Hasidic atau Hasidim ialah paham Yahudi Ortodoks ekstrem yang muncul karena pengaruh modernisasi pemikiran Kabbalah dan pemikiran beberapa kelompok sekte Nasrani abad ke-17 dan ke-18 M
MENURUT agama Yahudi, Hasidic atau juga disebut Hasidim (Hasidic Judaism) bermakna taqiy (yang bertakwa). Kata ini diambil dari bahasa Ibrani, dan pertama kali digunakan untuk menyebut suatu paham sufisme.
Hasidic atau Hasidim berasal dari kata Aram hasa yang berarti “saleh”. Kaum Hasidim menaati dan menghormati Taurat, beserta adat istiadat Yahudi, sehingga mereka amat menentang helenisasi yang dianggap bertentangan dengan tradisi Yahudi.
Dalam perkembangannya, kata ini pun digunakan untuk menyebut para pengikut gerakan Hasidic atau Hasidim. Pendiri gerakan Hasidic/Hasidim ini adalah Rabbi Israel, Ba’al Seyim Thouf (Baal Shem Tov).
Hasidic ialah paham Yahudi Ortodoks ekstrem yang muncul karena pengaruh modernisasi pemikiran Kabbalah (imanensi) yang dipaparkan sebelumnya, cerita rakyat klasik yang berkembang di kalangan para petani Eropa Timur, pemikiran beberapa kelompok serta sekte Nasrani abad ke-17 dan ke-18 M di Eropa Timur; yaitu kelompok separatis (dalam bahasa Rusia: Raskolniksc) di Rusia dan Ukraina, kelompok Dukhobor, Stranicy, Scoptsy, Mulukane, dan lain sebagainya.
Adapun yang paling mempengaruhi Hasidic ialah kelompok Khlysty, sebab pemikiran-pemikiran Tsazzik Hasidic dan Khlysty berdekatan. Hasidic atau Hasidim adalah kelompok Yahudi yang muncul untuk menentang kebijakan helenisasi terhadap masyarakat Yahudi oleh penguasa asing.
Tujuan perjuangan kaum Hasidic/Hasidim adalah kemerdekaan agama, yakni diberikan kebebasan untuk menjalankan agama Yahudi oleh penguasa asing.
Hasidic menganggap kerabian Yahudi sudah menjadi akidah yang bersifat formal, naif dan kering, hampa dari unsur spiritual dan sentimental (perasaan). Kerabian hanya ingin menjaga perintah dan larangan tanpa memperhatikan makna substantitnya.
Hasidic menjadi sekte yang berpegang pada konsep imanentisme dari segi kedekatan pribadi dengan Tuhan (Devekut) -sebagaimana dijelaskan dalam bahasan tentang hakikat keyakinan Kabbalan sehingga, penerapan konsep tersebut menyebabkan munculnya pengalaman spiritual dan keimanan yang terwujud dalam diri pelakunya berupa perasaal bahagia dan ekstase (kegembiraan yang luar biasa).
Permulaan dan penyebaran Hasidic
Pemimpin besar Hasidim, Rabi Schneur Zalman dari Liadi, mengajarkan bahwa “musik adalah pena jiwa.” Hasidim adalah kelompok yang paling cepat berkembang dalam Yudaisme.
Pada abad 16, 17, dan 18 M, kaum Yahudi Polandia mengalami penderitaan jasmani dan rohani. Inilah akibat krisis ekonomi yang melanda tatkala itu.
Keadaan memburuk pada waktu terjadi revolusi Chmielnicki melawan ketamakan orang-orang kaya Yahudi yang menjadi kaki tangan kalangan Borjuis Polandia yang selama itu mengeskploitasi para petani dan rakyat miskin.
Revolusi tersebut berdampak pada terusir serta terlantarnya seluruh umat Yahudi baik yang miskin maupun yang kaya. Padahal sebagiannya sudah menyewa toko-toko dan kedai-kedai kecil lagi bekerja di sana.
Kondisi kaum Yahudi semakin terpuruk sehingga jumlah pencoleng dan pencuri di tengah mereka semakin bertambah. Banyak keluarga Yahudi menganggur dan tidak bisa bekerja, akibatnya mereka semakin tertekan.
Situasi ini diperparah dengan kegagalan seruan Shabtai, tokoh Yahudi yang di kemudian hari beralih keyakinan dan memeluk agama Islam.
Setelah Perang Dunia I, mayoritas Yahudi Hasidic bermigrasi ke Amerika dan menetap di sana. Di tengah kaum Yahudi muncul sistem Kahhal (feodalisme) untuk mengeksploitasi kaum Yahudi demi kepentingan Pemerintah dan kaum Borjuis.
Akibatnya, kaum Yahudi terisolir dari dunia luar. Mereka pun menjadi kaum yang terbelakang dan makin menjauh dari pusat pengajaran Talmud di kota-kota besar. Semua kondisi ini mendukung diterimanya pemikiran Hasidic yang meyakini belajar syariat Talmud sebagai sampingan belaka.
Pada abad ke-20, rezim komunis anti-agama, bersama-sama dengan kehancuran Holocaust, hampir sepenuhnya menghapus Yahudi Hasidim dari peta.
Hasidic dianggap sebagai napas baru serta pelipur kesedihan dan derita kaum Yahudi. Dari wilayah Podolia di Polandia, Hasidic bergerak menuju wilayah pusat Polandia, kemudian menuju Lithuania dan Belarussia, lantas ke daerah-daerah timur kekaisaran Austria-Hongaria; di antaranya Galicia, Bocofina, Transilvania, Slovakia, Hongaria, dan Rumania.*/Dr. Thariq As-Suwaidan, Ensiklopedi Yahudi Bergambar