Zaman telah berubah secara drastis. Zaman keemasan Islam silam adalah semangat, tetapi bukan tujuan untuk kembali ke masa lalu. Akan banyak ketidakcocokan dan keterkejutan sosial dan budaya yang harus dihadapi umat Islam ketika membangkitkan sistem lama yang telah terkubur dalam sejarah.
Fakta-fakta keemasan masa lalu adalah pembelajaran terbaik untuk masa kini. Tetapi, tentu, bukan dihidupkan ke masa kini dengan format lama yang telah usang. Zaman terus melaju, tetapi kenapa umat Islam masih terpaku masa lalu. Keemasan masa lalu telah berakhir menjadi bagian sejarah. Kenapa harus memulainya dari titik nol kembali. Sejarah itu adalah pembelajaran untuk terus menatap ke depan.
Setiap sejarah yang dilalui umat Islam bukan produk hukum yang harus dirujuk, tetapi pelajaran yang harus diambil hikmahnya. Lihatlah bagaimana al-Quran memberikan pelajaran sejarah-sejarah masa lalu bukan sebagai produk yang harus ditiru, tetapi pembelajaran untuk masa kini. Perjalanan sejarah tetaplah hanya bagian dari babakan sejarah.
Sistem khilafah adalah bagian penting dalam sejarah Islam yang tidak baku dalam perjalanannya. Ia mengalami pasang surut, baik kemegahan dan kegelapan, keemasan dan kehancuran, perdamaian dan konflik saudara. Semuanya adalah bagian dari produk sejarah, bukan produk hukum yang harus dirujuk.
Sebenarnya umat Islam mempunyai dua sandaran penting Al-Quran dan Sunnah. Keduanya adalah pedoman, sandaran dan rujukan yang akan sesuai dengan tempat dan zaman. Kembali kepada al-Quran dan Sunnah bukan pula menghidupkan sejarah masa lalu dihadirkan ke masa kini. Tetapi menghadirkan keduanya sebagai petunjuk dan semangat di masa kini.
Al-Quran dan sunnah adalah sumber bukan produk jadi yang siap pakai. Dua pedoman itu rujukan dan pedoman yang harus digali untuk disesuaikan dengan masa kini. Ulama-ulama besar telah memberikan panduan bagaimana merujuk kedua sumber agar sesuai dengan tantangan zaman. Hadirnya metode dalam ijtihad hukum adalah cara bagaimana ulama masa lalu ingin menghadirkan Islam tetap menjadi rahmat di setiap zaman dan tempat.
Umat Islam terlalu terpaku masa lalu. Akhirnya, selalu memiliki mental yang hanya menjustifikasi sesuatu, tetapi bukan menemukan sesuatu. Setiap penemuan ilmiah, ia akan bangga bahwa ini sesuai dengan al-Quran. Inilah kehebatan al-Quran. Begitu petikan komentar umat Islam. Dalam proses itu, umat Islam tertinggal.
Dengan rujukan al-Quran, bukan umat Islam yang mencoba membuktikan secara ilmiah apa yang terkandung dalam al-Quran. Tetapi umat Islam hanya sibuk menyesuaikan penemuan ilmiah dengan al-Quran. Berbangga jika ditemukan kesesuaian al-Quran dengan penemuan baru, tetapi tidak mampu menemukan penemuan ilmiah baru.
Setiap ada kejadian semisal persoalan sosial, umat Islam hanya mampu berteriak Islam adalah solusi sebagaimana terjadi di era keemasan masa lalu. Umat Islam tidak bisa bertindak hanya mengandalkan keemasan masa lalu. Lihatlah semisal bagaimana Khalifah Umar mengatasi bencana, lihatlah bagaimana khalifah Harun Ar-rasyid berhasil mengatasi kekeringan dan krisis pangan. Rujukannya adalah sejarah masa lalu. Kebanggaan yang berlebihan tanpa harus melakukan solusi berdasarkan pengalaman kekinian.
Jika ditemukan teknologi canggih di masa kini, ulasan yang membanggakan muncul. Sesungguhnya penemu algortima media sosial saat ini adalah cendikiawan muslim. Apa kebanggaannya? Sementara umat Islam saat ini hanya sibuk seputar bid’ah dan sesat tanpa mempunyai energi ijtihad untuk menemukan penemuan baru bagi kemashlahatan manusia.
Anehnya di setiap penemuan baru umat Islam sibuk membid’ahkan, mengharamkan dan menghadang laju perubahan. Jika ditemukan kesesuaian, umat Islam akan mengatakan dengan bangga sesungguhnya penemu awalnya adalah muslim, sesungguhnya ini sesuai dengan dalil, sesungguhnya ini sudah lama dilakukan para khalifah masa lalu.
Umat Islam akhirnya sibuk dengan membicarakan sistem masa lalu yang hendak diterapkan masa kini. Sistem yang katanya bisa menjadi solusi peradaban karena di masa lalu pernah berjaya. Sambil meneriakkan keemasan masa lalu, tidak ada satupun sumbangsih gerakan ijtihad keilmuan yang dilakukan kecuali persoalan politik kekuasaan yang dibicarakan.
Sejatinya jika umat Islam hanya membanggakan masa lalu tanpa berbuat banyak untuk masa kini adalah cermin dari mental inferior yang berharap superioritas masa lalu. Umat Islam terkungkung dalam persoalan politik praktis kekuasaan yang dalam banyak hal menimbulkan perang saudara. Penegakan kekuasaan berdasarkan khilafah, misalnya, tiada henti diteriakkan tanpa semangat gairah keemasan, hanya bermimpi sistem lama itu tegak kembali.
Sungguh, umat Islam harus merubah mental dan cara pandang yang telah berubah. Jangan banyak mengutuk masa kini dengan dalil masa lalu. Buatlah perubahan dengan sumber pedoman masa lalu untuk perubahan kemashlahatan di masa kini. Bukan sekeder berbicara sistem lama yang diterapkan ke masa kini. Berijtihadlah untuk menciptakan sistem baru yang sesuai dengan sumber Islam dan semangat kekinian.
Umat Islam jangan terpaku masa lalu, sementara zaman terus berlalu. Kenapa proyek kebangkitan Islam gagal? Karena ia hanya bangkit saat ini dengan membawa sistem lama, bukan semangat yang lama dibarukan dengan kekinian. Kebangkitan Islam hanya jargon karena format yang diusungnya masih barang lama.
Jika umat Islam masih gamang dalam memperlakukan dan meletakkan sumber, sejarah, tradisi, dan produk hukum, selamanya umat Islam hanya menimbulkan keriuhan kecil dari perubahan besar zaman. Jika umat Islam ingin bangkit adalah dengan merujuk pada sumber dengan mengajaknya berdialog dengan zaman kekinian. Umat Islam tidak bisa kembali ke titik nol dengan sistem lama. Islam sebagai energi perubahan, bukan produk yang sudah membeku untuk dihadirkan kembali di masa kini. Islam harus didialogkan dengan zaman sehingga sebagai energi akan muncul rahmatnya di masa kini.