TERDAPAT empat keesaan Allah dalam kandungan Surah al-Ikhlas. Yakni, pertama, keesaan tentang Dzat-Nya. Kedua, keesaan tentang segala perbuatan-Nya. Ketiga, keesaan tentang segala sifat-Nya. Keempat, keesaan tentang segala macam peribadatan.
Keempat keesaan Allah tersebut tercakup secara ringkas dalam Surah al-Ikhlas, khususnya dalam ayat pertama yang menegaskan: Qul huwallahu ahad (Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa).
Makna Esa dalam ayat tersebut terambil dari lafazh “wahda” mempunyai makna “kesatuan.” Makna kesatuan ini bukan berarti bilangan satu yang akan ada bilangan dua, tiga, dan seterusnya. Melainkan kesatuan bulat yang tidak ada sesuatu yang dapat menambah pada bilangan dua atau tiga, dan seterusnya.
Kesatuan di sini adalah na’at (sifat) dari kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang berkedudukan sebagai nama. Jika kesatuan di sini sebagai na’at, maka Esa ini hanya digunakan untuk Allah yang memiliki kekuasaan mutlak, tanpa ada sekutu yang dapat mengimbangi-Nya.
Menurut pendapat dari seorang penafsir sekaligus pakar tasawuf, yakni Abu as-Su’ud, bahwa dalam Surah al-Ikhlas menempatkan kata huwa untuk menunjukkan kepada Allah. Padahal sebelumnya kata huwa yang menunjukkan kepada-Nya tidak pernah disebut dalam al-Qur’an, kecuali dalam Surah al-Ikhlas. Hal ini tentu agar memberikan kesan bahwa Dia Yang Maha Kuasa itu sedemikian terkenal dan nyata, sehingga hadir dalam benak setiap hamba yang mengimani-Nya.
Kata huwa tersebut tertuju hanya kepada “Ahad” yang berarti Allah. Dalam makna ahad di sini menunjukkan sifat yang memiliki “kesatuan mutlak”, yakni Allah semata, dan tidak ada sesuatu yang selain-Nya.
Keesaan empat macam dari Allah tersebut adalah satu kesatuan yang abadi, yang tidak akan pernah berubah oleh pengertian atau pertimbangan apa pun. Di samping itu, keesaan-Nya sungguh tidak ada campur tangan dari unsur lain yang meliputi-Nya.
Dia Maha Esa merupakan kesatuan yang utuh dan abadi. Dari kesatuan yang abadi tersebut meliputi sifat-sifat keperkasaan-Nya. Inilah Tuhan yang dalam Surah al-Ikhlas disebutkan mempunyai sifat yang “Abadi”.*/Sudirman STAIL
Sumber buku: Bacalah Al-Ikhlas Maka Pilihlah Pintu Surgamu. Penulis: Muhammad Makhdlori