Muhammad Abdul Rasyid, bocah asal Pekanbaru, Riau ini memang mencengangkan para penonton dan juri karena kemampuannya melantunkan ayat-ayat Alquran. Pada usia belia, ia juga sudah fasih berbahasa Arab.
Saat melihat kehebatan Rasyid, semua orang pasti bertanya-tanya di mana anak ini memperdalam ilmu agamanya. Dan, bagaimana cara orang itu mengajarkan ilmu agama seperti Alquran dan Hadis kepada bocah kecil seperti Rasyid.
Jawabannya: Rasyid mempelajari semua itu secara otodidak.
Kehadiran Rasyid di tengah keluarganya memang menjadi berkah tersendiri. Hal ini diakui Yuli Chaniago, ibunda Rasyid. Menurut Yuli, Rasyid memiliki keistimewaan yang telah ditunjukkan saat dirinya baru lahir. Bungsu dari 6 bersaudara ini memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang terbilang cepat dibandingkan anak-anak seusianya.
“Dia lahir hanya 8 bulan 6 hari di kandungan, satu-satunya yang menjalani operasi sesar. Saat usia satu minggu dia sudah tengkurap, umur 6 bulan sudah bisa jalan dan usia 7 bulan sudah bisa berbicara dengan menyebut kata pertamanya, yaitu “Allah”. Dia juga suka sekali azan, dan selalu membolak-balik Alquran. Umur 1 tahun sudah hafal surat pendek dengan lafal cadelnya,” cerita Yuli.
Awalnya, Yuli mengaku kaget dengan polah anaknya itu. Bahkan, dia sempat membawa Rasyid ke ustadz hingga orang pintar untuk mengetahui apa penyebab tingkah laku anaknya di luar kebiasaan teman seusianya.
“Anak-anak lain main boneka dan mobil-mobilan, dia (Rasyid) sibuk bolak-balik Alquran. Teman yang lain sibuk belajar, dia sibuk main puzzle Ka’bah,” tutur Yuli.
Belum bisa menerima kondisi anaknya, Yuli justru terus berupaya agar Rasyid bisa seperti anak-anak lainnya. Namun, Rasyid justru menolak.
“Saya bawa dia ke mal, tapi dia berontak,” kenangnya.
Upaya Yuli menjadikan Rasyid layaknya anak-anak lain disebabkan Rasyid cenderung kerap diejek.
“Rasyid sering di-bully. Disebut manusia aneh. Dijadikan bahan tertawaan karena dia senang menggunakan pakaian dan atribut ke-Arab-Arab-an,” gusar Yuli.
Atas perilaku yang didapatnya, Rasyid tetap bersabar meski hal ini membuat Yuli depresi. Namun, lama kelamaan, Yuli menyadari kehadiran Rasyid ini merupakan anugerah terbesar dalam hidupnya. Salah satu jalan yang diberikan Allah SWT kepada dirinya untuk lebih beriman dan taat.
“Rasyid lahir dari seorang ibu yang bisa dibilang Islam KTP. Saya pribadi yang tidak Islami, tomboi, dan keras. Namun, Rasyid membuat saya sadar dan banyak berubah. Saya dulu suka nongkrong, tetapi Rasyid mengajarkan saya hidup sederhana,” papar Yuli.
Yuli pun mulai memandang bahwa anak-anak tidak bisa disamakan. Untuk itu, dia mulai mengarahkan Rasyid kepada minat dan keinginannya. Alhasil, Rasyid tumbuh sebagai anak yang cerdas dan mampu menghafal Alquran dan Al Hadis serta memperdalam ilmu agama.
“Sekarang saya ikuti maunya dia. Saya tarik dari sekolah karena sekolah tidak menganggap dia. Banyak yang tidak bisa menerima perkataan Rasyid,” paparnya.
sumber: Dream.co