Tauhid sebagai Prinsip Agama Islam

TAUHID merupakan prinsip agama. Allah Subhanahu Wa Ta’ala tak menerima agama, baik dari orang pertama maupun terakhir di dunia ini, tanpa prinsip tersebut. Karena itu,  Allah SWT mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya.

Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, ‘Adakah Kami menentukan ilah-ilah untuk disembah, kecuali Allah Yang Maha Pemurah’?” (Az-Zukruf: 45)

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) kecuali Aku, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiyaa’:25)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu,’ maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.” (An-Nahl: 36)

Allah SWT juga menyebutkan bahwa setiap rasul memulai dakwahnya dengan seruan kepada kaumnya: “Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Ilah kecuali Dia. Kamu hanyalah mengada-adakan saja.” (Huud: 50)

“Aku dibangkitkan dengan membawa pedang menjelang hari kiamat supaya Allah saja yang disembah tanpa disekutukan, rezekiku diletakkan di bawah panahku dan kehinaan diberikan kepada orang yang menentang perintahku. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka itu bagian dari mereka. ” (Ahmad, Abu Ya’la, Ath-Thabarani)

Orang-orang musyrik yang diceritakan al-Qur’an tentang kemusyrikannya, dihalalkan darah dan hartanya oleh Rasul Shalallaahu ‘Alahi Wasallam— mengakui bahwa Allah sajalah yang menciptakan langit dan bumi.

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah’; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Luqman:25)

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’ Tentu mereka akan menjawab, ‘Allah,’ maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” (Al-‘Ankabuut: 61)

Katakanlah, “Kepunyaan siapakah bumi, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allah.” Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah, “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allah.” Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak bertakwa?” Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allah.” Katakanlah, “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada ilah (yang lain) beserta-Nya, kalau ada ilah besertaNya, masing-masing ilah itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari ilah-ilah itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.” (Al Mu’minuun: 84-91)

Orang-orang musyrik yang menjadikan tuhan-tuhan lain, selain Allah juga mengakui bahwa tuhan mereka itu diciptakan. Mereka telah menjadikan tuhan-tuhan tersebut sebagai pemberi syafaat dan pendekat kepada Allah dengan menyembahnya.

Dan mereka menyembah selain Allah, suatu yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata, “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya di langit dan tidak (pula) di bumi” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)”. (Yunus: 18)

Kitab (al-Qur’an) diturunkan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” (Az-Zumar: 1-3)

Mereka juga dalam talbiyahnya mengucapkan: “Aku sambut panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu, kecuali sekutu yang Engkau miliki, yang Engkau kuasai berikut apa-apa yang ia miliki.”

 

Kemudian Allah SWT juga berfirman:

Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada di antara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Maka kamu sama dengan mereka dalam (hak menggunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal. Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan. Maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Ruum: 28-32)

Allah menjelaskan dalam ayat di atas dengan perumpamaan bahwa seseorang tidak pantas menjadikan hamba sahayanya sebagai sekutu bagi dirinya. Firman-Nya,

‘Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; maka kamu sama dengan mereka dalam (hak menggunakan) rezeki itu. Setiap kalian akan takut kepada mereka seperti sebagian kalian takut kepada sebagian yang lain. Jika setiap kalian tak rela hamba sahayanya menjadi sekutu baginya, bagaimana kalian rela ia menjadi sekutu diri kalian? Hal ini sama tak relanya jika salah seorang teman orang-orang musyrik itu mendengar perkataan mereka ketika itu, “Ia mempunyai beberapa anak perempuan.”

Allah SWT menggambarkan sifat mereka:

Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya, dan lidah mereka mengucapkan kedustaan, yaitu bahwa sesungguhnya merekalah yang akan mendapat kebaikan. Tiadalah diragukan bahwa nerakalah bagi mereka, dan sesungguhnya mereka segera dimasukkan (ke dalamnya).” (An-Nahl: 62)

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nahl: 58-60).

 

*/Ibnu Taimiyah, dari bukunya Tawassul dan Wasilah.

HIDAYATULLAH