SEANDAINYA hidup ini hanyalah sebatas makan, minum, tidur, bekerja menikah, memperoleh keturunan, mencukupi diri dan keluarga, serta berbuat baik kepada orang sekitar. Maka kehidupan kita, tiada bedanya dengan kehidupan hewani.
Akan tetapi kehidupan itu memiliki tujuan yang benar. Yaitu menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya sedikitpun.
Seandainya kematian itu mengakhiri segalanya, tanpa ada pertanggung-jawaban lagi setelahnya. Maka sia-sia dan tiada berarti proses kehidupan yang kita jalani.
Akan tetapi setelah kematian itu ada pertanggungjawaban dan balasan. Dimana seluruh amalan kita akan dihisab, dan kita akan dibalas tanpa ada kezaliman sedikitpun.
Maka hendaknya kita hidup di atas Islam, yaitu mentauhidkan Allah serta bertakwa kepadaNya dengan sebenar-benarnya takwa (sampai batas kemampuan kita), agar semoga kita meninggalkan dunia ini, dalam keadaan muslim.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kabar gembira yang dikatakan malaikat kepada seorang mukmin di alam kubur:
“dan dikatakan (malaikat kepadanya) Dahulu kamu hidup diatas keyakinan (Islam), dan mati di atas keyakinan (Islam), dan di atasnya pula insya Allah kamu akan dibangkitkan.” (HR. Ahmad, dishahiihkan oleh Syaikh Muqbil dalam ash-shahiihul musnad)
Berkata al Imam Ibnu Katsiir (dalam menafsirkan QS 3: 102):
“Peliharalah keislamanmu sepanjang waktu, supaya kamu mati dalam keadaan Islam. Dan di antara sunnatullah adalah barangsiapa yang hidup di atas sesuatu, maka ia akan mati dengan sesuatu tersebut. Dan barangsiapa yang mati atas sesuatu itu, maka Allah akan membangkitkannya dengan sesuatu itu. Maka kita berlindung kepada Allah dari (hidup) dalam keadaan menyalahi Islam.”
[Abu Zuhrie Rikhy]