Faedah 9. Rahasia Ushul Tsalatsah
Di antara risalah akidah yang sering dikaji oleh para ulama adalah Ushul Tsalatsah karya Syekh Muhammad At-Tamimi rahimahullah.
Syekh Khalid Al-Mushlih hafizhahullah menjelaskan kepada kita mengenai salah satu faedah dan ‘rahasia’ keistimewaan kitab atau risalah tersebut.
Beliau mengatakan,
وأكثر من ذكر الأدلة في ثنايا هذه الرسالة المباركة، ليتبين بذلك أن ما يدعو إليه منبثق من الكتاب والسنة معتمدا عليهما
“Beliau (penulis) banyak menyebutkan dalil di sela-sela pembahasan risalah yang penuh berkah ini. Agar menjadi jelas dengan itu bahwa apa yang beliau serukan memang bersumber dari Al-Kitab dan As-Sunnah serta bersandar kepada keduanya.”
ولاسيما أن الشيخ رحمه الله واجه في دعوته خصوماً ألداء، شنوا عليه وعابوا ما جاء به من دعوة المرسلين،
“Terlebih lagi beliau rahimahullah menghadapi dalam dakwahnya itu para musuh yang sengit dan mencerca dan menjelek-jelekkan seruan beliau, padahal itu merupakan dakwah yang diserukan oleh para rasul.”
وألصقوا به تهماً عديدة، ولكن الحق أبلج والباطل لجلج، فمهما كانت هذه الدعاوى فإنها تتساقط وتتلاشى أمام الحجج والبراهين،
“Mereka pun melekatkan pada beliau berbagai macam tuduhan. Akan tetapi, kebenaran itu begitu gamblang, sementara kebatilan itu tidak jelas (penuh keraguan). Bagaimana pun klaim atau tuduhan itu, maka ia pun berguguran dan luluh lantak di hadapan hujah dan bukti yang jelas.”
(Sumber: Syarh Ushul Tsalatsah, link website : https://www.almosleh.com/ar/490)
Faedah 10. Menggembosi dakwah tauhid
Suatu saat, Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah mendapat pertanyaan.
“Syekh yang mulia -semoga Allah memberikan taufik kepada anda-, ada seorang penanya yang berkata,
‘Belakangan ini muncul dari waktu ke waktu sebagian orang yang berusaha untuk menggembosi manusia dalam belajar/mengajarkan tauhid. Mereka mengatakan bahwa manusia sudah tidak membutuhkan hal itu pada masa sekarang ini dan lebih khusus di negara ini (Arab Saudi, pent). Apakah ada nasihat untuk menanggapi perkara ini?’”
Beliau hafizhahullah menjawab,
“Nasihatnya adalah tidak perlu menggubris orang-orang yang berusaha untuk menggembosi itu dan (tidak perlu menggubris) musuh-musuh tauhid semacam ini. Seseorang yang di dalam hatinya masih menyimpan keimanan tidaklah mengatakan yang demikian itu. Hal itu menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang memusuhi tauhid dan merasa bosan terhadap tauhid.
Orang semacam itu mengidap bahaya yang sangat besar. Apakah tauhid membuat bosan?!
Tauhid adalah asas dalam agama, pokok dari agama ini. Oleh sebab itu, tidak boleh merasa bosan dari mempelajari, mengajarkan, dan menyebarluaskannya.”
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=R2dn4c6gTg4
Faedah 11. Meraih tujuan utama
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Tidaklah Kami utus sebelum kamu (Muhammad) seorang rasul pun, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’: 25)
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang menyerukan, ‘Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.’” (QS. An-Nahl: 36)
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari membawakan perkataan salaf mengenai tafsir ayat ke-25 dari surah Al-Anbiya’. Dari Qatadah, beliau mengatakan,
أرسلت الرسل بالإخلاص والتوحيد
“Para rasul diutus dengan membawa ajaran ikhlas dan tauhid.”
(lihat Tafsir Ath-Thabari, http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura21-aya25.html)
Dari sinilah, kita mengetahui bahwa hakikat keikhlasan dan tauhid adalah menujukan ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan segala bentuk sesembahan selain-Nya. Karena itulah, para rasul mengajak untuk beribadah kepada Allah dan menjauhi thaghut (sesembahan selain Allah). Inilah tujuan utama misi dakwah Islam di sepanjang masa, bukan untuk perkara-perkara yang lainnya.
Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk ikhlas dalam beramal dan membersihkan tauhid dari segala kotoran syirik dan kekafiran.
Faedah 12. Kebutuhan belajar akidah
Akidah merupakan perkara-perkara yang diyakini oleh seorang muslim. Di atas akidah inilah, dia membangun agamanya. Amal dan ibadah kepada Allah hanya akan diterima apabila ditegakkan di atas akidah yang benar. Oleh sebab itulah, para ulama dari masa ke masa senantiasa memberikan perhatian besar kepada ilmu akidah.
Bahkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selama 10 tahun lebih di Makkah memberikan perhatian pokok dalam hal akidah, sebagai bentuk perhatian kepada perkara paling mendasar di dalam bangunan agama Islam. Ini tentu saja berjalan mengikuti petunjuk dan bimbingan dari Allah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya.
Bagi seorang muslim, perkara akidah bukan perkara sepele. Akidah inilah yang terangkum dengan indah di dalam dua kalimat syahadat. Kalimat laa ilaha illallah mengandung akidah tauhid kepada Allah. Pemurnian ibadah dengan segala bentuknya kepada Allah dan menolak berbagai bentuk syirik dalam ucapan dan perbuatan. Kalimat muhammad rasulullah mengandung akidah risalah, yaitu wajibnya mengimani dan tunduk kepada ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang diutus oleh Allah kepada segenap manusia.
Dari sinilah, kita mengetahui bahwa mempelajari akidah adalah kebutuhan asasi setiap muslim. Apabila dia ingin memahami agama ini dengan benar, maka wajib baginya untuk belajar akidah sebelum mendalami perkara-perkara yang lain. Karena akidah laksana pondasi dalam sebuah bangunan dan ibarat akar dalam sebuah pohon. Tanpa akidah tauhid, maka segala bentuk amal kebaikan akan tertolak dan musnah di hadapan Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدۡ أُوحِیَ إِلَیۡكَ وَإِلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكَ لَىِٕنۡ أَشۡرَكۡتَ لَیَحۡبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَـٰسِرِینَ
“Dan sungguh telah Kami wahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelum kamu, ‘Apabila kamu berbuat syirik pasti akan lenyap semua amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar: 65)
Ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah, kecuali apabila disertai dengan tauhid. Apabila syirik mencampuri suatu ibadah, maka ibadah itu menjadi rusak sebagaimana halnya hadas apabila menimpa pada thaharah. Dengan demikian, memperbaiki tauhid adalah misi utama dakwah para nabi dan rasul.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِیۤ إِلَیۡهِ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّاۤ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ
“Dan tidaklah Kami utus sebelum kamu seorang rasul pun, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. Al-Anbiya’: 25)
Syirik merupakan bentuk kezaliman yang paling berat. Karena orang yang berbuat syirik telah menujukan ibadah kepada selain Allah, sesuatu yang tidak pantas untuk disembah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُۥ مَن یُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِینَ مِنۡ أَنصَارࣲ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka. Dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong.” (QS. Al-Maidah: 72)
Dalil-dalil ini dengan jelas menunjukkan kepada kita betapa penting kedudukan akidah bagi setiap muslim. Adalah mustahil seseorang bisa selamat dari neraka dan masuk ke dalam surga, kecuali dengan merealisasikan tauhid di dalam kehidupannya. Maka, sungguh bahagia bagi orang yang Allah berikan taufik untuk mengenal tauhid ini dan mengamalkannya dengan benar di dalam hidupnya. Inilah kunci kebahagiaan dan jalan keselamatan yang paling utama, yang akan mengantarkan menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bagaimana mungkin seseorang akan menjadi baik agamanya apabila dia tidak perhatian dalam hal akidah dan tauhidnya. Bagaimana mungkin seorang hamba akan bisa merasakan lezatnya iman apabila dia membangun akidahnya di atas kemusyrikan dan pemujaan kepada hawa nafsu dan tradisi manusia. Akidah Islam adalah akidah yang turun dari langit. Ia bukan rekayasa pemikiran manusia. Dia datang dari wahyu yang terpelihara. Akidah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada para nabi dan rasul. Akidah yang membimbing manusia untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dengan iman dan amal saleh.
Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَایَ فَلَا یَضِلُّ وَلَا یَشۡقَىٰ
“Maka, barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan tersesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha: 123)
Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma menjelaskan bahwa Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan ajarannya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.
Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu berkata, “Kita adalah suatu kaum yang telah Allah muliakan dengan Islam. Maka, kapan saja kita mencari kemuliaan bukan dengan cara-cara Islam, niscaya Allah akan menghinakan kita.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)
Imam Malik rahimahullah berkata, “Tidak akan bisa memperbaiki keadaan generasi akhir umat ini, kecuali dengan apa-apa yang telah memperbaiki keadaan generasi awalnya.”
Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk mengenal dan mengamalkan akidah tauhid.
Lanjut ke bagian 5: Bersambung Insyaallah
***
Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.
Sumber: https://muslim.or.id/90775-untaian-23-faedah-seputar-tauhid-dan-aqidah-bag-4.html
Copyright © 2024 muslim.or.id