Baca pembahasan sebelumnya pada artikel kami yang berjudul 10 Kunci Meraih Rasa Lapang Dada (Bag. 5).
Bismillah wal hamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
Sebab keenam, berbuat baik kepada hamba-hamba Allah
Sebab keenam di dalam meraih kelapangan dada yang diajarkan oleh syariat agama ini adalah berbuat baik kepada makhluk-makhluk Allah, baik makhluk yang berakal maupun yang tidak berakal. Baik itu yang muslim maupun non muslim.
Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,
وَاَحْسِنُوْا ۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
“Dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah: 195).
Berbuat baik kepada makhluk bisa dengan berbagai macam cara, baik itu secara fisik maupun maknawi; baik itu dengan jabatan ataupun dengan harta. Berbuat baik juga bisa dengan musyawarah, diskusi, dan lain-lain. Saat seorang hamba berbuat baik kepada hamba-hamba Allah Ta’ala lainnya, Allah Ta’ala akan memberikan pahala kepada hamba tersebut berupa kelapangan dada, kemudahan urusan, dan orang tersebut akan mendapatkan tempat kembali yang baik di akhirat kelak, yaitu surga yang penuh kenikmatan.
Nabi Shallallahu ’alaihi wassalam pernah bersabda,
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعَسِّرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِيْ الدُّنْيَا وَالآَخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمَاً سَتَرَهُ اللهُ فِيْ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ
“Barang siapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin yang lain dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Memberikan manfaat, menolong, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan orang lain, termasuk salah satu sebab paling utama untuk mendapatkan lapang dada. Adapun orang yang pelit di dalam berbuat kebaikan, kikir di dalam memberikan harta kepada orang lain, maka hal tersebut merupakan salah satu faktor sempitnya dada. Orang tersebut akan banyak merasakan kesedihan, kegalauan, dan akan menjadi susah hidupnya.
Di dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi kita yang mulia Shallallahu ’alaihi wassalam memberikan contoh yang cukup jelas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلُ الْبَخِيلِ وَالْمُنْفِقِ كَمَثَلِ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا جُبَّتَانِ مِنْ حَدِيدٍ مِنْ ثُدِيِّهِمَا إِلَى تَرَاقِيهِمَا فَأَمَّا الْمُنْفِقُ فَلَا يُنْفِقُ إِلَّا سَبَغَتْ أَوْ وَفَرَتْ عَلَى جِلْدِهِ حَتَّى تُخْفِيَ بَنَانَهُ وَتَعْفُوَ أَثَرَهُ وَأَمَّا الْبَخِيلُ فَلَا يُرِيدُ أَنْ يُنْفِقَ شَيْئًا إِلَّا لَزِقَتْ كُلُّ حَلْقَةٍ مَكَانَهَا فَهُوَ يُوَسِّعُهَا وَلَا تَتَّسِعُ
“Perumpamaan bakhil (orang yang pelit bersedekah) dengan munfiq (orang yang suka berinfak) seperti dua orang yang masing-masing mengenakan baju jubah terbuat dari besi yang hanya menutupi buah dada hingga tulang selangka keduanya. Adapun orang yang suka berinfak, tidaklah dia berinfak melainkan bajunya akan melonggar atau menjauh dari kulitnya, hingga akhirnya menutupi seluruh badannya sampai kepada ujung kakinya. Sedangkan orang yang bakhil, setiap kali dia tidak mau berinfak dengan suatu apapun, maka baju besinya akan menyempit sehingga menempel ketat pada setiap kulitnya. Ketika dia mencoba untuk melonggarkannya, maka dia tidak dapat melonggarkannya.” (HR. Bukhari).
Pada hadis di atas, Nabi Shallallahu ’alaihi wassalam memberikan permisalan antara orang yang rajin bersedekah dan orang yang pelit. Keduanya sama-sama mengenakan baju terbuat dari besi untuk melindungi diri mereka. Baju besi ini pada asalnya menutupi antara buah dada dan tulang selangka. Maksudnya, baju besi ini terletak di atas dada dan dekat dengan leher.
Orang yang rajin bersedekah, setiap kali ia berbuat baik kepada manusia dan bersedekah untuk orang-orang yang membutuhkan, maka baju besinya akan semakin memanjang, serta bertambah pula rantai-rantai besi yang ada padanya. Sehingga baju besinya akan menutupi seluruh kulitnya dan menutupi ujung-ujung jarinya. Inilah makna sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wassalam, “bahkan menutupi ujung-ujung jemarinya”. Selain itu, baju besi yang dia kenakan juga akan menghapus jejak kakinya ketika berjalan. Maksudnya, saking panjang dan banyaknya rantai-rantai yang ada, maka jejak yang ditinggalkan menghilang karena tersapu oleh rantai-rantai tersebut. Inilah makna sabda Nabi Shallallahu ’alaihi wassalam yang artinya, “dan menghapus jejaknya.”
Sedangkan orang yang pelit dan kikir di dalam berbuat baik kepada manusia serta pelit di dalam mengeluarkan hartanya, maka rantai-rantai yang ada di jubahnya akan tetap berada pada tempatnya. Setiap kali ia berusaha untuk meluaskan bajunya demi melindungi badannya, maka ia tidak akan mampu melakukannya.
Syekh Abdurrazzaq Hafidzahullah menutup sebab keenam dengan memberikan kesimpulan, “Permisalan di atas adalah permisalan yang sangat jelas. Permisalan tersebut menjelaskan pengaruh bersedekah dan pelit bersedekah terhadap keadaan dan agama seorang hamba. Ringan tangan di dalam memberi, berinfak semampunya, dan berbuat baik, merupakan sebab keluasan harta, tenangnya hati, pikiran, dan merupakan sebab terhapusnya dosa-dosa yang dilakukan.
Adapun orang yang kikir dan pelit, maka kebalikan dari semua hal di atas. Setiap kali ia ingin bersedekah, jiwanya merasa sempit, dan merasa berat dalam mengeluarkan hartanya. Maka orang tersebut akan mendapati kehidupannya menjadi susah dan kesempitan di dada. Hal tersebut tergantung tingkat pelit dalam dirinya dan jauhnya ia dari kebaikan.”
Baca Juga: Berlapang Dada dalam Ikhtilaf Mu’tabar
Sebab ketujuh, keberanian
Sikap keberanian memiliki dampak yang sangat jelas di dalam kenyamanan jiwa dan ketenangan hati. Berbeda dengan sikap pengecut yang akan membawa pemiliknya kepada susahnya hidup, tergantung seberapa besar rasa pengecut, takut, lemah, atau berlebihan dalam memikirkan sesuatu tentang hal yang belum terjadi.
Keberanian adalah salah satu bukti dari kuatnya keimanan dan baiknya hubungan seorang hamba dengan Allah Subhaanahu wa ta’ala. Maka setiap kali bertambah keimanan dan hubungannya dengan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, bertambah pula kadar keberaniannya dan menjadi kuat pula hatinya. Hal tersebut akan membawanya kepada kebahagiaan dan lapang dada.
Allah Subhaanahu wa ta’ala berfiman,
اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman” (QS. Al-Imran: 175).
Terdapat hadis sahih dari Nabi Shallallahu ’alaihi wassalam, bahwasannya beliau memperbanyak meminta perlindungan kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala dari rasa pengecut dan dari rasa pelit. Dimana keduanya jika berkumpul di dalam hati, maka akan mengakibatkan rasa sempit, berat, dan susah dalam menjalani kehidupan. Kedua hal tersebut merupakan akibat yang sangat fatal.
[Bersambung]
***
Penulis: Muhammad Idris
Referensi:
Asyartu Asbabin Linsyirahi As-sadr (10 Sebab Memperoleh Rasa Lapang Dada) Karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin Al-Badr Hafidzhohullah dengan beberapa perubahan.
Sumber: https://muslim.or.id/71020-sepuluh-kunci-meraih-rasa-lapang-dada-bag-6.html