Surat Al-A’la kerapkali dijadikan surat pilihan kala shalat Ied. Entah kenapa, setiap mendengar surat itu hati ini gerimis. Saat imam melantunkan, “Qad aflaha man tazakka wa dzakarasma rabbihi fashalla…”
Seorang alim pernah berpesan kepada saya, “Nak, setelah lulus SMA orang akan bertanya kampus mana yang kamu masuki, ternama atau tidak. Setelah lulus kuliah orang juga akan melihat apa pekerjaanmu, bagaimana kehidupanmu dan siapa jodohmu. Mereka akan menilai seluruh pencapaianmu. Jika terlihat bergelimang harta dan kehormatan, mereka akan menyebutmu ‘sukses’. Jika tidak, mereka akan menyebut ‘nasibmu buruk’, kemudian satu per satu dari mereka menjauhimu.”
Potongan ayat dalam surat Al-A’la itu mengajak saya kembali merenungkan makna kesuksesan. Apakah saat kita bergelimang harta? Saat kita mendapatkan berbagai macam gelar? Jumlah mobil? Luas rumah? Ternyata tidak. Man tazakka wa dzakarasma rabbihi fashalla. Itulah sebenar-benarnya sukses, sukses di mata Allah. Yaitu orang yang selalu menyucikan dirinya, yang selalu mengingat Rabb-nya, dan senantiasa mendirikan shalat.
Jabatan tinggi atau pekerjaan dengan gaji besar tidaklah bernilai sukses di mata Allah jika didapatkan dan dilakukan dengan cara yang kotor. Punya mobil seharga miliaran rupiah, rumah, dan vila bertengger di lokasi-lokasi elite, namun waktu shalat masih kita relakan untuk disita oleh rapat kantor dan pertemuan perusahaan. Sekali lagi, itu bukan sukses. Maka Allah mengatakan, “Bal tu’tsiruunal hayaatad dunya” di ayat selanjutnya, yang berarti, tapi mereka lebih memilih dunia, padahal akhirat lebih kekal.
Ah, betapa saya masih malu jika ditanya, “Kerja di mana?” Apa kata mereka saat tahu, saya yang sudah kuliah tinggi-tinggi sampai ke jenjang S2 ini, di kampus ternama pula, kini “hanya” jadi ibu rumah tangga yang bekerja keras membesarkan dua anak yang masih balita. Apakah saya tidak sukses?
Saya yang masih berasyik-masyuk di depan layar ponsel keluaran terbaru saat mendengar azan, bahkan bergeming satu jam usai azan berkumandang, apakah saya sudah sukses? Mobil mewah, pekerjaan terpandang, rumah nan luas, sejatinya bukanlah tolok ukur kesuksesan.
Di mata Allah, semua itu tak ada nilainya. Itu hanya aset dunia yang harus diolah lagi agar menjadi aset akhirat dengan syarat yang telah dipaparkan tadi. Dalam Al-A’la kita diingatkan.
Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita dari hubbud dunya…
Gina Najjah (25),Ibu dua anak, Serang
Sumber:Ummi Online