Khutbah Jumat: Takwa Bukanlah Identitas Melainkan Proses yang Berkelanjutan

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

 وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

 قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

وَقَالَ الله تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah memberikan kita kesempatan untuk berkumpul di hadapan-Nya pada hari yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia.

Saudara-saudara yang dirahmati Allah,

Bulan Ramadan jelang berakhir, bulan yang penuh berkah dan kebaikan, bulan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan dengan ibadah puasa yang diwajibkan atas umat-Nya. Dalam ayat yang mulia dari surah Al Baqarah ayat 183, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Takwa, saudara-saudara, adalah tujuan utama di balik disyariatkannya ibadah puasa Ramadan. Takwa bukanlah sekadar menjauhi makan dan minum selama siang hari, tetapi lebih jauh dari itu, takwa merupakan kesadaran yang mendalam akan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan. Takwa adalah menjaga diri dari segala larangan-Nya dan berusaha keras untuk melakukan segala yang diperintahkan-Nya.

Dalam QS. Al Baqarah ayat 197, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal bagi perjalanan hidup ini adalah takwa.

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

“Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”

Marilah kita manfaatkan bulan Ramadan ini sebagai momentum untuk memperkuat takwa kita. Mari tingkatkan ibadah kita, baik puasa, salat, sedekah, tilawah dan tadarus Al-Quran, dan berbagai bentuk ibadah lainnya. Mari tingkatkan ketaqwaan kita dengan menjauhi segala larangan-Nya dan memperbanyak amal shaleh. Dengan begitu, kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, seperti yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,

Dalam ayat yang mulia dari surah Al Baqarah ayat 183, kata “tattaqun” menunjukkan sebuah proses yang berkelanjutan dari perilaku takwa. Terlalu sering kita memahami takwa sebagai pangkat atau gelar yang melekat pada diri orang yang berpuasa, padahal takwa seharusnya dipahami sebagai sebuah perjalanan, sebuah proses untuk terus-menerus membentuk diri kita menjadi orang yang bertakwa dengan penuh kesadaran.

“Tattaqun” bukanlah sekadar identitas, tetapi sebuah panggilan untuk terus menghadirkan kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap langkah kita. Ini adalah proses yang terus-menerus, sebuah transformasi yang membutuhkan kesungguhan dan kejujuran dari dalam diri kita.

Kata “tattaqun” adalah fiil mudlari, menunjukkan kebutuhan akan konteks aktual sebuah pekerjaan, sebuah perbuatan yang terus menerus kita lakukan. Sementara “muttaqun” sebagai kata benda mengindikasikan kemapanan, sebagai hasil dari proses tersebut.

Oleh karena itu, saudara-saudara, mari kita pahami bahwa ibadah puasa Ramadan bukanlah sekadar rutinitas atau identitas, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membutuhkan kesadaran, kejujuran, dan kesungguhan dari dalam diri kita. Marilah kita terus berusaha untuk meningkatkan takwa kita, untuk menjadi orang-orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dalam setiap langkah kehidupan kita.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,

Perlu kita pahami bahwa “tattaqun” bukanlah sekadar pangkat, gelar, atau identitas, yang mungkin lebih dekat dengan kata “muttaqun”. “Tattaqun” menuntut aktualitas riil dari sebuah perbuatan takwa, sebuah proses yang terus-menerus kita jalani dalam kehidupan sehari-hari.

Karenanya, bila selepas Ramadan tindak takwa tidak dilanjutkan, maka “la’allakum tattaqun” tidak akan didapat; sepadan dengan kembali ke kondisi sebelum Ramadan. Artinya, ibadah puasa Ramadan seharusnya tidak hanya menjadi puncak dari kebaikan kita, tetapi menjadi titik awal bagi sebuah perubahan yang berkelanjutan menuju kesadaran dan takwa yang lebih dalam.

Banyak di antara kita yang berbuat baik di bulan Ramadan, tetapi setelah bulan suci itu berakhir, tidak sedikit dari kaum muslimin kembali ke titik nol. Hal demikian menunjukkan bahwa kita belum meraih ketakwaan yang sejati. Orang yang benar-benar bertakwa memiliki perisai diri yang kokoh. Mereka tidak akan terjerumus dalam perbuatan korupsi, kekerasan, penyimpangan, atau segala bentuk kerusakan di muka bumi. Mereka tidak akan mencari keuntungan semata, tidak tamak, dan tidak menyia-nyiakan mandat rakyat. Mereka yang bertakwa senantiasa peka dan tidak buta-tuli terhadap derita orang lain. Mereka menjadi pribadi yang selalu waspada dan menjauhkan diri dari segala bentuk kemunkaran.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah,

Jika puasa diproyeksikan untuk meraih derajat takwa, maka marilah kita jadikan puasa sebagai mi’raj ruhaniah, yakni proses naik tangga ruhani ke puncak tertinggi kualitas manusia utama. Puasa bukanlah sekadar menahan lapar dan haus, tetapi lebih dalam dari itu, puasa adalah sebuah proses pembentukan karakter dan kesadaran yang mengantar kita kepada ketakwaan yang sejati.

Marilah kita manfaatkan akhir dari bulan Ramadan ini sebagai peluang untuk melangkah lebih jauh dalam perjalanan spiritual kita, untuk menjadi manusia yang lebih baik tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi sepanjang tahun. Marilah kita tetap teguh dalam menjaga perisai diri kita dari godaan dunia, dan terus berupaya menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan petunjuk untuk terus meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan kita, dan semoga puasa kita diterima-Nya sebagai amal yang ikhlas.

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ

 اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ

. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ

رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

MUHAMMADIYAH