KITA mungkin pernah mendengar istilah ulama menyebut “Jawamiul Kalim”. Istilah itu memiliki makna: bahasa yang singkat, namun punya makna yang sangat mendalam.
Hal inilah yang sering kita jumpai dalam sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Salah satunya dalam hadis berikut,
“Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih).
Dalam hadis di atas, terkandung tiga wasiat Nabi yang sangat penting, baik hubungan manusia kepada Allah maupun hubungan manusia ke sesama manusia.
1. Perintah takwa di mana pun kita berada
Nabi tidak hanya memerintahkan takwa semata, namun bertakwa di mana pun kita berada, baik di tengah keramaian maupun di sunyi bersendirian. Inilah takwa yang sebenar benarnya, dan takwa yang paling berat.
Sebagaimana kata Imam Syafii rahimahullah
Imam Syafii mengatakan, “Perkara yang paling berat itu ada tiga, dermawan saat memiliki sedikit harta, meninggalkan hal yang haram saat sendirian dan mengatakan kebenaran saat berada di dekat orang yang diharapkan kebaikannya atau ditakuti kejahatannya” (Jami Ulum wa Hikam 2/18).
Ketika seorang bersendirian, menyepi tanpa ada yang mengetahui, maka hal itu akan mendorongnya untuk lebih mudah bermaksiat. Kecuali ia sadar betul bahwa Allah senantiasa mengawasinya, dan rasa takutnya menjadi lebih besar sehingga ia tidak berani melakukan kemaksiatan.
Contoh mudah adalah orang yang sedang berpuasa. Ketika berada di khalayak ramai, ia menahan diri dan mengaku berpuasa. Namun ketika bersendirian, ia diam-diam berpuka puasa. Hal ini tidak akan terjadi kecuali ia memiliki rasa takut yang besar kepada Allah.
2. Segera lakukan amal saleh
Hadis di atas menjelaskan perintah untuk bersegera melakukan kebaikan tatkala terjerumus dalam keburukan. Tidak seperti anggapan sebagian orang, jika sudah terciprat, maka tercebur sekalian saja biar basah. Hal ini adalah anggapan yang sangat keliru. Bahkan hadis yang mulia ini menjelaskan perintah untuk segera bertobat. Karena tobat adalah bagian dari amal saleh yang paling mulia dan harus disegerakan.
Allah Taala berfirman,
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Hadis di atas juga menerangkan bahwa perbuatan baik yang dilakukan, akan menghapuskan dosa. Tentunya dosa yang terhapus hanyalah dosa kecil, karena dosa besar hanya terhapus jika pelakunya benar-benar telah bertobat.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
“Salat lima waktu, dari Jumat ke Jumat selanjutnya, serta Ramadan ke Ramadan adalah sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim No. 233).
Sehingga jelaslah bahwa yang dihapus hanyalah dosa kecil saja. Oleh karena itu, ketika seorang muslim terjerumus dalam dosa dan maksiat, maka wajib baginya untuk segera bertobat dan melakukan amal saleh.
3. Akhlak mulia kepada manusia
Wasiat yang terakhir adalah perintah untuk berakhlak yang mulia kepada sesama manusia. Setelah dua wasiat di atas menyebutkan perintah yang berhubungan antara Allah dan manusia. Contoh gampang dalam berakhlak mulia adalah senyuman yang diiringi wajah yang berseri dan bertegur sapa ketika bertemu.
Oleh karena itu, Rasulullah mengaitkan antara akhlak dengan iman yang sempurna. Dimana Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata: Hadits Shahih).
Bahkan dalam hadis lain juga disebutkan bahwa orang yang paling dekat dengan Rasulullah pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Orang yang memiliki akhlak mulia, tidak hanya dicintai oleh Rasulullah, namun ia akan dicintai oleh manusia yang lainnya. [Ustaz Wiwit Hardi P/muslimorid ]