KALIMAT tahlil yang berbunyi laa ilaaha illallaah atau la ilaaha illaa huwa dan laa ilaaha illaa anta adalah salah satu kalimat thayyibah yang sering kita gunakan untuk mengingat Allah Swt.
Dikatakan thayyibah, karena di dalamnya terdapat penyebutan nama Allah disertai dengan pengesaan kepada-Nya. Kalimat thayyibah semacam ini mempunyai keutamaan yang sangat besar. Sampai-sampai, Nabi pernah menyebut bahwa kalimat yang paling baik diucapkan oleh beliau dan para nabi adalah laa ilaaha illallaah.
Dalam sebuah hadis riwayat Abdus Shamad bin Maghfal menyebutkan, Wahb bin Munabbih berkata, “Aku membaca bagian akhir kitab Zabur Dawud As, sebanyak tiga puluh baris. Dalam kitab itu tertulis demikian:
“Wahai Dawud, apakah engkau tahu mukmin yang lebih aku sukai, sehingga Aku memanjangkan umurnya,” kata Allah bertanya.
“Tidak, Tuhanku,” jawab Dawud.
“Yaitu, orang yang apabila berucap laa ilaaha illallaah kulitnya mengencang dan persendiannya gemetaran. Sungguh, Aku enggan untuk mencabut nyawa orang itu, sebagaimana enggannya orangtua atas kematian anaknya. Akan tetapi, kematian adalah sesuatu yang niscaya. Oleh karena itu, Aku ingin membahagiakannya di suatu rumah selain rumah dunia. Sebab, kenikmatan di rumah dunia itu hanyalah cobaan. Di sana, terdapat musuh yang tidak segan memperlambat kerusakan dan kematian kalian. Musuh itu senang mengalirkan darah. Oleh sebab itu, Aku menyegerakan para kekasih-Ku untuk masuk surga. Seandainya tidak demikian, Adam dan anaknya yang saleh tidak akan mati sampai terompet tanda berakhirnya dunia ditiup.”
Berkaitan dengan riwayat di atas, terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa mengucapkan kata laa ilaaha illallaah dan memanjangkannya, maka empat ribu dosa besar akan hancur.” [sumber: buku Ushfuriyah]/Chairunnisa Dhiee