Sebenarnya tak hanya Starbucks yang dituding memiliki kedekatan dengan negara zionis Israel. Ada beberapa perusahaan ternama dunia yang banyak membantu Israel. Sebut saja McDonald, Coca-cola, dan sederet perusahan beken lainnya.
Salah satu pesan boikotnya yang berbunyi ‘Secangkir Starbucks Senilai Setetes Darah Palestina dan Lebanon’ disebarkan warga Arab Saudi dan membuat pendapatan gerai kopi internasional itu menurun.
Lebih-lebih, setelah aksi boikot itu didukung oleh Dr. Abdul Wahhab bin Said Al Qahthani. Asisten dosen fakultas manajemen dan pemasaran di Universitas Malik Fahd ini menuliskan keprihatinannya.
“Bagaimana kita bisa menikmati kopi Starbucks, bila kita menyadari bahwa harta kita disumbangkan untuk mendukung Israel yang semakin ganas membantai umat Islam?” tulisnya.
Maklum, sebagian dari hasil penjualan Starbucks yang mencapai US$14,9 miliar per tahun itu, disumbangkan ke Israel.
Dalam sebuah suratnya, Howard Schultz, Chairman & Chief Global Strategist Starbucks pernah menyebutkan, “Tanpa anda, para pelanggan tercinta, kami tidak akan mampu mengirim bantuan US$5 miliar per tahun membeli perlengkapan perang, buldoser dan pagar pengaman untuk melindungi warga Israel dari serangan teroris anti-Semit,” tulisnya.
“Tolong diingat, bahwa setiap cangkir yang Anda minum di Starbucks, sangat membantu sebuah misi yang berharga,’’ sambungnya.
Kedekatan Howard Schultz dengan Israel tak diragukan lagi. Lelaki berusia 61 tahun itu, dilahirkan dari keluarga Yahudi di Brooklyn, New York. Pada 1998, Schultz pernah mendapat penghargaan ‘The Israel 50th Anniversary Friend of Zion Tribute Award’ oleh yayasan Jerusalem Fund Aish HaTorah, karena peranannya yang cukup besar mempromosikan hubungan AS dan Israel.
Pada 2002, Kementerian Luar Negeri Israel juga mendukung Howard Schultz sebagai kampiun PR (public relation) bagi Israel, karena pidatonya yang menuduh Palestina sebagai organisasi teroris, dan gerakan intifada sebagai perlawanan anti-Semit.