Berikut ini akan membahas bahaya salah memahami agama. Fenomena ini tampaknya mendapatkan relevansinya dengan kejadian di Polres Siantar. Pasalnya seorang perempuan menabrak SPKT Polres Siantar. Yang ditenggarai kesalahpahaman memahami ajaran agama.
Terkait motif perempuan tersebut, sang ibunda menyatakan bahwa anaknya ini mulai berubah setelah nikah dengan suaminya yang kedua. Berubahnya ditengarai oleh ajaran suami yang berbeda paham dalam beragama, perubahan wanita ini pun terdapat pada beberapa aspek. Yakni aspek sikap dan aspek berpenampilan.
Sang ibu pun sangat menyayangkan perubahan ini, sebab dia menjadi sosok yang tidak biasa, padahal rajin beribadah.
Lantas bagaimana mungkin, seorang yang rajin beribadah, namun justru tidak membuatnya nyaman, malahan membuat kerusuhan. Agaknya kita harus flashback dulu, fenomena semacam ini sudah diprediksi oleh baginda Nabi SAW. Yang mana beliau pernah didatangi oleh seorang yang rajin membaca Al-Qur’an, namun ia meminta Rasulullah SAW untuk berbuat adil.
Sungguh keterlaluan, kalau Rasulullah yang notabene merupakan figur yang paling bagus akhlaknya masih dikatakan tidak adil, lantas siapa lagi yang bisa berbuat adil.
Sehingga Rasulullah Saw bersabda “bahwa kan ada golongan orang yang membaca Al-Qur’an namun hanya sampai kerongkongan saja” (Hadis ini tertera di Sahih Muslim No. 1762). Maksudnya bagaimana? dijelaskan:
(يقرؤون الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ) قَالَ الْقَاضِي فِيهِ تَأْوِيلَانِ أَحَدُهُمَا مَعْنَاهُ لَا تَفْقَهُهُ قُلُوبُهُمْ وَلَا يَنْتَفِعُونَ بِمَا تَلَوْا مِنْهُ وَلَا لَهُمْ حَظٌّ سِوَى تِلَاوَةِ الْفَمِ وَالْحَنْجَرَةِ وَالْحَلْقِ إِذْ بِهِمَا تقطيع الحروف والثاني مَعْنَاهُ لَا يَصْعَدُ لَهُمْ عَمَلٌ وَلَا تِلَاوَةٌ وَلَا يُتَقَبَّلُ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kaum yang membaca al-qur’an, namun hanya sampai kerongkongan saja. Maksudnya adalah hatinya menjadi tidak faham akan makna al-qur’an, dan mereka tidak bisa mengambil manfaat dari pembacaannya, kecuali hanya melantunkan ayat al-qur’an saja. Atau maksudnya adalah mereka hanya sebatas membaca saja, tanpa mengamalkan isinya. (Imam Al-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Sahih Muslim,VII/159)
Fenomena ini juga pernah terjadi di era sahabat, yaitu ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib meninggal atas tikaman seorang penghafal al-qur’an yang bernama Ibnu Muljam.
Demikianlah adanya, menjadi penghafal Al-Qur’an saja, sebenarnya tidaklah cukup. Kita harus menyelami maknanya, tentunya atas bimbingan guru yang mu’tabar. Sebab ditakutkan menjadi seperti demikian, seorang penghafal Al-Qur’an, namun ia malah menjadi pembunuh.
Adalah salah, jika anda beragama, namun malah menjadi tidak tenang dan tidak ramah. Saleh itu ada 3 dimensi, yaitu saleh spiritual (taat beragama, dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi larangannya), saleh intelektual (yakni paham akan ilmu agama, terlebih fikih dan aqidah), dan saleh secara sosial (tidak mengganggu dan menyakiti sesama).
Untuk menjadi muslim yang ideal, kita harus bisa mengakomodir 3 dimensi tadi. Rasulullah SAW pernah bersabda “Orang muslim yang baik adalah, ketika tetangga dan sesama merasa aman dari gangguan lisan dan tangan kita”. Maka dari itu KH Mustofa Bisri dawuh “Agamamu belum tentu agama Allah, Agama Allah itu menghargai manusia dan menebar kasih sayang pada semesta”.
Dengan ini kita bisa tahu, bahwa kita dalam beragama tidak hanya dituntut untuk beribadah, namun juga dituntut untuk tidak membuat musibah. Jika anda beragama, namun malah menjadi jauh dari rasa kasih sayang terhadap sesama, maka anda perlu koreksi lagi cara beragama anda. Islam mengajarkan nilai-nilai rahmat antara sesama, bahkan pada hewan sekalipun.
Fenomena seperti ini, didasari oleh kurangnya bacaan terhadap teks-teks agama, atau bisa jadi karena salah memilih guru. Agama ini adalah sanad, maka jika beragama dengan tidak bersanad, niscaya ia akan berbicara semaunya. Maka dari itu selektiflah dalam memilih guru, setidaknya kita bisa memilah ajaran guru. Mana yang bisa diamalkan, dan mana yang tidak.
Intinya Islam mengajarkan kepada nilai-nilai kemanusiaan, jika berbanding dengan demikian, maka berhati-hatilah. Untuk menanggulangi hal-hal demikian, silahkan berguru kepada Ustadz atau Kyai yang sanad keilmuannya bersambung sampai Rasulullah SAW, dijamin aman.
Demikian penjelasan terkait viral perempuan menabrak SPKT Polres Siantar. Nah ini bahaya salah memahami agama. Allahumma Faqqihna fi al-din, Amin Ya Rabb.