Hikmah Pagi: Ujian Cinta Kepada Allah

Salah seorang bertanya kepada Dzunnun al-Mishri, siapa yang pantas untuk aku jadikan seorang sahabat?

Beliau menjawab, “temanilah yang ketika kamu sakit ia menyembuhkanmu, ketika engkau melakukan dosa, ia menerima taubatmu, ketika engkau meminta ia memberimu, dan ketika engkau meminta pertolongan ia menolongmu”.

Adakah sahabat lain setelah engkau menjadikan Allah sebagai sahabat? Jika kamu sujud beritau Dia tentang urusanmu, karena Dia Maha Mengetahui baik, yang terang – terangan maupun yang tersembunyi, yang tidak di dengar oleh orang di sekitarmu, karena cinta itu mengandung rahasia, kirimkan surat di waktu sahur, surat yang tintanya air mata, kertasnya pipi, dan posnya adalah penerimaan.

Sebagian orang memahami kalau agama itu kumpulan dari perintah dan larangan, hukum halal dan haram. Mereka lupa bahwa cinta kepada Allah dan rasul-Nya itu melebihi dari segala- galanya.

Mencintai itu pokok permasalahan. Jika tidak ada rasa cinta dalam semua ibadah dan ketaataan, tidak akan dilakuan orang muslim.

Jika engkau mengakui mencintai Allah, maka jadikanlah perasaan cintai itu nampak dalam perilakumu, dalam tata perkataanmu, dalam gerak–gerik tingkah lakumu. Kalau tidak maka engkau bukanlah termasuk orang yang mencintai-Nya.

Diriwayatkan ada seorang dalam perjalanan, tiba – tiba ia melihat seorang perempuan yang baik dan cantik, maka orang ini berkata “Saya jatuh cinta padamu”, lalu perempuan itu membalasnya, “jika perkataanmu memang benar. Saya juga mencintaimu, tapi saya mempunyai saudari yang lebih baik dan lebih cantik ia sekarang di belakangmu, maka silahkan engkau mau pilih yang mana?” ujar perempuan tersebut.

Lalu menolehlah laki –laki ini kebelakang, perempuan tadi menampar wajahnya, dan berkata: “jauhilah diriku wahai pendusta! engkau mengaku sangat mencintaiku tapi engkau melihat yang lain?! engkau mengaku kalau engkau mabuk cinta denganku, baru saya mengujimu rupanya engkau pendusta!” Maka laki laki itupun menangis, kepalanya tersungkur ke tanah, dan berkata “saya mengaku mencintai makhluk, baru aku berpaling darinya aku mendapatkan tamparan di mukaku (luka hatiku).

Berapa kali kami mengaku mencintai Allah kemudian kami berpaling dari-Nya, dan sibuk dengan yang lain. Maka kami mendapatkan tamparan di hati tapi aku tidak merasakan.

Apakah kami telah sampai derajat yang di sampaikan Allah dalam Firman-Nya,

كَلا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”. (QS. Muthafifin 14). (Lihat: Sahirul Layaly Fi Riyadlil Jannah, Hal. 236-237).

Kita lihat berapa banyak yang mengaku mencintai Allah, kemudian berpaling darinya, lalai dalam sholat berjamaahnya, tilawah Alquran dan lain sebagainya.

Semoga Allah menjaga kita dan ridho terhadap kita semuanya. Aamiin Allahumma Aamiin.

BINCANG SYARIAH