Penjelasan Ulama Seputar Konspirasi Wabah Covid19

Apakah benar wabah Covid19 ini adalah konspirasi semisal anggapan bahwa wabah ini tidak ada, hanya settingan dan sandiwara saja, atau anggapan bahwa wabah ini ada tetapi hanya seperti flu biasa. 

Berikut beberapa penjelasan ulama terkiat hal ini dan kita tahu bahwa ulama tidaklah berfatwa serampangan sebelum mengumpulkan fakta-fakta dari sumber yang valid. intinya mereka menjelaskan bahwa virus korona bukan konspirasi dan hendaknya berpikir ilmiah dan kritis.

Penjelasan syaikh Muhammad bin Umar Bazmul:

من العجائب والعجائب جمة  …

أن العالم كله يشتكي من كورونا …

والناس يموتون بسبب كرونا .

وبعض المصابين الذين تعافوا يذكرون آلامهم وتعبهم بسبب كرونا ..

ويأتي شخص … بكل جرأة يقول: هذا كذب، وهذا خدعة.. وهذا غير حقيقة .. هو دور انفلونزا عادي.. والوفيات هي وفيات الانفلونزا السنوية!

اسمعوا واطيعوا لولاة أمركم .. واتركوا بنيات الطريق …

الموضوع حقيقي.

والمرض معدي وينتقل بطريقة سهلة إذا لم تحترز تمام …

“Di antara keanehan yang paling aneh, seluruh dunia sedang mengeluh (berduka) karena wabah Korona. Beberapa manusia meninggal karena korona. Beberapa pasien yang sembuh menceritakan sakit dan kesusahan mereka karena disebabkan koronan. 

Tiba-tiba ada orang dengan kelancangannya mengatakan: Ini dusta, ini penipuan dan tidak nyata. Wabah hanya seperti influenza biasa. Kasus kematian sebagaimana kasus kematian influenza tahunan.

Dengarlah dan taati kepada ulil amri kalian, hindarilah pusat-pusat keramaian di jalan

Penyakit ini menular dan berpindah dengan cara yang mudah (cepat) apabila tidak benar-benar waspada.” [Sumber Page FB Beliau: https://www.facebook.com/689506634501159/posts/3019363764848756/]

Penjelasan Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily ketika menjelaskan sebab wabah korona masih bertambah dan tidak turun jumlahnya, beliau berkata,

ماينشره بعض من ضعفت عقولهم أو ساءت قصودهم من أن هذا الفيروس لا وجود له وأنه مؤامرة وهذه مكابرة للواقع فقد عم هذا الفيروس الأرض وماتت به أعداد كبيرة

“Hal ini dikarenakan apa yang disebarkan oleh mereka yang lemah akalnya (tidak ilmiah & kritis berpikir) atau disebarkan oleh mereka yang berniat jelek bahwa virus korona ini tidak ada dan hanya konspirasi. Ini bertentangan dengan fakta, virus ini sudah menyebar ke seluruh dunia dan telah banyak korban yang meninggal.” [Sumber Twitter Resmi beliau: https://twitter.com/solyman24?lang=en]

Hendaknya kita sebagai seorang muslim memperhatikan kaidah Islam dalam menerima berita dan menyebarkan berita.

Ketika menerima berita hendaknya kita tidak langsung percaya dan bertanya dahulu kepada ahlinya apabila kita ragu dan ada sedikit kejanggalan terhadap berita tersebut. Sebagai seorang muslim kita juga perlu mendahulukan tabayun dan cara tabayun paling mudah untuk mengetahui wabah ini korona atau tidak adalah datang ke rumah sakit untuk melihat langsung, khususnya RS rujukan perawatan covid

Lalu kita perlu memperhatikan fikh menyebarkan berita juga. Tidak semua berita itu menjadi konsumsi publik apabila berita yang belum jelas valid atau tidak. 

Islam mengajarkan kita agar jangan setiap ada berita atau isu langsung diekspos ke masyarakat secara luas. Hendaklah kita jangan mudah termakan berita yang kurang jelas atau isu murahan kemudian ikut-kutan menyabarkannya padahal ilmu kita terbatas mengenai hal tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) . Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (An-Nisa: 83)

Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’diy rahimahullah menfsirkan ayat ini,

هذا تأديب من الله لعباده عن فعلهم هذا غير اللائق. وأنه ينبغي لهم إذا جاءهم أمر من الأمور المهمة والمصالح العامة ما يتعلق بالأمن وسرور المؤمنين، أو بالخوف الذي فيه مصيبة عليهم أن يتثبتوا ولا يستعجلوا بإشاعة ذلك الخبر، بل يردونه إلى الرسول وإلى أولي الأمر منهم، أهلِ الرأي والعلم والنصح والعقل والرزانة، الذين يعرفون الأمور ويعرفون المصالح وضدها. فإن رأوا في إذاعته مصلحة ونشاطا للمؤمنين وسرورا لهم وتحرزا من أعدائهم فعلوا ذلك. وإن رأوا أنه ليس فيه مصلحة أو فيه مصلحة ولكن مضرته تزيد على مصلحته، لم يذيعوه

“ini adalah pengajaran dari Allah kepada Hamba-Nya bahwa perbuatan mereka [menyebarkan berita tidak jelas] tidak selayaknya dilakukan. Selayaknya jika datang kepada mereka suatu perkara yang penting, perkara kemaslahatan umum yang berkaitan dengan keamanan dan ketenangan kaum mukminin, atau berkaitan dengan ketakutan akan musibah pada mereka, agar mencari kepastian dan tidak terburu-buru menyebarkan berita tersebut. Bahkan mengembalikan  perkara tersebut kepada Rasulullah [pemerintah] dan yang berwenang mengurusi perkara tersebut yaitu cendikiawan, ilmuan, peneliti, penasehat dan pembuat kebijaksanan. Merekalah yang mengetahui berbagai perkara dan mengetahui kemaslahatan dan kebalikannya. Jika mereka melihat bahwa dengan menyebarkannya ada kemaslahatan, kegembiraan dan kebahagiaan bagi kaum mukminin serta menjaga dari musuh, maka mereka akan menyebarkannya. Dan jika mereka melihat tidak ada kemaslahatan [menyebarkannya] atau ada kemaslahatan tetapi madharatnya lebih besar, maka mereka tidak menyebarkannya. (Taisir Karimir Rahmah hal 170, Daru Ibnu Hazm, Beirut, cetakan pertama, 1424 H)

Demikian semoga bermanfaat

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK (Petugas Lab Covid19)

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/56994-penjelasan-ulama-seputar-konspirasi-wabah-covid19.html

Cara Ilmiah Untuk Mengetahui Konspirasi Atau Tidak

Agama Islam adalah agama yang ilmiah ,hendaknya kita juga bersikap ilmiah terutama dalam menerima informasi atau berita. Tidak langsung percaya terhadap suatu berita kecuali setelah kita tabayun dan cek-ricek serta bertanya ke ahlinya.

Allah berfirman,

فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 

”Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” [An-Nahl: 43]

Terkait dengan berita konspirasi, tentu kita sebagai umat Islam juga harus menerapkan aspek ilmiah dalam hal ini. Kita tidak langsung percaya dengan konspirasi kecuali setelah terbukti secara ilmiah. Kita tidak antipati total terhadap konspirasi dan memang ada sejak zaman Rasulullahu shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu konspirasi Yahudi dan musuh-musuh Islam untuk memerangi beliau.

Cara mengetahui konspriasi atau tidak secara umum dijelaskan oleh syariat Islam, ini tergambarkan dalam pelajaran ilmu musthalah hadits yang sangat ilmiah dalam mempelajari sanad dan matannya (isi haditsnya). Oleh karena itu betapa mulia dan ilmiahnya ilmu hadits dan umat Islam harus yang paling terdepan menerapkan prinsip ilmiah ini.

Perhatikan poin berikut dalam memahami konspirasi yang memakai prinsip ilmu hadits:

Pertama: apabila ada yang berbicara tentang konspirasi, perhatikan siapa orang tersebut? Apakah dikenal atau tidak? Apabila yang berbicara dari channel youtube yang tidak dikenal orang pembuatnya atau ada broadcast tapi penulisnya tidak ada, maka ini disebut “mahjul” atau tidak dikenal. Kita tidak langsung percaya dengan apa yang diucapkan dan jangan langsung dishare, tetapi tanyakan dulu kepada ahlinya

Demikian juga dalam ilmu hadits apabila ada hadits yang tidak ada sanad perawinya atau tidak dikenal tentu hadits ini tidak diterima

Kedua: Apabila ada orang yang berbicara tentang konspirasi, maka perhatikan siapa yang berbicara dan sumber ilmu dia belajar seandainya dia ahli dan tempat belajarnya jelas tentu kita akan mempertimbangkan kebenaran ucapannya, akan tetapi apabila yang berbicara konspirasi tidak jelas ilmu dan sumber belajarnya tentu perkataannya tidak bisa diterima perkataan terkait bidang ilmu tersebut. Misalnya ahli ekonomi mengatakan obat ini konspirasi dan tidak berguna, tentu kita lebih menerima perkataan ahli farmasi daripada ahli ekonomi.

Demikian juga dalam ilmu hadits, tidak sembarangan orang boleh berbicara. Abdullah bin Mubarak berkata, 

إن الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء

“Sanad itu bagian dari agama. Kalau lah tidak ada ilmu Isnad, pasti siapaun bisa berkata apa yang dia kehendaki.” [HR. Muslim]

Ketiga: Apabila ada orang yang di bidang tersebut mengatakan konspirasi tetapi ada orang yang lain mengatakan bukan, maka kita lihat dahulu mana yang lebih ahli. Apabila dokter umum atau dokter jantung mengatakan wabah konspirasi sedangkan dokter spesialis mikrobilogi mengatakan bukan konspirasi, maka kita lebih menerima perkataan ahli mikrobilogi. Lalu secara jumlah, satu orang ahli mengatakan mengatakan konspirasi sedangkan banyak ahli bukan mengatakan konspirasi, tentu kita menerima perkataan para ahli dengan jumlah banyak

Dalam ilmu hadits, ada istilahnya hadits “syadz” yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tsiqah (perawi terpercaya), tapi perawi ini menyelisihi/bertentangan dengan perawi yang lebih tsiqah atau satu perawi tsiqah menyelisihi banyak perawi tsiqah lainnya dalam jumlah banyak. Nah, demikian juga dalam kasus tertentu, anggap saja “Dokter umum” itu tsiqah (terpercaya), lalu pernyataanya menyelisihi/bertentangan dengan “Dokter ahli virus”, tentu pendapat “dokter umum” tidak diterima dan pendapat “Dokter ahli virus” yang dipercaya.

Keempat: apabila ada orang yang mengatakan konspirasi tetapi tidak pernah terjun ke lapangan dan melihat fakta langsung, tentu tidak kita terima. Kita lebih menerima mereka yang terjun di lapangan dan melihat fakta secara langsung. 

Dalam ilmu hadits, ada istilah “shahibul qishah” yaitu pelaku langsung kisah tersebut, informasinya lebih diterima dan  lebih valid haditsnya daripada yang bukan shahibul qishah dan hanya menukil saja kisah tersebut.

Hendaknya seroang muslim bersikap ilmiah dan terkait konspirasi ini butuh data yang benar berupa fakta sains seperti jurnal ilmiah dan tetxbook atau pendapat para pakar yang ahli, bukan hanya sumber channel youtube dan portal berita saja. 

Catatan penting: Cek juga terkait info karena banyak yang asal mencomot nama ahli, nama ilmuan atau instansi seperti MUI dan lain-lain padahal tidak ada pernyataan resmi seperti itu. Kita dapat mengetahuinya dengan cek langsung ke web resminya (misalnya web resmi MUI).

Semoga umat Islam selalu diberi taufik agar ilmiah dalam berpikir, menerima dan menyebarkan informasi. Sebagai penutup, mari kita merenungi perkataan perkataan Imam Ahmad berikut:

إيَّاكَ أنْ تتكلمَ في مسألةٍ ليسَ لكَ فيها إمامٌ

“Berhati-hatilah berkata dalam satu permasalahan yang engkau tidak memiliki pendahulunya.” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 11/296].

Penyusun: dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/56784-cara-ilmiah-untuk-mengetahui-konspirasi-atau-tidak.html