Burung dan gagak itu tinggal di rumah syeikh, hingga saat beliau wafat, rajawali itu hinggap di usungan jenazah (keranda)
SYEIKH Nashiruddin al-Nuhási dikenal rendah hati dan ahli ibadah. la tipe orang yang tak banyak dikenal umum, mengutamakan hidup yang tak di kenal (al-khumü) dan lari dari ketenaran.
la tidak memusingkan anggapan manusia, karena matane hanya jatuh ke Tuhan manusia. la bekerja sebaqai kuli Abi al-Najà al-Nuhåsi.
la makan dan bersedekah dari hasil jerih payah tangannya sendiri. la wafat di Maei tahun 945 H.
Dalam al-Thabaqåt al-Kubrà, Imam al-Sya’rânî berkata, “Aku berguru kepada beliau sekitar lima belas tahun. la termasuk kekasih Allah yang tidak dikenal. la terus berjalan di atas kaki yang lelah tanpa memberikan dirinya istirahat dan bersenang-senang.
Setiap hari ia pergi ke tukang jagal. Pulangnya ia memikul bagian perut dan limpa dari binatang dalam keranjang besar di kepala-nya. Semua untuk memberi makan anjing-anjing yang lemah, kucing, burung haddad, burung gagak…rumah nya jadi sarang mereka dalam hampir setiap waktu.
Aku pernah melihat seekor rajawali tua dan lemah tinggal di rumahnya, hingga hari wafatnya Syekh Ná shir. Kami memandikan syekh.
Ketika kami mengusung jenazah syekh, rajawali itu hinggap di usungan jenazah. Kami memakamkan di zawiyah Syekh yang untuk
murid-murid khusus (alà al-khawåsh), di luar pintu al-Futùh di Kota Mesir al-Mahrůsah.”*/(dari Qisasul Auliya’, Muhammad Khalid Tsabit (Qaf Media Creaive)