Siapa Manusia yang Sholatnya Diterima Allah?

Dalam Ihya Ulumuddin dijelaskan bahwa sholat merupakan tiang agama.

Imam Al Ghazali bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Ghazali dikenal sebagai Hujjatul Islam Zainuddin al-Thusi, seorang ahli fiqih bermazhab al-Syafi’i. Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Al Ghazali meriwayatkan kisah Nabi Daud Alaihissalam yang bertanya kepada Allah SWT.

Nabi Daud Alahissalam bertanya kepada Allah SWT, siapa orang yang akan menghuni rumah Allah dan siapa orang yang sholatnya diterima.

Diriwayatkan, dalam munajatnya Nabi Daud Alaihissalam pernah berdoa, “Ya Rabb-ku, siapakah yang akan menghuni rumah-Mu, dan sholat siapakah yang akan Engkau terima?”

Maka Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Daud Alaihissalam, “Orang- orang yang akan menghuni rumah-Ku, dan orang-orang yang akan Aku terima sholat mereka adalah yang merendahkan dirinya di hadapan keagungan-Ku, menjalani kehidupannya dalam zikir kepada-Ku, mengendalikan nafsunya demi Aku, memberi makan orang yang lapar, menjamu musafir dan menunjukkan simpati kepada siapa saja yang tengah menderita kesulitan. Cahaya orang-orang seperti itulah yang akan menerangi langit dan bumi.”

“Apabila ia berdoa kepada-Ku, niscaya Aku (Allah) akan mengabulkan doanya. Aku akan menjadikan kebijakan dalam ketidaktahuannya, zikir kepada-Ku dalam kelalaiannya, dan cahaya dalam kegelapannya. Perumpamaan orang seperti itu laksana Taman Firdaus di puncak surga, yang sungainya tidak akan kering, dan buah-buahannya tidak akan pernah membusuk.”

Dalam Ihya Ulumuddin dijelaskan bahwa sholat merupakan tiang agama, dan sekaligus pengawal serta pondasi (dasar) keyakinan bagi diberlakukannya syari’at Islam. Rahasia di balik perintah mendirikan sholat menjadi aktivitas rutin yang sangat utama di antara amal kebajikan yang mengiringinya. 

Dalam rangkaian awal pada pelaksanaan sholat dimulai dengan bentuk seruan yang jika diakumulasikan, maka seruan dimaksud senantiasa menghiasi alam raya ini sepanjang waktu. Oleh karena itu, rahasia dan keutamaan di balik perintah menyeru (adzan) ini digambarkan melalui sabda Nabi Muhammad SAW ini.

“Ada tiga kelompok manusia yang pada Hari Kiamat kelak akan ditempatkan di bukit Misik Adzfar, di mana mereka tidak memperdulikan hisab dan tidak merasa takut hingga selesainya pemeriksaan seluruh amalan manusia. Mereka itu adalah orang-orang yang gemar membaca Alquran karena mengharap keridhaan Allah SWT semata. Juga orang-orang yang diuji oleh Allah dengan status sebagai budak ketika berada di dunia, namun hal itu tidak membuat mereka lalai dari melakukan amalan akhirat, dan orang-orang yang menyerukan panggilan untuk menegakkan sholat (muadzin).” (HR Imam At-Tirmidzi)

IQRA