Surat Al Waqiah merupakan salah satu surat di dalam Al Quran yang dikenal penuh berkah.
Keberkahan surat Al Waqiah ini mampu melenyapkan kemiskinan dan mendatangkan rezeki bagi pembacanya.
Surat Al Waqiah merupakan surat ke 56 pada juz ke 27 yang terdiri dari 96 ayat dan termasuk golongan surat Makkiyah.
Surat ini memiliki arti hari kiamat, yang diambil dari bunyi ayat pertamanya.
Dilansir dari Menyingkap Mu’jizat Surat Al Waqiah – Muhammad Mochtar, terdapat waktu tertentu yang dianggap terbaik untuk mengamalkannya.
Waktu terbaik untuk mengamalkan surat Al Waqiah salah satunya setelah salat dhuha dan salat tahajud.
Setelah membaca surat Al Waqiah, pembaca bisa melantunkan doa di bawah ini:
“Allahumma inni as’aluka bihaqqi suuratil waaqiah wa asrooroha, antuyassiroli rizqii kamaa yusarritahuu li katsirin bi kholqika, Ya Allah ya robbal’alamiin.”
Ya Allah sesungguhnya, aku memohon kepadamu dengan kebenaran surat Al Waqiah dan segala rahaisanya. Agar Engkau berkenan memudahkan rezekiku sebagaimana Engkau memudahkannya pada seluruh makhluk.
Selain itu, surat Al Waqiah juga bisa dibaca sebelum tidur agar hati tenang dan dilanjutkan dengan melantunkan surat Al Mulk.
Apabila pembaca rutin melaksanakannya, niscaya Allah SWT mempermudah kelancaran rezeki, kemudahan urusan dan mengalirkan pahala.
Keutamaan Surat Al Waqiah
Dilansir dari TribunPekanbaru (grup TribunJakarta), berikut beberapa keutamaan surat Al Waqiah:
Dijauhkan Dari Kemiskinan
Apabila seseorang membiasakan diri untuk membaca Surat Al Waqiah sebanyak satu kali setiap malam, maka ia akan mendapatkan pahala yang sangat berarti yakni akan dijauhkan dari kemiskinan untuk selama-lamanya.
Memperoleh Kekayaan Berlimpah
Apabila seseorang membaca Surat Al Waqiah ini sebanyak 14 kali setiap kali selesai menunaikan sholat Azhar, maka orang tersebut akan mendapatkan balasan berupa kekayaan yang didapat berlimpah dan tidak akan ada habisnya.
“Ajarkanlah surah Al-Waqi’ah kepada isteri-isterimu. Kerana sesungguhnya ia adalah surah Kekayaan.” (Hadis riwayat Ibnu Ady)
Ditunaikan Hajatnya Berhubungan Dengan Rezeki
Apabila seseorang membaca Surat Al Waqiah ini sebanyak 41 kali dalam satu majlis atau dengan kata lain sekali duduk, maka insyaAllah akan ditunaikan semua hajat yang dimohonkan terutam yang berhubungan dengan rezeki.
Dijadikan Hartawan dan Dermawan
Agar seseorang bisa menjadi orang kaya yang selalu mengucap syukur, maka amalan dari Surat Al Waqiah ini dibacakan sebanyak 3 kali sesudah selesai menunaikan sholat subuh dan juga 3 kali sesudah menunaikan sholat isya yang insyaAllah tidak akan berlalu masa setahun tersebut melainkan akan dijadikan seseorang yang hartawan dan juga dermawan.
Bagi orang yang rajin membaca Surat Al Waqiah ini, maka akan mendapatkan syafaat di hari kiamat yang sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Muslim.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
Mendapatkan Ketenangan Jiwa dan Raga
Bagi mereka yang membacakan Surat Al Waqiah meski tidak mengetahui artinya, maka akan mendapatkan ketenangan baik dari segi jiwa maupun raganya.
Dalam hal ini, Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, halaman 117).
Mengajarkan Tauhid
Dalam Surat Al Waqiah ini memang tidak secara langsung menerangkan ayat tentang kekayaan, rezeki dan hal semacamnya.
Akan tetapi di dalam surat ini mengajarkan tentang tauhid yang membuat kita percaya pada Allah dan semakin membuat kita yakin jika semuanya sudah diatur dengan baik oleh Allah SWT termasuk dalam urusan rezeki.
Berikut ini Bacaan Surat Al Waqiah 1-96 lengkap beserta latin dan terjemahannya.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
اِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُۙ
iżā waqa’atil-wāqi’ah
1. Apabila terjadi hari Kiamat,
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ۘ
laisa liwaq’atihā kāżibah
2. terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal).
خَافِضَةٌ رَّافِعَةٌ
khāfiḍatur rāfi’ah
3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).
اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ
iżā rujjatil-arḍu rajjā
4. Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
وَّبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّاۙ
wa bussatil-jibālu bassā
5. dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,
فَكَانَتْ هَبَاۤءً مُّنْۢبَثًّاۙ
fa kānat habā`am mumbaṡṡā
6. maka jadilah ia debu yang beterbangan,
وَّكُنْتُمْ اَزْوَاجًا ثَلٰثَةً ۗ
wa kuntum azwājan ṡalāṡah
7. dan kamu menjadi tiga golongan,
فَاَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَيْمَنَةِ ۗ
fa aṣ-ḥābul-maimanati mā aṣ-ḥābul-maimanah
8. yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu,
وَاَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْمَشْـَٔمَةِ ۗ
wa aṣ-ḥābul-masyamati mā aṣ-ḥābul-masyamah
9. dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu,
وَالسّٰبِقُوْنَ السّٰبِقُوْنَۙ
was-sābiqụnas-sābiqụn
10. dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga).
اُولٰۤىِٕكَ الْمُقَرَّبُوْنَۚ
ulāikal-muqarrabụn
11. Mereka itulah orang yang dekat (kepada Allah),
فِيْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ
fī jannātin-na’īm
12. Berada dalam surga kenikmatan,
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ
ṡullatum minal-awwalīn
13. segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
وَقَلِيْلٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ
wa qalīlum minal-ākhirīn
14. dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian.
عَلٰى سُرُرٍ مَّوْضُوْنَةٍۙ
‘alā sururim mauḍụnah
15. Mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata,
مُّتَّكِـِٕيْنَ عَلَيْهَا مُتَقٰبِلِيْنَ
muttakiīna ‘alaihā mutaqābilīn
16. mereka bersandar di atasnya berhadap-hadapan.
يَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۙ
yaṭụfu ‘alaihim wildānum mukhalladụn
17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
بِاَكْوَابٍ وَّاَبَارِيْقَۙ وَكَأْسٍ مِّنْ مَّعِيْنٍۙ
biakwābiw wa abārīqa wa kasim mim ma’īn
18. dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir,
لَّا يُصَدَّعُوْنَ عَنْهَا وَلَا يُنْزِفُوْنَۙ
lā yuṣadda’ụna ‘an-hā wa lā yunzifụn
19. mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَۙ
wa fākihatim mimmā yatakhayyarụn
20. dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih,
وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَۗ
wa laḥmi ṭairim mimmā yasytahụn
21. dan daging burung apa pun yang mereka inginkan.
وَحُوْرٌ عِيْنٌۙ
wa ḥụrun ‘īn
22. Dan ada bidadari-bidadari yang bermata indah,
كَاَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُوْنِۚ
kaamṡālil-luluil-maknụn
23. laksana mutiara yang tersimpan baik.
جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
jazāam bimā kānụ ya’malụn
24. Sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan.
لَا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَّلَا تَأْثِيْمًاۙ
lā yasma’ụna fīhā lagwaw wa lā taṡīmā
25. Di sana mereka tidak mendengar percakapan yang sia-sia maupun yang menimbulkan dosa,
اِلَّا قِيْلًا سَلٰمًا سَلٰمًا
illā qīlan salāman salāmā
26. tetapi mereka mendengar ucapan salam.
وَاَصْحٰبُ الْيَمِينِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الْيَمِيْنِۗ
wa aṣ-ḥābul-yamīni mā aṣ-ḥābul-yamīn
27. Dan golongan kanan, siapakah golongan kanan itu.
فِيْ سِدْرٍ مَّخْضُوْدٍۙ
fī sidrim makhḍụd
28. (Mereka) berada di antara pohon bidara yang tidak berduri,
وَّطَلْحٍ مَّنْضُوْدٍۙ
wa ṭal-ḥim manḍụd
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
وَّظِلٍّ مَّمْدُوْدٍۙ
wa ẓillim mamdụd
30. dan naungan yang terbentang luas,
وَّمَاۤءٍ مَّسْكُوْبٍۙ
wa māim maskụb
31. dan air yang mengalir terus-menerus,
وَّفَاكِهَةٍ كَثِيْرَةٍۙ
wa fākihating kaṡīrah
32. dan buah-buahan yang banyak,
لَّا مَقْطُوْعَةٍ وَّلَا مَمْنُوْعَةٍۙ
lā maqṭụ’atiw wa lā mamnụ’ah
33. yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya,
وَّفُرُشٍ مَّرْفُوْعَةٍۗ
wa furusyim marfụ’ah
34. dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ
innā ansyanāhunna insyāā
35. Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung,
فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ
fa ja’alnāhunna abkārā
36. lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan,
عُرُبًا اَتْرَابًاۙ
‘uruban atrābā
37. yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya,
لِّاَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ
li`aṣ-ḥābil-yamīn
38. untuk golongan kanan,
ثُلَّةٌ مِّنَ الْاَوَّلِيْنَۙ
ṡullatum minal-awwalīn
39. segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
وَثُلَّةٌ مِّنَ الْاٰخِرِيْنَۗ
wa ṡullatum minal-ākhirīn
40. dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian.
وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ
wa aṣ-ḥābusy-syimāli mā aṣ-ḥābusy-syimāl
41. Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ
fī samụmiw wa ḥamīm
42. (Mereka) dalam siksaan angin yang sangat panas dan air yang mendi
dih,
وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ
wa ẓillim miy yaḥmụm
43. dan naungan asap yang hitam,
لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ
lā bāridiw wa lā karīm
44. tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُتْرَفِيْنَۚ
innahum kānụ qabla żālika mutrafīn
45. Sesungguhnya mereka sebelum itu (dahulu) hidup bermewah-mewah,
وَكَانُوْا يُصِرُّوْنَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيْمِۚ
wa kānụ yuṣirrụna ‘alal-ḥinṡil-‘aẓīm
46. dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa yang besar,
وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ ەۙ اَىِٕذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَۙ
wa kānụ yaqụlụna a iżā mitnā wa kunnā turābaw wa ‘iẓāman a innā lamab’ụṡụn
47. dan mereka berkata, “Apabila kami sudah mati, menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?
اَوَاٰبَاۤؤُنَا الْاَوَّلُوْنَ
a wa ābāunal-awwalụn
48. Apakah nenek moyang kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?”
قُلْ اِنَّ الْاَوَّلِيْنَ وَالْاٰخِرِيْنَۙ
qul innal-awwalīna wal-ākhirīn
49. Katakanlah, “(Ya), sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian,
لَمَجْمُوْعُوْنَۙ اِلٰى مِيْقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُوْمٍ
lamajmụ’ụna ilā mīqāti yaumim ma’lụm
50. pasti semua akan dikumpulkan pada waktu tertentu, pada hari yang sudah dimaklumi.
ثُمَّ اِنَّكُمْ اَيُّهَا الضَّاۤ لُّوْنَ الْمُكَذِّبُوْنَۙ
ṡumma innakum ayyuhaḍ-ḍāllụnal-mukażżibụn
51. Kemudian sesungguhnya kamu, wahai orang-orang yang sesat lagi mendustakan!
لَاٰكِلُوْنَ مِنْ شَجَرٍ مِّنْ زَقُّوْمٍۙ
laākilụna min syajarim min zaqqụm
52. pasti akan memakan pohon zaqqum,
فَمَالِـُٔوْنَ مِنْهَا الْبُطُوْنَۚ
fa māliụna min-hal-buṭụn
53. maka akan penuh perutmu dengannya.
فَشَارِبُوْنَ عَلَيْهِ مِنَ الْحَمِيْمِۚ
fa syāribụna ‘alaihi minal-ḥamīm
54. Setelah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
فَشَارِبُوْنَ شُرْبَ الْهِيْمِۗ
fa syāribụna syurbal-hīm
55. Maka kamu minum seperti unta (yang sangat haus) minum.
هٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ الدِّيْنِۗ
hāżā nuzuluhum yaumad-dīn
56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan.”
نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ
naḥnu khalaqnākum falau lā tuṣaddiqụn
57. Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ
a fa raaitum mā tumnụn
58. Maka adakah kamu perhatikan, tentang (benih manusia) yang kamu pancarkan.
ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخَالِقُوْنَ
a antum takhluqụnahū am naḥnul-khāliqụn
59. Kamukah yang menciptakannya, ataukah Kami penciptanya?
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ
naḥnu qaddarnā bainakumul-mauta wa mā naḥnu bimasbụqīn
60. Kami telah menentukan kematian masing-masing kamu dan Kami tidak lemah,
عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
‘alā an nubaddila amṡālakum wa nunsyiakum fī mā lā ta’lamụn
61. untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (di dunia) dan membangkitkan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ
wa laqad ‘alimtumun-nasyatal-ụlā falau lā tażakkarụn
62. Dan sungguh, kamu telah tahu penciptaan yang pertama, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تَحْرُثُوْنَۗ
a fa raaitum mā taḥruṡụn
63. Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam?
ءَاَنْتُمْ تَزْرَعُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الزَّارِعُوْنَ
a antum tazra’ụnahū am naḥnuz-zāri’ụn
64. Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?
لَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنٰهُ حُطَامًا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُوْنَۙ
lau nasyāu laja’alnāhu huṭāman fa ẓaltum tafakkahụn
65. Sekiranya Kami kehendaki, niscaya Kami hancurkan sampai lumat; maka kamu akan heran tercengang,
اِنَّا لَمُغْرَمُوْنَۙ
innā lamugramụn
66. (sambil berkata), “Sungguh, kami benar-benar menderita kerugian,
بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ
bal naḥnu mahrụmụn
67. bahkan kami tidak mendapat hasil apa pun.”
اَفَرَءَيْتُمُ الْمَاۤءَ الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَۗ
a fa raaitumul-māallażī tasyrabụn
68. Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?
ءَاَنْتُمْ اَنْزَلْتُمُوْهُ مِ
نَ الْمُزْنِ اَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُوْنَ
a antum anzaltumụhu minal-muzni am naḥnul-munzilụn
69. Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?
لَوْ نَشَاۤءُ جَعَلْنٰهُ اُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُوْنَ
lau nasyāu ja’alnāhu ujājan falau lā tasykurụn
70. Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?
اَفَرَءَيْتُمُ النَّارَ الَّتِيْ تُوْرُوْنَۗ
a fa raaitumun-nārallatī tụrụn
71. Maka pernahkah kamu memperhatikan tentang api yang kamu nyalakan (dengan kayu)?
ءَاَنْتُمْ اَنْشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ اَمْ نَحْنُ الْمُنْشِـُٔوْنَ
a antum ansyatum syajaratahā am naḥnul-munsyiụn
72. Kamukah yang menumbuhkan kayu itu ataukah Kami yang menumbuhkan?
نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ
naḥnu ja’alnāhā tażkirataw wa matā’al lil-muqwīn
73. Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ
fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm
74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
فَلَآ اُقْسِمُ بِمَوٰقِعِ النُّجُوْمِ
fa lā uqsimu bimawāqi’in-nujụm
75. Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
وَاِنَّهٗ لَقَسَمٌ لَّوْ تَعْلَمُوْنَ عَظِيْمٌۙ
wa innahụ laqasamul lau ta’lamụna ‘aẓīm
76. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui,
اِنَّهٗ لَقُرْاٰنٌ كَرِيْمٌۙ
innahụ laqurānung karīm
77. dan (ini) sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia,
فِيْ كِتٰبٍ مَّكْنُوْنٍۙ
fī kitābim maknụn
78. dalam Kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh),
لَّا يَمَسُّهٗٓ اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَۙ
lā yamassuhū illal-muṭahharụn
79. tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.
تَنْزِيْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ
tanzīlum mir rabbil-‘ālamīn
80. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam.
اَفَبِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَنْتُمْ مُّدْهِنُوْنَ
a fa bihāżal-ḥadīṡi antum mud-hinụn
81. Apakah kamu menganggap remeh berita ini (Al-Qur’an),
وَتَجْعَلُوْنَ رِزْقَكُمْ اَنَّكُمْ تُكَذِّبُوْنَ
wa taj’alụna rizqakum annakum tukażżibụn
82. dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima (dari Allah) justru untuk mendustakan(-Nya).
فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَۙ
falau lā iżā balagatil-ḥulqụm
83. Maka kalau begitu mengapa (tidak mencegah) ketika (nyawa) telah sampai di kerongkongan,
وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَۙ
wa antum ḥīnaiżin tanẓurụn
84. dan kamu ketika itu melihat,
وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ
wa naḥnu aqrabu ilaihi mingkum wa lākil lā tubṣirụn
85. dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat,
فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَۙ
falau lā ing kuntum gaira madīnīn
86. maka mengapa jika kamu memang tidak dikuasai (oleh Allah),
تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
tarji’ụnahā ing kuntum ṣādiqīn
87. kamu tidak mengembalikannya (nyawa itu) jika kamu orang yang benar?
فَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَۙ
fa ammā ing kāna minal-muqarrabīn
88. Jika dia (orang yang mati) itu termasuk yang didekatkan (kepada Allah),
فَرَوْحٌ وَّرَيْحَانٌ ەۙ وَّجَنَّتُ نَعِيْمٍ
fa rauḥuw wa raiḥānuw wa jannatu na’īm
89. maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta surga (yang penuh) kenikmatan.
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ
wa ammā ing kāna min aṣ-ḥābil-yamīn
90. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,
فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ
fa salāmul laka min aṣ-ḥābil-yamīn
91. maka, “Salam bagimu (wahai) dari golongan kanan!” (sambut malaikat).
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ
wa ammā ing kāna minal-mukażżibīnaḍ-ḍāllīn
92. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat,
فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ
fa nuzulum min ḥamīm
93. maka dia disambut siraman air yang mendidih,
وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ
wa taṣliyatu jaḥīm
94. dan dibakar di dalam neraka.
اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِيْنِۚ
inna hāżā lahuwa ḥaqqul-yaqīn
95. Sungguh, inilah keyakinan yang benar.
فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيْمِ
fa sabbiḥ bismi rabbikal-‘aẓīm
96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Mahabesar.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Waktu Terbaik Membaca Surat Al Waqiah, Ini Sederet Keutamaannya: Bisa Memudahkan Rezeki