firman Allah tersebut bisa kita lihat bahwasannya seseorang yang mau menafkahkan hartanya di jalan Allah, dijalan kebaikan, akan diganjar dengan pahala yang sangat berlipat. Bahkan jika dihitung ganjaran yang didapatkannya itu bisa mencapai 700 kali lipat.

Betapa Maha Pemurahnya Allah SWT. Tak hanya itu, harta yang sudah disedekahkan tersebut pun tidak akan pernah putus pahalanya. Apalagi jika orang yang Anda sedekahi menggunakan uang tersebut untuk sesuatu yang bermanfaat.

Tak hanya itu, sedekah jariyah yang dilakukan ketika sehat pun bisa memberikan keistimewaan lain. Di mana, sedekah tidak akan pernah membuat Anda menjadi miskin atau kehilangan harta. Jutsru sebaliknya, setiap harta yang disedekahkan malah akan berbalik menjadi rezeki lain yang lebih luas lagi diberikan oleh Allah.

Mengajarkan Ilmu

Bagi semua orang, ilmu merupakan hal yang berguna untuk kehidupan. Bahkan, ketika seseorang memiliki satu ilmu yang sudah sangat paham terhadapanya, kemudian ia menyebarkannya kepada orang lain, dan orang lain merasa berguna akan ilmu tersebut, maka pahala untuk orang yang menyebarkan ilmu tersebut.

Bahkan, menyebarkan ilmu yang bermanfaat pun adalah sebuah sedekah jariyah yang mana pahalanya tidak akan pernah putus walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia. Hal itu sesuai dengan yang tercantum pada hadits berikut:

Sesungguhnya termasuk amalan dan kebaikan orang mukmin yang masih mengalir pasca kematiannya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, atau anak shalih yang ditinggalkannya, atau mushhaf al-Qur`an yang diwariskannya, atau masjid yang dibangunnya, atau rumah singgah bagi para musafir yang dibangunnya, atau sungai yang dialirkannya, atau sedekah yang dkeluarkan dari hartanya saat sehatnya dan di masa hidupnya, (semua itu) masih mengalir kepadanya pasca kematiannya. ” (HR. Ibnu Majah; Shahih at-Targhib).

Dari hadits tersebut sudah bisa ketahui bahwasannya ketika bisa mengajarkan sebuah ilmu kepada orang lain, lalu menyebarkan ilmu tersebut ke khalayak luas, maka pahalanya akan terus mengalir setelah kematian kita nantinya.

Pasalnya, ilmu ini sifatnya  menyebar dan bisa meluas. Apalagi ketika orang yang diajarkan merasa ilmu tersebut berguna, lalu digunakan untuk kebaikan dan disebarkan kembali pada orang lain, tentu pahala adalah jaminan bagi orang yang sudah rela mengajarkannya.

Mewariskan Al Quran adalah Sedekah Jariyah

Dalam hadits sebelumnya disebutkan, tidak hanya ilmu yang disebarkan saja, melainkan juga mushaf Al Quran yang diwariskan kepada oranglain merupakan bentuk sedekah jariyah. Seperti yang kita ketahui, AL Quran merupakan kitab suci umat Islam yang bisa jadi setiap hari dibaca. Ketika seseorang membaca Al Quran meski satu huruf pun sudah dicatat satu kebaikan untuk pembacanya.

Begitu pun dengan orang yang sudah memberikan atau mewakafkan Al quran tersebut. Setiap ada oranglain yang membacanya, maka selama itu pula pahalanya akan tetap mengalir secara terus menerus meskipun dirinya sudah mengalami kematian.

Bahkan, nantinya Al Quran inilah yang bisa menaungi dan menyelamatkan dirinya di akhirat kelak. Itulah mengapa, jika Anda tidak punya harta banyak, tapi punya ilmu atau punya Al Quran, wariskan atas nama Allah. Niscaya atas izin-Nya bisa menjadi sedekah terbaik bagi Anda.

Membangun Panti Asuhan

Pada dasarnya, panti asuhan merupakan tempat yang digunakan oleh anak-anak yatim piatu yang ditinggalkan orang tuanya. Atau anak-anak yang sengaja ditinggalkan maupun dititipkan oleh orangtuanya dengan berbagai alasan.

Ada salah satu contoh sedekah jariyah yang mana bisa mengantarkan Anda pada pahala yang tidak terputus, yakni menyantuni anak yatim dan membangunkan rumah atau panti asuhan untuk mereka.

Hal ini tertuang dalam Al Quran, salah satunya seperti pada penggalan ayat berikut ini: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, …,” (Q.S. An Nisaa 4:36)

Tak hanya itu, anak-anak yatim pun merupakan sosok yang kehadirannya sangat diperhatikan oleh Rasulullah SAW. Bahkan dalam sabdanya pun, Rosulullah mengisyaratkan kedekatan antara Beliau dengan anak yatim ibarat jari telunjuk dan jari tengah. (H.R. Bukhari)

Dengan beberapa contoh sedekah jariyah tersebut, tentunya kita semua tahu, bahwa sedekah jariyah bukan hanya sedekah yang dikeluarkan berbentuk materi saja. Akan tetapi, banyak hal yang bisa kita berikan agar kita pun bisa mendapatkan pahala yang tidak terputus.

Semoga dengan adanya  ulasan beberapa contoh sedekah jariyah ini, bisa membawa kita untuk senantias bersedekah dengan ikhlas, semata-mata hanya untuk mengharapkan ridha Allah dan semua kebaikannya di dunia maupun di akhirat kelak.

MASJID PEDESAAN

Ayo Membangun Masjid!

Mendermakan harta untuk pembangunan masjid atau patungan dalam membagun masjid, termasuk sedekah jariyah

 

Kehidupan dunia ini tidak abadi. Tak lama ajal akan datang menjemput. Dunia hanyalah alam tempat ujian dan kefanaan. Sudah sepatutnya bagi seorang muslim yang beriman akan surga dan neraka, mempersiapkan bekal untuk memberatkan timbangan amal kebajikannya. Demi meraih kebahagiaan hakiki dan abadi.

Sejak jauh hari, Nabi kita shallallahu’alaihi wasallam mengingatkan hal ini,

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

Orang yang pandai itu ialah, orang yang mampu mengevaluasi dirinya dan beramal (mencurahkan semua potensi) untuk kepentingan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah, orang yang mengikuti hawa nafsunya kemudian berangan-angan kosong kepada Allah.” (HR.Tirmidzi)

Investasi Pahala dengan Membangun Masjid

Diantara sebaik-baik perbekalan tersebut adalah, dengan membangun masjid. Tempat terpancar syiar Islam dan iman, kebersamaan kaum muslimin dalam sholat jama’ah, tempat untuk mengagungkan nama Allah dalam sujud dan ruku’, madrasah bagi kaum muslimin; dengan majlis-majlis ilmu di dalamnya.

Alangkah besar pahala orang yang turut andil membangunnya. Ia menjadi sebab tercapainya amalan-amalan agung. Amalannya dicatat sebagai sedekah jariyah, yang pahalanya terus mengalir, meski ia sudah tinggal di alam kubur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan sebuah kabar gembira,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631)

Dalam hadis lain disinggung lebih spesifik lagi. Dimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan,

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

‎”Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf Alquran yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi, dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani).

Dalam fatwa Lajnah Daimah (6/237) dijelaskan, “Mendermakan harta untuk pembangunan masjid atau patungan dalam membagun masjid, termasuk sedekah jariyah. Bagi mereka yang mendermakan dan meniatkan untuk tujuan bangun masjid. Bila tulus ikhlas niat anda, maka ini termasuk perbuatan yang mulia.” (Fatwa Lajnah Daimah (6/237), dikutip dari Islamqa.com).

Termasuk Amalan yang Paling Dicintai Allah

Masjid adalah tempat yang paling Allah senangi di muka bumi ini. Maka sebagaimana Allahamat mencintai masjid, maka sudah barang tentu Allah amat ridho dengan hambaNya yang bermurah hati menyisihkan harta atau jerih payahnya, untuk membangun tempat yang paling disenangi oleh Rabbul’aalamin tersebut. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

أَحَبُّ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهَا، وَأَبْغَضُ الْبِلَادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهَا

Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid, dan tempat yang paling dibenci Allah adalah pasar.” (HR. Muslim. Dari Abu Hurairah).

Tanda Iman dan Khosyah

Bahkan Allah menjadikan perbuatan membangun masjid, sebagai tanda keimanan. Allah berfirman,

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah : 18).

Termasuk dalam memakmurkan rumah Allah, adalah dengan membangunnya. Ada dua macam memakmurkan masjid; konkrit dan abstrak. Konkritnya adalah dengan membangun masjid atau  merawatnya setelah selesai pembangunan (berkaitan dengan fisik). Kemudian abstraknya adalah, memakmurkan masjid dengan amalan-amalan sholih, seperti sholat berjamaah, i’tikaf, menggunakan masjid untuk majlis-majlis ilmu, menbaca Al Wuran dst.

Dibangunkan Untuknya Rumah di Surga

Siapa yang tidak tergiur dengan rumah di surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengabarkan,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِى بِهِ وَجْهَ اللَّهِ ، بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِى الْجَنَّةِ

Barangsiapa yang membangun masjid (karena mengharap wajah Allah), Allah akan membangunkan bangunan yang semisalnya di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari ‘Utsman bin ‘Affan).

Bila membangun rumah di dunia, butuh dana ratusan bahkan milyaran juta. Memakan waktu berbulan-bulan. Hanya untuk membangun rumah sementara, yang tak lama akan ditinggalkan. Anda juga harus menyediakan material yang berat dan mengupah tukang. Maka untuk mendapatkan rumah di surga, yang tak terbayang nikmat dan mewahnya, anda hanya cukup dengan ikut andil dalam membagun masjid di dunia.

Bagaimana bentuk andil dalam membangun masjid?

‪Syaikh‬ Abdulmuhsin Al ‘ abbad hafizhahullah, saat mengajar pelajaran Sunan An Nasaimenjelaskan, bahwa membangun masjid ada dua macam cara:

Pertama: Membangun langsung dengan tangannya sendiri / tenaganya.

Kedua: Membangun dengan hartanya, yakni dengan mendermakan hartanya untuk membangun masjid.

Orang yang menempuh dua cara ini, masuk dalam keutamaan yang disebut dalam hadits di atas.

‪Dalam‬ riwayat lain disebutkan,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ

Barangsiapa membangun masjid karena Allah walaupun hanya seukuran tempat burung bertelur, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga…” (HR. An Nasai).

Ada dua makna maf-hasil quthoh (arti: tempat burung bertelur) dalam hadis ini adalah :

Pertama: Ungkapan ini untuk shighoh mubaalaghoh (hiperbola). Seperti dalam firman Allah ta’ala,

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاط

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, sampai unta masuk ke lubang jarum” (QS. Al A’raf: 40).

Artinya sekecil apapun andil anda; yakni berupa harta maupun tenaga (suka rela) dalam membangun masjid, anda akan mendapatkan ganjaran ini.

Kedua: Makna lainnya adalah, untuk menerangkan tentang orang-orang yang patungan dalam pembangunan masjid. Sekalipun orang itu patungan, dan yang ia mampu hanya tak seberapa, maka ia tetap mendapatkan ganjaran yang disebutkan dalam hadis.

Lihatlah betapa maha pemurahnya Allah, kepada hambaNya yang beramal sholih. Meski tak seberapa andil nya dalam membangun masjid, namun Allah tidak menyiakannya. Yang dilihat adalah tulus niatnya untuk berbuat baik, meski nominal uang yang ia mampu untuk didermakan tak seberapa.

Syaikh ‘Ustaimin rahimahullah pernah ditanya tentang sekelompok orang yang patungan untuk membangun masjid, apakah setiap dari mereka mendapatkan pahala membangun masjid? Atau karena patungan pahalanya menjadi berkurang?

Lantas beliau menjawab dengan balik bertanya, “Pernahkah anda membaca surat idza zulzilah (Al Zalzalah)? Apa yang Allah firmankan dalam surat tersebut?”

Penanya lantas membacakan ayat,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya” (QS. Al Zalzalah : 7)

Syaikh kemudian menerangkan, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat balasannya pula (pent. Beliau membacakan ayat).

Setiap orang yang ikut serta dalam patungan tersebut, mendapatkan pahala dari amalnya. Dan setiap dari mereka mendapatkan pahala juga dari sisi lain. Yakni, pahala saling tolong-menolong dalam kebaikan. Karena kalau tidak diadakan patungan, dana yang terkumpul dari masing-masing mereka, tidak memadai untuk membangun masjid. Maka kita katakan, baginya pahala amal (membangun masjid) dan pahala tolong-menolong dalam kebaikan.” (Liqa’ al Bab al Maftuh: 21/230, dikutip dari Islamqa.com).

Tukang Bangunan Apakah Mendapat Keutamaan Ini?

‪Kemudian‬ ada pertanyaan: apakah para tukang yang diupah untuk pembangunan masjid juga mendapatkan pahala ini?

Syaikh Abdulmuhsin Al ‘ Abbad hafizhahullah menerangkan, bahwa para tukang yang diupah untuk membangun masjid, tidak disebut sebagai orang yang membangun masjid yang disinggung  dalam hadits. Mereka tidak mendapat keutamaan tersebut, karena yang diniatkan adalah upah. Sementara Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menjelaskan bahwa amalan tergantung pada niat. Dan seorang mendapatkan hasil sesuai dengan  niatnya[1]. Kecuali bila ia berniat untuk membantu secara suka rela, dengan berharap untuk mendapatkan pahala membangun masjid. Maka insyaAllah dia mendapatkan ganjaran tersebut.

Allahua’lam bis showab.

sumber: Muslim.or.id