Bagi seorang manusia, pada umumnya harta adalah tujuan utama hidup dan kehidupan mereka. Sejak bangun tidur hingga tidur kembali, banyak di antara manusia yang menjadikan pokok pikirannya adalah harta semata. Tentang bagaimana cara mendapatkan harta, tentang bagaimana cara menjaga harta yang sudah dipunya, tentang bagaimana cara mengembangkan harta yang sudah ada di tangan. Dan demikian seterusnya dari berbagai cabang pikiran tentang harta. Sehingga seluruh gerak-gerik kehidupan mereka hanya berpusat untuk harta dan harta.
Tidak terkecuali kita yang mengaku sebagai pengusaha muslim, seringkali kita pun terbawa arus pemikiran seperti itu. Bahkan walaupun kita tahu bahwa hidup kita hanya sementara dan tidak akan membawa harta, tetap saja hati kita seringkali berpusat pada salah satu perhiasan dunia tersebut. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah, …
Wahai saudaraku sesama pengusaha muslim, … Mungkin sudah waktunya kita sebagai pengusaha muslim kembali memikirkan kembali apa tujuan hidup kita?
Apakah benar murni untuk menjalankan tugas sebagai sebagai hamba Allah? Ataukah sudah berubah menjadi hamba harta dan perhiasan dunia? Apakah harta yang kita dapat bisa menjadi perantara kita mendapat syurga, atau sudah berubah menjadi tujuan utama hidup dan kehidupan kita? Apakah harta menjadi budak kita, ataukah kita yang menjadi budak dunia?
Mari kita berintrospeksi. Lihatlah diri kita. Apakah ibadah kita menjadi terhalang karena kesibuka mencari harta dunia? Apakah waktu untuk menuntut ilmu menjadi terhapus dan tergantikan dengan segala macam kegiatan mencari penghidupan? Dan seterusnya, … Tanyakanlah ke diri kita masingmasing.
Dan jika jawabannya adalah “iya”, demikian, maka renungkanlah peringatan Allah dalam al-Qur’an:
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. [QS al-Munafiqun ayat 9]
Allah telah memperingatkan kita agar tidak lalai karena mengejar harta dunia. Yang sesungguhnya akan kita tinggalkan, tidak akan kita bawa satu sen pun bersama kita ke liang lahad. Maka sisihkan waktu kita untuk ibadah, jangan sampai menjadi hamba yang lalai dari mengingat Allah dikarenakan mencari harta. Lalu setelahnya, kita ikutilah petunjuk rabbani dalam ayat selanjutnya:
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” [QS al-Munafiqun ayat 10]
Setelah kita sisihkan waktu kita untuk beribadah, mengerjakan segala kewajiban dan menambahi dengan berbagai sunnah yang dianjurkan, sisihkan pula sebagian dari harta yang telah kita dapatkan sebagai bekal kembali. Jangan sampai kita pelit, kikir, bakhil, untuk membelanjakan sebagian dari nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Jangan sampai kita menjadi seperti orang yang disebutkan di dalam ayat di atas tersebut, yakni menjadi orang yang menyesal saat ajal datang, dikarenakan jarangnya dia bersedekah selama hidupnya di dunia, dan menyesal karena jarangnya dia berbuat kebaikan, padahal kesempatan tersebut telah dia dapatkan semasa hidupnya.
Karena ingat saudaraku, waktu kita terbatas, … maka jangan sampai kita menyesal saat waktu kita telah habis, jangan sampai di akhirat kita menangis dengan keras, …
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. [QS al-Munafiqun ayat 11]
Moga Allah selalu mudahkan dan berkahi perniagaan kita, serta seluruh kehidupan kita.
Read more https://pengusahamuslim.com/6687-wahai-pengusaha-muslim-jangan-sampai-hartamu-melalaikanmu.html