Generasi muda membutuhkan teladan yang tepat.
Saat ini generasi muda sangat dekat dengan gadget dan media sosial (medsos). Ini berpotensi besar memicu perubahan pada perilaku anak. Misalnya anak menjadi berperilaku menyimpang, suka pada hal yang berbau pornografi, dan hal lain yang melanggar ketaatan kepada Allah SWT.
Guru Besar Studi Islam di Universitas Damanhour Mesir, Ahmad Shtayyeh menyampaikan penjelasan soal cara menyikapi anak yang berperilaku menyimpang dan hal lain semacamnya itu.
Shtayyeh menyampaikan, generasi muda adalah harapan di masa depan. Sejatinya ada banyak hal yang dapat membuat mereka termotivasi untuk berbagai sesuatu yang bermanfaat dan bekerja keras serta penuh ketulisan. Dalam konteks inilah, generasi muda membutuhkan teladan yang tepat. Terutama di lingkup keluarga.
Shtayyeh menuturkan, semua hal yang terjadi di lingkup keluarga bermula dari kenyataan yang terjadi di dalam keluarga. Karena itu, ketika anak berperilaku menyimpang maka harus dilihat mengenai apa saja yang dicontohkan oleh orang tua.
“Semua ini bermula dari keluarga dan tidak adanya teladan serta komunikasi antar anggota keluarga,” kata dia seperti dilansir laman Masrawy, Selasa (5/9/2023).
Shtayyeh mengingatkan, orang tua harus mengasuh anak-anaknya dan berkomunikasi dengan mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Nabi SAW menaruh perhatian besar terhadap generasi muda. Beliau SAW membesarkan dan mendidik anak agar menjauhi perilaku yang tidak benar dan melanggar syariat. Cara mendidiknya pun tidak dengan kekerasan, tetapi justru dengan kelembutan.
“Maka jika anak Anda terpapar ateisme, penyimpangan, atau kecanduan film porno, maka Anda harus menggunakan kebijaksanaan dan menjauhi kekerasan sepenuhnya. Sebab Nabi Muhammad SAW tidak pernah memukul binatang dan manusia,” tutur dia.
Salah satu contoh mendidik anak bisa dengan melihat praktik Nabi Yaqub kepada anak-anaknya yang jahat. Perkataan Nabi Yaqub kepada anak-anaknya yang jahat kepada Yusuf itu terekam dalam Surat Yusuf ayat 18.
“Dan mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) darah palsu. Dia (Yakub) berkata, ‘Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu; maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.'” (QS Yusuf ayat 18)
Nabi Yaqub tetap menunjukkan perilaku yang terpuji. Apa yang dikatakan Nabi Yaqub, seperti dalam ayat tersebut, merupakan cerminan pengajaran akhlak terpuji kepada putra-putranya, walaupun mereka telah berbuat jahat kepada saudaranya sendiri.
Tak dipungkiri, perilaku anak sering kali membuat resah orang tua. Misalnya anak merengek minta dibelikan motor, mobil, atau bahkan helikopter. Padahal orang tuanya tidak bisa membelikannya.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, orang tua harus menunjukkan akhlak terpuji sebagai bentuk pengajaran akhlak kepada anaknya. Jangan menghardik, memaki atau bahkan memukul. Termasuk mengeluarkan kata-kata kasar. Jika ini dilakukan, maka sama saja dengan menanamkan akhlak yang tak baik kepada anak.
Orang tua dituntut menunjukkan sikap dan perilaku luhur di hadapan anak, supaya mereka terlatih dalam merasakan akhlak yang terpuji. Akhlak yang mulia, adalah pangkal dari perbuatan dan perkataan orang tua.
sumber : Masrawy