Ketika sakit bukan alasan untuk tidak beribadah atau mengurangi intensitas ibadah yang sudah rutin kita lakukan, bahkan kita tetap beribadah dan semakin mendekatkan diri kepada Allah, banyak berdoa dan berharap hanya kepada Allah. Di antaranya adalah ibadah hati berupa kesabaran, menerima takdir dan ibadah dzahir seperti shalat dalam keadaan sakit, membaca Al-Quran, berdzikir dan berdoa.
Sakit adalah ujian, cobaan dan takdir Allah
Yang pertama perlu kita yakini adalah sakit merupakan ujian dan cobaan dari Allah dan perlu benar-benar kita tanamkan dalam keyakinan kita yang sedalam-dalamya bahwa ujian dan cobaan berupa hukuman adalah tanda kasih sayang Allah. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Apabila Allah mencintai seseorang, maka Allah akan memberikan cobaan kepadanya, barangsiapa yang ridho (menerimanya) maka Allah akan meridhoinya dan barangsiapa yang murka (menerimanya) maka Allah murka kepadanya.”[1]
Dan beliau shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang hamba, maka Allah menyegerakan siksaan baginya di dunia”[2]
Mari renungkan hadits ini, apakah kita tidak ingin Allah menghendaki kebaikan kapada kita? Allah segerakan hukuman kita di dunia dan Allah tidak menghukum kita lagi di akhirat yang tentunya hukuman di akhirat lebih dahsyat dan berlipat-lipat ganda. Dan perlu kita sadari bahwa hukuman yang Allah turunkan merupakan akibat dosa kita sendiri, salah satu bentuk hukuman tersebut adalah Allah menurunkannya berupa penyakit.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَْ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَْ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:”Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [3]
Ujian juga merupakan takdir Allah yang wajib diterima minimal dengan kesabaran, Alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan rasa syukur. Semua manusia pasti mempunyai ujian masing-masing. Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar kemampuan hamba-Nya untuk menanggungnya karena Allah tidak membebankan hamba-Nya di luar kemampuan hamba-Nya.
Meskipun sakit, pahala tetap mengalir
Mungkin ada beberapa dari kita yang tatkala tertimpa penyakit bersedih karena tidak bisa malakukan aktivitas, tidak bisa belajar, tidak bisa mencari nafkah dan tidak bisa melakukan ibadah sehari-hari yang biasa kita lakukan. Bergembiralah karena Allah ternyata tetap menuliskan pahala ibadah bagi kita yang biasa kita lakukan sehari-hari. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان يعمل مقيما صحيحا
“Apabila seorang hamba sakit atau sedang melakukan safar, Allah akan menuliskan baginya pahala seperti saat ia lakukan ibadah di masa sehat dan bermukim.”[4]
Kita sedang berbaring dan beristirahat akan tetapi pahala kita terus mengalir.
Beberapa ibadah yang bisa tetap dilakukan ketika sakit
1.membaca Al-Quran
satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan “mencuri waktu” ketika sakit untuk membaca Al-Quran. Karena AL-Quran memang bisa mengobati kesedihan, kegelisahan hati serta bisa mengobati penyakit fisik. Ini berlaku untuk semua Ayat dalam Al-Quran.
Allah Ta’ala berfirman,
وننزل من القرآن ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar/kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82)
2.Berdzikir kepada Allah
Waktu luang sangta banyak ketika sakit. Mungkin anggota badan lemah dan tidak bisa bergerak tetapi kebanyakn orang sakit lisan mereka masih mudah untuk digerakkan berdzikir kepada Allah. Berdzikir akan menenangkan hati dan melawan kegelisahan bagi si sakit.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)
3.berdoa kesembuhan kepada Allah
Misalnya doa berikut ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ضع يدك على الذي تألم من جسدك و قل باسم الله ثلاثا و قل سبع مرات أعوذ بالله و قدراته من شر ما أجد و أحاذر
“Letakkan tanganmu dibagian tubuh yang sakit, lalu ucapkanlah, “bismillah” tiga kali, lalu ucapkan sebanyak tujuh kali “A’udzu billahi wa qudrootihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir”, “Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kemuliaan dan kekuasaannya dari segala keburukan yang kudapatkan dan kukhawatirkan.” HR. Muslim no.2202
- Tetap shalat dan melakukan ibadah yang lain
Agama kita diberi kemudahan yang banyak, orang yang sakit tetap shalat seusai dengan kondisinya baik dengan cara duduk atau berbaring. Jika tidak bisa menggunakan air, ia bisa melakukan tayammum.
- dan ibadah lainnya yang masih bisa dilakukan ketika sakit.
Kemudahan bagi orang sakit
Orang sakit banyak sekali mendapat kemudahan, misalnya ketika tidak bisa berwudhu menggunakan air, maka boleh tayammum dengan menggunakan debu dipermukaan
Gerakan tayammum juga mudah dan sederhana bagi orang sakit, cukup tiga gerakan yaitu:
1.menepuk permukan bumi (misalnya dinding) dengan kedua telapak tangan sekali tepuk kemudian meniupnya
2.mengusap punggung telapak tangan kanan dan kiri bergantian sampai telapak tangan dengan sekali usap
3.mengusap wajah dengan kedua tangan sekali usap
hadits ‘Ammar bin Yasir radhiallahu ‘anhu menjelaskan tata cara tersebut,
بَعَثَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فِى حَاجَةٍ فَأَجْنَبْتُ ، فَلَمْ أَجِدِ الْمَاءَ ، فَتَمَرَّغْتُ فِى الصَّعِيدِ كَمَا تَمَرَّغُ الدَّابَّةُ ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ « إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَصْنَعَ هَكَذَا » . فَضَرَبَ بِكَفِّهِ ضَرْبَةً عَلَى الأَرْضِ ثُمَّ نَفَضَهَا ، ثُمَّ مَسَحَ بِهَا ظَهْرَ كَفِّهِ بِشِمَالِهِ ، أَوْ ظَهْرَ شِمَالِهِ بِكَفِّهِ ، ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan, “Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini”. Seraya beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.”[5]
Dalam riwayat yang lain,
وَمَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ وَاحِدَةً
“Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan”.[6]
Demikianlah gerakan simple dari tayammaum yang memakan waktu kurang dari 30 detik. Memang sangat berguna bagi orang yang sakit dan agak sulit bergerak atau berguna bagi orang yang mengalami kesusahan selain sakit.
Begitu juga dengan shalat ada kemudahan bagi orang yang sakit dan tidak mampu. Berikut ringkasan ringan mengenai kemudahan cara shalat bagi orang sakit:
Orang yang sakit terkadang berbaring lemah, dia tidak mampu shalat duduk apalalgi berdiri. Berikut tuntunan cara shalat sambil berbaring.
Pertama:
Wajib bagi orang sakit shalat fardhu dengan cara berdiri, walaupun bersandar ke tembok, tiang atau tongkat. (jika mampu)
Kedua:
Jika tidak mampu shalat berdiri, maka shalat dengan cara duduk. Yang lebih afdhal di duduk bersila pada tempat berdiri dan rukuknya. Dan duduk iftirasy pada tempat sujud (ketika duduk antara dua sujud)
Ketiga:
Jika tidak mampu shalat duduk, shalat dengan cara berbaring (miring) mengadap kiblat. Sisi kanan lebih baik daripada sisi kiri. Jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, shalat menghadap mana saja dan tidak perlu mengulang
Keempat:
Jika tidak mampu shalat dengan berbaring (miring), maka shalat dengan cara terlentang. Kaki menghadap kiblat dan yang lebih afdhal ia mengangkat kepalanya sedikit mengarah ke kiblat (bisa di sanggah dengan bantal, pent). Jika tidak mampu, maka bisa menghadap ke mana saja dan tidak perlu mengulang.
Kelima:
Wajib bagi orang sakit melakukan rukuk dan sujud. Jika tidak mampu maka berisyarat dengan kepalanya. Berisyarat dengan menundukkan kepala lebih rendah ketika sujud dibanding rukuk. Jika tidak mampu sujud, maka ia rukuk ketika sujud dan berisyarat saja untuk rukuk dan sebaliknya.
Keenam:
Jika tidak mampu berisyarat dengan kepalanya ketika rukuk dan sujud, maka berisyarat dengan pandangannya yaitu matanya. Ia kedipkan matanya sedikit ketika rukuk dan berkedip lebih banyak ketika sujud. Adapun berisyarat dengan telunjuk yang dilakukan sebagian orang yang sakit maka saya tidak mengetahuinya hal itu berasal dari kitab, sunnah dan perkataan para ulama.
ketujuh:
Jika dengan anggukan dan isyarat mata juga sudah tidak mampu maka hendaknya ia shalat dengan hatinya. Jadi ia takbir, membaca surat, niat ruku, sujud, berdiri dan duduk dengan hatinya (dan setiap orang mendapatkan sesuai yang diniatkannya).[7]
Sesudah kesulitan pasti datang kemudahan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراْْ, إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً ً
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”[8]
Ini merupakan janji Allah, tidak pernah kita menemui manusia yang selalu merasa kesulitan dan kesedihan, semua pasti ada akhir dan ujungnya. Allah menciptakan segala sesuatu berpasangan, susah-senang, lapar-kenyang, kaya-miskin, sakit-sehat. Salah satu hikmah Allah menciptakan sakit agar kita bisa merasakan nikmatnya sehat. sebagaimana orang yang makan, ia tidak bisa menikmati kenyang yang begitu nikmatnya apabila ia tidak merasakan lapar, jika ia merasa agak kenyang atau kenyang maka selezat apapun makanan tidak bisa ia nikmati. Begitu juga dengan nikmat kesehatan, kita baru bisa merasakan nikmatnya sehat setelah merasa sakit sehingga kita senantiasa bersyukur, merasa senang dan tidak pernah melalaikan lagi nikmat kesehatan serta selalu menggunakan nikmat kesehatan dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang sering terlupakan oleh banyak orang: nikmat sehat dan waktu luang.”[9]
Demikian semoga bermanfaat
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen