Jika Allah Maha Penyayang dan Pengampun, Kenapa Ada Neraka?

Dalam setiap mengawali pekerjaan kita diingatkan dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Ketika berdoa pun kita selalu mengakhiri bahwa Engkau adalah Dzat Maha Pengampun. Jika memang Allah Pengasih dan Penyayang, kenapa harus ada balasan neraka? Kenapa Allah menciptakan neraka?

Dalam berbagai ayat dalam al-Quran neraka digambarkan suatu tempat dan kondisi yang sangat menakutkan. Ia memiliki ciri ditumpahkan air yang mendidih ke tubuh manusia yang berdosa, dibakar wajahnya dengan api neraka, tangan dan kaki dibelenggu serta dijaga oleh malaikat yang kasar. Begitu pedihnya! Dan gambaran yang ada hanyalah sebatas apa yang bisa dijaungkau akal manusia. Tentu neraka lebih pedih daripada yang dibayangkan manusia.

Untuk apa diciptakan jika Allah Maha Pengampun? Allah memang Maha Pengampun. Janji Allah tidak akan diinkari untuk memberikan ampunan bagi mereka bertaubat. Tetapi, Allah Maha Adil terhadap semua setiap perbuatan yang dilakukan manusia. Surga dan neraka adalah bagian dari bentuk Maha Adil Tuhan dalam menimbang perbuatan manusia.

Mereka yang berbuat baik akan mendapat imbalan surga. Sementara mereka yang hanya menghabiskan umurnya berbuat maksiat mendapatkan punishment sesuai dengan kadar perbuatannya di neraka. Bukankah adil bermakna sesuai kadar perbuatan dan bukan penyamarataan?

Namun, jika didalami lebih jauh, sejatinya, surga dan neraka sejatinya bentuk kasih Allah. Neraka adalah alasan agar manusia berbuat baik sesuai koridor syariat. Mereka yang selalu menjalankan kebaikan dan menjauhi keburukan akan menjalani kehidupan dengan harmoni. Kebahagiaan pada akhirnya lari kepada manusia itu sendiri.

Neraka untuk Menyelamatkan Manusia

Keharusan seorang umat untuk memandangnya apapun yang telah ditetapkannya dengan sikap husnudzan. Sikap ini akan melahirkan keimanan yang kuat dan menjadikan kita umat yang lebih baik dalam mencintai Tuhan serta apapun yang diciptakannya. Jadi neraka lahir bukan karena Allah Maha Pendendam atau Maha Pemarah, namun karena rasa sayangnya kepada umatnya.

Hadist Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tatkala Allah menetapkan makhluk-Nya, Dia tulis di sisi-Nya di atas ‘arsy bahwa rahmat-Ku mendahului murka-Ku” (HR. Bukhari: 7422).

Dalam penjelasan hadist di atas menjelaskan bahwa, kasih sayang Allah melebihi murkanya. Jadi neraka ada bukan karena dendam Allah atau murka Allah kepada umatnya yang tidak taat. Namun karena ketidaktaatan umatnya lah yang mengharuskan Allah menciptakan neraka.

Sama halnya ketika manusia yang enggan menjaga kesehatannya dan kemudian jatuh sakit, maka Allah memberikannya obat yang tentu obat tersebut tidak enak dirasakan namun membawa kesembuhan bagi si penderita. Begitulah sebenarnya konsep dari neraka.

Akan apa jadinya jika surga dihuni orang-orang yang masih sakit dalam iman dan akhlak? Apa jadinya jika seorang yang tamak berada dalam surga Allah? Nabi Adam saja yang telah dirahmati Allah diusir dari surga karena satu kesalahan, yakni pembangkangan atas perintah Allah.

Neraka untuk Mereka yang Enggan ke Surga

Terdapat hadist yang cukup unik yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali orang-orang yang enggan untuk memasukinya. Kemudian seseorang bertanya, “Siapakah orang yang enggan tersebut wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Barangsiapa menaatiku akan masuk surga, barangsiapa tidak taat kepadaku sungguh dia orang yang enggan masuk surga”.

Jadi jika kita yang menaati apa yang telah diperintahkan Rasulullah, kita termasuk umat yang beruntung. Namun, sayangnya terkadang keinginan kitalah yang sebenarnya menyebabkan kita enggan masuk surga dan memilih neraka. Karena kejahatan atau keburukan yang kita lakukan, pasti kita menyadari akan ada balasan neraka untuk kita.

Manusia yang memilih sendiri untuk enggan ke surga dan memilih neraka dengan pilihan sadar atas dosa-dosanya. Tuhan menciptakan neraka agar manusia menghindarinya dan memilih untuk masuk surga. Namun, manusia enggan dan memilih neraka dengan pilihan dosa dan maksiat yang dikerjakan.

Masuk Surga yang Mudah

Sejatinya masuk surga sangat mudah. Kunci surga pun diberikan kepada mereka yang tiada henti melafalkan kalimat tahlil. Keinginan masuk surga adalah modal utama. Sementara mereka yang enggan masuk surga dan memilih neraka bukan karena Allah tidak sayang, tetapi pilihan sadar manusia.

Betapa mudahnya masuk surga sekalipun kita diselimuti dengan berbagai dosa. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu mengelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim no. 2245).

Dari hadist di atas digambarkan seorang pezina yang mendapatkan ganjaran surga hanya dengan memberi minum anjing. Artinya memulai perbuatan baik yang sederhana dengan konsisten dapat menjadi alasan untuk kita menempati tempat terbaik untuk kembali kelak. Terus berusaha berbuat baik karena kita tidak tahu nanti di akhir kehidupan kita, kita akan menjadi manusia yang seperti apa.

ISLAM KAFFAH

Orang Saleh dan Pemabuk Bertukar Tempat Surga-Neraka

SUATU ketika, seorang yang dikenal saleh melihat Nabi Musa berjalan menuju Bukit Sinai. Mengetahui bahwa Musa ingin bertemu Tuhannya, orang saleh itu mendatangi utusan Tuhan itu.

Ia berkata, “Wahai kalimullah, seumur hidup saya telah berusaha untuk menjadi orang baik. Saya melakukan salat, puasa, dan segala yang diwajibkan dalam agama. Untuk itu, saya banyak menanggung derita. Namun itu tidak menjadi masalah bagi saya, saya hanya ingin memastikan apa yang Tuhan persiapkan untukku di hari kebangkitan kelak. Tolong tanyakan pada-Nya”

“Baik,” kata Musa. Lalu Nabi pembawa risalah Taurat ini melanjutkan perjalanannya hingga bertemu seorang pemabuk di pinggir jalan.

“Mau ke mana,?” tanya pemabuk itu. Belum sempat Musa menjawab, pemabuk itu berkata, “Tolong tanyakan pada Tuhan tentang nasibku. Saya ini peminum yang berlumur dosa. Tidak pernah salat, puasa dan berbuat amal saleh lainnya. Tanyakan padaNya, apa yang telah dipersiapkan untukku.”

Nabi Musa menyanggupi dan menyampaikan pesannya pada Tuhan. Setelah kembali dari Bukit Sinai, Musa bertemu pertama kali pada orang saleh. Kepadanya Musa menyampaikan jawaban Tuhan, “Bagimu pahala yang besar dan surga.”

“Saya memang sudah menduganya,” kata orang saleh itu sebelum pergi meninggalkan Musa. Tidak lama kemudian, Musa bertemu sang pemabuk yang sedang duduk menanti. Kepadanya Musa berkata, “Tuhan telah mempersiapkanmu tempat yang paling buruk.”

Mendengar jawaban utusan Tuhan itu, pemabuk itu melonjak dari duduknya dengan wajah berseri-seri dan seketika rasa bahagianya meledak dengan haru dan gembira. Musa heran dengan sikap pemabuk itu yang menanggapi apa yang disiapkan Tuhan untuknya dengan gembira.

“Alhamdulillah. Saya tidak peduli tempat mana yang Tuhan persiapkan untukku. Bagiku yang berlumur dengan dosa ini, sangat senang karena Tuhan masih mengingatku. Ketika semua orang tidak mengenaliku, saya yang hina ini masih dikenal Tuhan!” ungkap pemabuk itu dengan penuh kebahagiaan yang tulus.

Nasib keduanya pun akhirnya berubah di Lauhul Mahfudz. Orang saleh itu bertukar tempat dengan pemabuk. Orang saleh menempati Neraka, dan si pemabuk menempati surga. Karena takjub, Musa bertanya pada Tuhannya dan dijawab, “orang yang pertama, dengan segala amal salehnya, tidak layak mendapat anugerahKu. Karena anugerahKu tidak dapat dibeli dengan amal saleh. Orang kedua membuatKu senang, karena apapun yang Aku berikan padanya ia senang. Kesenangannya pada pemberianKu menyebabkan Aku senang kepadanya.”

 

MOZAIK